10. hal kecil sempurna yang lainnya

163 38 0
                                    


Saat ini pukul 11:55. Sunghoon berdiam diri di sisi halaman parkir, dengan pandangan mengarah ke tangga belakang gedung perpustakaan.

"Ini apa? Kayak elang hitam yang kemarin?"

Oh, Jake datang.

"Pelanin suara lo, gue gak mau ngacauin ini."

"Ngacauin?"

Jari telunjuk Sunghoon terangkat. Disana, pintu masuk belakang perpustakaan memiliki tangga beton menuju ke tempat parkir. Memang tidak ada yang luar biasa tentang tangganya, tetapi tangga itu memiliki kualitas pythagoras misterius yang menarik minat para pemain skateboard berusia empat belas tahun untuk ber-atraksi di atasnya.

"Cuma kayak gini? Lo nyuruh gue kesini cuma buat nontonin mereka main skateboard aja?"

"Bawel banget. Liat dulu aja."

Setiap anak mengambil gilirannya menuruni tangga, satu demi satu, melakukan aksi mereka; mencoba melompat dan meluncur di atas tangga besi atau hal keren lainnya. Lalu kembali ke belakang untuk mengantri giliran mereka kembali dan terus begitu.

"Nah, jadi apa yang lo tangkap dari mereka selain cuma main skateboard?"

"Maksud lo?" Jake tampaknya tidak tertarik.

"Menurut lo apa persamaan dari mereka semua?"

"Mereka semua payah. Backflip aja tadi gue lihat masih gak bisa. Ini mau gaya selancar di atas tangga."

Sunghoon menarik sudut bibirnya—menahan gemas. Jake ini ternyata tidak se-misterius yang Sunghoon kira. Dia sedikit banyak omong dan agak tengil. Tau?

"Itu maksud gue! Mereka gak pernah berhasil mendarat sempurna di satu trik yang selalu mereka lakuin itu. Nah, coba sekarang lo lihat itu."

Jake menyipitkan matanya, mencoba fokus pada apa yang Sunghoon arahkan.

Salah satu pemain skateboard berguling ke puncak anak tangga, lutut ditekuk, melompat, dan papan luncurnya berbunyi denting secara acak tanpa dirinya. Gagal. Begitu juga dengan pemain berikutnya, dan berikutnya.

Sunghoon mengecek pukul saat ini di jam tangannya. Pukul 11:58.

"Dua menit lagi," ucap Sunghoon. "Maaf, Kayaknya kecepetan."

Dibalas dengan Jake yang memutar matanya jengah.

"By the way, Gimana tadi pas otw kesini?"

"Gak gimana gimana."

"Skill nyetir lo? Udah lebih baik belum?"

"Lumayan. Gue butuh tantangan baru. Ini diantara juggling dan oper gigi."

"Setuju. Juggling lo masih buruk banget by the way setiap lewatin polisi tidur."

Mata Jake seketika melotot, tangannya mengepal dan terangkat—siap-siap pukul pipi pucat Sunghoon. Kelewat kesal diledek begitu.

"Iya, ampun—itu! Jake! Sebentar lagi."

Jake reflek menoleh kembali ke arah tangga. Pemain skater yang pertama jatuh, kemungkinan jatuh yang fatal, tapi dia berhasil meluncur dengan hampir sempurna. Yang berikutnya ketakutan bahkan sebelum dia naik ke puncak tangga.

"Saatnya pertunjukan."

Giliran pemain berikutnya, seorang anak berwajah bulat, bertubuh tegap dengan helm rambut hitam di bawah helm aslinya, yang telah kita lihat beberapa triknya tadi. Ekspresi wajahnya tegas dan saat dia mendorong tubuh dan skaternya, menemukan keseimbangannya, mengatur kakinya, berjongkok, dan melompat.
Papannya terbalik, lalu jatuh dengan keras ke pagar dengan gerakan yang sempurna. Serius, itu seperti dalam video games.

Pertama kali Sunghoon melihatnya, Sunghoon pikir dia berhasil melakukan trik, itu sudah cukup. Tapi tidak, itu belum cukup. Anak itu harus kembali melakukan trik putaran 360 derajat penuh.

Dengan gerakan atletis yang tampaknya tidak ada hubungannya dengan fisiknya, anak itu melompat dari ke udara, melayang sementara papannya berputar di kedua sumbu. 360 derajat. Dan bam!—dia menginjaknya, kedua kakinya berhasil seimbang. Papan itu membungkuk begitu dalam sehingga tampak seperti akan patah, tetapi dia tetap berdiri, dan saat dia menegak.. wajahnya! Dia tidak bisa mempercayainya! Dia membuat wajah paling bahagia.

"Ya Tuhan!" Kedua tangan anak itu mengepal. "Berhasil!"

Pemain lainnya datang mengalir menuruni tangga. Mereka mengerumuni anak itu. Itu adalah, dan mungkin selalu, momen terbesar dalam hidupnya.

"Bilang kalau apa yang gue tunjukkin ke lo ini cukup sepadan." ucap Sunghoon

Jake mengangguk semangat, dia bersungguh-sungguh dan menatap Sunghoon dengan tatapan yang berbeda dari sebelumnya. Jake seperti melihatnya, benar-benar memperhatikan dirinya, untuk pertama kalinya.

"Sepadan, kok. Lo benar. Tadi itu momen yang sempurna.."

"..kayal elang hitam." lanjutnya.

Sunghoon menoleh, kepalanya sedikit tertunduk—balik menatap Jake sambil tersenyum sebelum tangannya menarik pergelangan tangan pemuda yang lebih pendek darinya itu.

"Iya, kayak elang hitam. Ayo, kita cari yang mahal buat makan siang."

Bukan makanan sehat, tidak ada yang peduli tentang kesehatan tubuh di situasi seperti ini. Mereka memutuskan untuk membeli bacon cheeseburger—ekstra bacon, dan ekstra keju.

Dan omong-omong, ini adalah hari dimana mereka menemukan ide untuk membuat peta berisikan hal-hal kecil yang sempurna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

map of tiny perfect things | sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang