Part 7

725 161 14
                                    

Javier kembali datang ke kedai Cindy dan herannya ia tak melihat Cindy di mana-mana, apa mungkin Cindy tengah libur atau istirahat? Setelah makan Javier pun memilih untuk langsung bertanya pada Hana.

"Permisi, apakah hari ini Cindy libur?" tanya Javier.

"Iya," jawab Cindy sesuai arahan Cindy tentunya. Walau ia tak paham kenapa Cindy harus berbohong.

"Apakah besok ia masuk?"

"Iya tentu saja."

"Baiklah saya akan kembali lagi besok." Hana hanya mengangguk dan melayani pembayaran. Setelah itu Javier pergi dari sana dengan kepala tertunduk. Hana langsung menganalisa.

"Aku yakin, pria kaya itu suka dengan Cindy, bodohnya Cindy sampai tidak mau dengan nya. Andai ia mau denganku tentu saja aku langsung mengatakan iya, aku mau hahaha membayangkan itu rasanya jadi malu sendiri. Membayangkan aku akan memakai pakaian bagus, mahal dan selalu ke salon. Tanpa harus kerja begini, duduk santai di rumah menunggu suami sembari di layani pelayan. Wah aku seperti Cinderella sungguhan."

Plak!

"Auh!" Hana mengaduh kesakitan saat kepala belakangnya ada yang memukul. Ia langsung menoleh ke belakang dan merengut saat tahu siapa yang memukulnya.

"Bilang terima kasih! Malah mukul!" sentak Hana kesal.

"Mau aku pukul lagi?" tanya Cindy. Hana langsung pasang muka imut.

"Kenapa sih, Sin, kamu nggak mau sama tuh cowok kaya?"

"Nggak apa-apa."

"Berteman aja masa nggak mau juga?"

"Buat apa?"

"Ya, siapa tahu ada temennya yang ganteng dan tajir juga, hehehe." Cindy menghela nafas. Ia tak tahu harus memberitahu perihal status Javier atau tidak pada Hana. Tapi, lebih baik tidak.

Cindy kembali mengambil alih pekerjaannya karena sebenarnya Hana harus beristirahat. Hana pun meninggalkan kasir dan pergi keluar kedai sementara Cindy duduk di tempat kasir.

****

Javier nampak sibuk dan perutnya tiba-tiba bunyi pertanda ia lapar. Ia usap perutnya dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, waktunya untuk ia pulang. Ia melihat foto anak-anaknya di bingkai kecil meja kerjanya. Ia usap dan tersenyum ke arahnya. Lalu ia bergegas merapihkan mejanya dan pergi dari sana.

Sebenarnya Javier tidak berniat untuk datang ke kedai tapi ia ingat bahwa ia pernah bercerita mengenai kedai ini pada anak-anak, ia ingin membawakan makanan dari kedai tersebut.

Ia pun bergegas masuk dan terkejut saat melihat Cindy tengah melayani pembeli yang hendak membayar. Cindy nampaknya tak sadar akan kedatangannya dan entah kenapa Javier selalu senang melihat kehadiran Cindy. Ia merasa seperti memiliki teman yang dapat di percaya.

Dan bila teman itu tak ada di hadapannya ia akan sangat kehilangan.

Hana terkejut saat melihat Javier tengah memperhatikan Cindy, ia merasa bahwa sudah terlambat untuk memberitahukan kehadiran Javier pada Cindy. Jadi mau tak mau Hana hanya bisa menawarkan menu untuk Javier.

"Kamu bilang Cindy tidak kerja hari ini?" tanya Javier dengan mata tertuju pada menu. Hana hanya bisa tersenyum bingung.

"Kenapa harus berbohong, apa Cindy yang memintamu?" Hana buru-buru menggeleng karena tak mau nama sahabatnya buruk di depan Javier.

"Lantas?"

"Saya yang isengin Bapak."

"Iseng, pada saya?" Javier langsung menatap kedua mata Hana yang membuat Hana mendadak tak berkutik. Seakan ia sedang di tatap elang pemangsa.

"Maaf." Hanya itu yang bisa Hana katakan. Javier menghela nafas dan memilih untuk fokus memilih menu. Ia memesan beberapa menu untuk di bawa pulang dan dengan cepat Hana mencatatnya.

"Tunggu sebentar, Pak," ujar Hana dan langsung pergi ke dapur. Rasanya ia gemetar karena tak sangka orang yang ia kira selalu terlihat hangat itu bisa menatapnya dengan begitu tajam. Hanya karena ia berbohong soal Cindy.

Sepenting itukah Cindy baginya?

Makanan telah siap dan Javier siap untuk membayar. Saat itulah Cindy tak berkutik karena telah bertatap muka dengan Javier. Cindy nyengir lebar seakan semua baik-baik saja. Setelah membayar tentu saja Javier ingin bicara berdua.

Mereka pun bicara di luar kedai. Cindy nampak canggung karena tak tahu harus bagaimana menghadapi situasi seperti ini.

"Kenapa kamu harus meminta Hana berbohong?"

"Wih, hebat kok Mas bisa tahu?"

"Cindy, apa saya adalah salah denganmu? Katakan saja bila iya, jangan seperti ini." Cindy akhirnya sadar bahwa yang ia lakukan salah dan tindakan pengecut. Benar kata Javier jika ada yang salah ia harus katakan dan tanyakan.

"Saya tidak enak kalau harus bicara berdua begini dengan, Mas."

"Kenapa?"

"Bukankah Mas sudah berkeluarga?" Javier tersentak. "Benarkan?"

"Kamu ...."

"Tahu dari mana?" tebak Cindy. Javier mengangguk. "Aku melihat mu tengah makan malam di sebuah restorant ayam bersama anak-anakmu, anakmu laki-laki dan perempuan kan?" Javier mengangguk lagi.

"Itulah kenapa aku berusaha menghindarimu, Mas. Aku tidak mau sampai di cap sebagai pelakor yang lagi booming itu."

"Pelakor?"

"Perebut suami orang, Mas. Masa nggak tahu?" Javier menggeleng.

"Ya sudah, pokoknya intinya begitu, aku tidak mau merusak hubungan pernikahan harmonis kalian. Tidak mau timbul kesalahpahaman."

"Justru aku rasa kamu yang salah paham di sini."

"Aku?" tunjuk Cindy pada dirinya. Javier mengangguk.

"Kenapa jadi aku?" tanya Cindy heran.

"Karena aku sudah menduda selama 6 tahun." Cindy menganga mendengar itu. dan buru-buru merubah raut wajahnya menjadi rasa bersalah.

"Ma-maaf, aku-aku ...."

"Tidak apa-apa."

"Maaf jika aku bertanya lagi, alasannya apa Mas sampai menduda?"

"Istriku meninggal setelah melahirkan anak kedua kami." Cindy makin merasa bodoh dan bersalah karena bertanya yang membuat Javier pasti ingat rasa sakitnya lagi.

"A-aku benar-benar minta maaf, Mas."

Javier tersenyum kecil. "Tidak apa-apa, toh ini masa lalu keluargaku."

"Tapi tetap saja ...."

"Jangan menjauh lagi ya," potong Javier.

"Kenapa?"

"Karena aku rasa, aku sudah mendapatkan teman yang tepat. Aku merasa cocok mengobrol denganmu, aku mohon, jangan menjauh, ya?" Cindy yang melihat kesungguhan itu pun akhirnya mengangguk dan membuat Javier tersenyum senang.

"Kau tahu, Cindy. Aku merasa seperti kembali hidup, selain bersama anak-anakku, kamu adalah orang pertama yang membuatku merasakan gairah hidup. Terima kasih dengan kesederhanaan dan kepolosanmu dalam bercerita membuatku memiliki teman yang sangat berharga."

Cindy tak bisa mengatakan apa pun karena ia tak menyangka Javier begitu menyukai pertemanan mereka.

"Kalau begitu, aku pulang ya, anak-anak pasti sudah menunggu ku." Cindy bergegas mengangguk dan membiarkan Javier pergi dengan mobilnya.

Cinderella Mom (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang