Part 12

725 153 17
                                    

Emi dan Matteo tengah duduk bersama untuk membahas bagaimana caranya menyingkirkan Mama tirinya itu. walau Cindy bersikap baik mereka tetap tak percaya karena selama ini masih ada Javier tentu saja Cindy akan bersikap baik pada mereka. Jika Javier tak ada entah apa yang akan Cindy lakukan pada mereka nanti.

Jadi, mereka tak mau hal buruk terjadi jika Javier tak ada di rumah. Mereka harus membuat Cindy pergi dari rumah sebelum hal itu terjadi pada mereka.

"Jadi, gimana, Kak? Apa rencana Kakak?" tanya Matteo sembari makan coklat.

"Kakak juga masih berfikir, sebenarnya banyak hal gila di otak Kakak, tapi sepertinya akan sulit di lakukan jika masih ada Ayah di samping orang itu."

"Bagaimana kalau seperti biasa saja Kak?"

"Susah, Dek, kan kita pernah coba tapi gagal karena wanita itu mudah sekali membalikkan fakta dan malah menguntungkan dia di mata Ayah."

"Iya sih, terus gimana dong?"

"Kita amati dia dulu, seperti apa kebiasaannya barulah kita cari ide nya."

"Oke, Kak." Emi tersenyum dan tak lama langsung memukul tangan sang adik.

"Iih, Kakak, sakit tahu."

"Jangan makan coklat terus." Matteo manyun tapi tetap saja menuruti perkataan sang Kakak.

"Ayo kita turun dan mulai perhatikan kebiasaannya. Dan siapa tahu kita dapat titik lemahnya agar mudah untuk menjauhkannya dari Ayah."

"Siap, Kak." Matteo kembali meraih coklat di meja dan Emi dengan cepat pula menepisnya. Matteo nyengir dan menaruh kembali coklat itu.

Mereka pun turun dan melihat Cindy tengah ikut sibuk membuat makan malam bersama para koki. Emi dan Matteo heran kenapa juga ia mau repot-repot di dapur padahal semua sudah ada yang menghandle. Pastilah untuk cari simpati dari Ayah mereka.

Mereka berdehem membuat Cindy menoleh dan langsung tersenyum.

"Anak-anak, kalian suka brownis tidak? Mama barusan buat loh, kalian coba ya?" Cindy menaruh brownis buatannya di meja agar mereka mencobanya. Tapi Emi langsung menjauhkan brownis itu dari hadapannya.

"Aku tidak suka, apalagi bukan buatan orang profesional. Aku tidak jamin kebersihannya," jawab Emi ketus.

Cindy mencoba tetap tersenyum mendengar jawaban jujur itu.

"Kan, Mama buatnya di sini, di rumah Emi, yang pasti peralatan dan bahan semua terjamin bersih dan bagus. Kenapa Emi masih ragu soal itu?" tanya Cindy.

"Karena yang buat bukan profesional."

"Walau bukan profesional tapi kue itu tetap jadi, dan kalian hanya tinggal mencobanya, enak atau tidak."

"Jangan memaksa dong kalau aku tidak suka, aku tidak suka di paksa, maaf." Emi pergi dari sana, sementara Matteo yang memang menyukai hal-hal manis jadi ragu. Mengambilnya atau tidak.

"Ambilah kalau kamu mau sayang," ucap Cindy pada Matteo. Matteo menarik nafas sejenak sebelum akhirnya ia mengambil sepotong dan buru-buru pergi dari sana. Begitu saja Cindy sudah senang bukan main. Setidaknya ia mulai memahami kedua sifat sang anak.

Tak lama sang suami pulang dan makan malam sudah siap. Javier mengecup kening Cindy lalu mencicipi kue yang di buat oleh Cindy.

"Hm, enak sekali sayang, kamu yang buat?"

"Iya, suka?"

"Suka sekali, tapi aku tidak bisa makan manis banyak-banyak."

"Begitu ya, nanti aku coba buat dengan pemanis yang aman untuk mu, ya?" Javier tersenyum senang.

Cinderella Mom (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang