12

13 7 4
                                    

"Yang ini pak rumahnya" Tunjuk gue ke rumah berlantai 2 dan berpagar tinggi kepada bapak ojek yang gue tumpangi.

"Terimakasih ya pak" sambung gue setelah turun.

"Neng matanya kenapa neng? Habis nangis ya neng?" Kata pak ojek melihat menyelidiki.

"Saya gak apa-apa pak, ini pak" Jawab gue sambil menyodorkan helm yang gue pakai selama perjalanan.

Bapak ojek tersebut cuma mengangguk dan menaruh helm itu di motornya lalu pergi. Gue berbalik dan menekan bel yang ada di samping pagar rumah Lala.

"Eh neng Diah, mau ketemu mba Lala ya?" Sapa Pak Kardi satpam rumah Lala.

Gue tersenyum lalu mengangguk, karna gue gak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun saat ini. Lalu Pak Kardi membukakan pintu pagar dan mempersilahkan gue masuk.

Lala sudah menunggu di depan pintu dan melambaikan tangan ke gue. Gue berlari menujunya karena gue gak sabar untuk menceritakan semuanya ke Lala.

"Lo kenapa yah?" Tanya Lala khawatir melihat gue langsung memeluk ia erat dan gue terisak dipelukkannya.

"Yuk masuk dulu" sambungnya sambil menggiring gue masuk ke dalam rumahnya.
.
.
Lala menghembuskan nafas frustasinya setelah mendengar cerita gue.

"Gue minta maaf karena udah buat lo berharap yah... Gue...gak nyangka Arka terang-terangan mengatakan kalau dia suka orang lain sama lo, apa ini maksud dia ngajak lo?" Kata Lala setelah mendengarkan curhatan gue.

"Dia cuma anggap gue sekedar teman la, gue doang yang terlalu larut dalam perasaan gue sendiri..." Jawab gue menghembuskan nafas dengan kasar.
"Cinta pertama gue singkat banget ya la, atau bukan cinta?" Sambung gue dan melirik Lala.

"Iya sih, bisa aja lo cuma kagum dan lo nangis sekarang karena baper sama sikap Arka sama lo" Kata Lala dengan sedikit menekankan setiap katanya.
"Kita tunggu aja sampai besok, apa lo udah moveon atau belum" sambungnya dan tersenyum ke arah gue.

Gue cuma mengernyitkan dahi gue heran.
.
.
.
Sore harinya gue pamit pulang ke Lala dan orang tua Lala. Gue udah merasa lega karena udah curhat ke Lala. Mungkin Lala benar, perasaan gue ke Arka hanya kekaguman semata.

Selama perjalanan bapak ojeknya seperti was was dan selalu memperhatikan kaca spion motornya
"Neng kayaknya ada yang ngikutin kita deh neng" katanya kemudian.

Gue langsung menoleh ke belakang.
"Jangan dilihat neng" kata bapak ojeknya mencegat gue sebelum gue melihat ke belakang.

"Pak lebih cepat lagi deh, nanti kalau saya bilang berhenti bapak langsung berhenti ya pak" kata gue was was, gue curiga siapa yang ngikutin kita. Setelah sampai di persimpangan dekat rumah gue, gue langsung melompat turun dan cepat-cepat menyuruh bapaknya pergi.

Seperti perkiraan gue, motor ninja hitam yang ngikutin gue berhenti di tempat gue turun setelah melihat bapak ojeknya pergi. Gue memperhatikan dari pohon yang kebetulan ada didekat sana.

Saat penguntit tersebut membuka helmnya, gue kaget dan heran kenapa sosok penguntitnya 'dia'. Gue langsung berlari ke arah si penguntit dan... Brukk!

"Aduh!" Kata Azka sambil memegangi kepalanya akibat gue jitak. Ya bener si es batu yang ngikutin gue.

"Ngapain lo buntutin gue" Kata gue marah.

"Buntutin?" Katanya dengan wajah penuh tanya.

"Iya! Awalnya gue gak sadar tapi kang ojek tadi bilang ke gue trus gue berhenti disini, sengaja buat cari tau apa lo ngikutin gue atau kang ojeknya. Dan ternyata setelah lo tau penumpang bareng kang ojeknya gak ada lo mutusin buat berhenti di sini. Mau lo apa sih?" Kata gue kesal.

"Naik gue anterin pulang" Kata si es batu tanpa merisaukan pertanyaan maupun pernyataan gue barusan.

Gue sedikit kaget ajakan cowo ini barusan. Karna dari informasi yang gue tau, nih si es batu gak pernah boncengin cewe kecuali Kak Syifa. Tapi karena gue terlanjur emosi karna nih cowo, gue menolak ajakannya dan berlalu pergi.

"Woi!" Teriaknya. Tapi gue gak menghiraukannya dan tanpa menoleh kebelakang. Males banget gue!.

Setelah gue rasa cukup jauh dari si es batu, gue memutuskan berbalik untuk melihat dia. Penasaran gue!.
Waktu gue berbalik, gue terkesiap kaget melihatnya tidak jauh dari tempat gue berdiri, ia sedang berjalan dan menarik motornya. Melihat gue berhenti dia pun ikut berhenti, dia juga terkejut melihat gue berbalik ke arahnya. Ngapain sih nih cowo, gak jelas banget! Gue harus kaduin ke Lala nih.

Gue balik badan kembali jalan sambil manyun kesal sama nih cowo.
Sesampai depan rumah gue buru-buru masuk dan menutup pagar dengan cepat. Setelahnya, gue mengintip dari balik pagar melihat si es batu. Dia melihat kearah gue masuk dan menaiki motornya pergi.

.
.
.

"Iya la, gue juga heran ngapain dia buntutin gue coba? Malah sampai depan rumah" kata gue ke Lala melalui telepon.

"Hm, jangan-jangan ada udang dibalik bakwan yah. Atau lu ada ngambil barang dia kali makanya lo dibuntuti sama dia" kata Lala menerka-nerka.

"Yeee, mana ada gue ambil barang tu bocah. Ketemu juga ga ada, ngobrol atau interaksi lainnya apalagi. Gue jadi takut deh la" kata gue.

"Gue juga heran kenapa sosok Azka bisa aneh gitu ya? Hm" kata Lala berikutnya.

"Yaudahlah la, gue bomat aja lah. Males mikir gue. Pokoknya kalau sampai dia macam-macam gue bakal ga mikir panjang lagi buat hajar tu cowo" kata gue dengan nada mengancam.

"Idiih, mulai nih lakiknya keluar. Hahahhaha" kata Lala diselingi ketawa.

"Yaudah gue mau mandi dulu, bye" kata gue mengakhiri telepon.

"Bye" kata Lala, dan gue langsung mematikan sambungan telepon.







Tbc

Gue Diah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang