Pria itu meraih senapan dibelakang punggungnya saat Keiko mengejutkannya tadi. Sementara Keiko yang melihat gerakan sigap pria itu untuk mengambil senapan malah refleks mengangkat kedua tangannya keatas seperti orang menyerah.
"Ah- maafkan aku. Kau pasti terkejut. Tapi aku heran kenapa kau ada disini? Bukannya para pengawal hanya mengawal di pintu masuk?" Kata Keiko pelan sambil memperhatikan pria yang muncul dari semak-semak itu dengan seksama.
Setelah mendengar penjelasan Keiko, pria itu melepaskan senapan di punggungnya perlahan, akan tetapi dia masih kaku terdiam sambil menatap Keiko.
Keiko tersenyum manis sambil melambaikan tangannya ke udara, "Tenang tenang, aku teman kok. Aku disini karena aku malas di dalam gedung. Ramai sekali tamu-tamunya. Kau pasti disini karena mau menenangkan diri juga dari depan. Penjaga yang disewa kakak emang sebanyak itu."
Pria itu tidak mengucapkan apapun. Dia hanya terdiam sambil memperhatikan Keiko yang sudah mengurut kepalanya. Dia merenguh pelan. Bartender sialan itu benar-benar memberinya alkohol yang kuat.
Mata hijau Keiko melihat pria itu lagi lalu tersenyum lucu saat dia mendapati pria bersetelan hitam itu masih berdiri kaku, "Tidak apa-apa. Kau tidak usah kerja jika kau memang sepenat itu. Aku juga berharap aku tidak diperkenalkan ke khalayan umum malam ini, aku sebenarnya lebih suka orang-orang tidak mengenaliku."
Pria itu masih tidak menjawab apapun, membuat Keiko berdecak kesal, "Apa kau bisu? Tapi tadi kudengar kau mengoceh dengan dirimu sendiri, jadi tidak mungkin kau bisu. Ayo sini duduk disampingku." Kata Keiko sambil menggerakkan tangannya menepuk-nepuk bangku disebelahnya.
Akhirnya, pria itu menuruti Keiko. Dia melangkah dalam diam dan mendudukkan diri disamping kursi panjang yang berada di Gazeb. Tepatnya di sebelah gadis cantik bergaun putih tersebut.
Mata Pria itu menatap Keiko seksama, hingga Keiko dapat merasakan dia sedang menatap kearah punggung terbuka miliknya.
Keiko mengalihkan pandangannya untuk menatap wajah pria itu dan dia sedikit terkesima. Pria ini tampan, bukan tipikal tampan yang selama ini dia kencani, tapi cukup tampan untuk menjadi seorang pengawal.
Di dekat telinganya ada sebuah bekas jahitan panjang yang ujungnya menghilang dibalik kerah kemeja hitamnya, badannya kekar, bibirnya tebal dan kemerahan lalu alisnya lebat. Mata pria itu juga kelam, sehitam batu obsidian. Bahkan Keiko seperti dapat berkaca dimatanya yang juga sedang menatap Keiko dalam diam.
"Siapa namamu?" Tanya Keiko pelan mencoba untuk mendengar suara pria disampingnya ini.
Namun nihil, pria ini tetap menatapnya tanpa mengucapkan apa-apa hingga Keiko mendengus kesal. Baru kali ini dia menghadapi orang yang mendadak bisu seperti ini.
Keiko mengigit bibirnya keras, kepalanya sudah benar-benar pusing. Lalu dia melihat kearah pria tadi dan masih mendapati jika pria itu masih tetap melihatnya. Keiko sendiri tidak bisa membaca apa yang pria itu pikirkan.
Namun saat Keiko semakin lama menatapnya, bibir tebal pria itu menyeringai kecil, seolah menahan tawa yang membuat Keiko salah tingkah.
Gadis itu menatap badannya namun dia tidak menemukan keanehan di gaunnya. Gaunnya tidak melorot atau apapun, namun kenapa pria ini menahan tawa.
Dengan alis yang menukik, Keiko membuka mulutnya lagi, "Apa yang kau tertawakan?" dan pertanyaannya tersebut sukses menurunkan seringaian pria disampingnya ini.
Setelah itu, giliran Keiko yang menyeringai. Mata gadis itu menatap kearah bibir pria disampingnya ini, "Kau tau tidak kalau bibirmu seksi?" Kata Keiko lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ONE WHO WEARS BLACK
ActionPada pertengahan bulan November, kabar menggemparkan datang dari rumah utama Klan Katayama. Pasalnya, Sang Putri Bungsu dari keluarga inti Katayama yang dari dahulu dirahasiakan kepada publik dikabarkan menghilang dari rumah secara tiba-tiba. Hal in...