v

755 109 91
                                    

###






Tanpa Jongseong sadari, ia sudah membiarkan Sunghoon berada di kehidupannya entah berapa lama. 

Sebuah rekor baru di hidupnya karena biasanya orang-orang akan mulai pergi ketika Jongseong abaikan. Berbeda dengan Sunghoon yang ia sama sekali tidak mengerti mengapa terus-terusan menemuinya.

Satu hal yang ia syukuri adalah ia sudah tidak melakukan pekerjaan selingan miliknya sejak Sunghoon selalu mengisi meja tempatnya.

"Artis yang paling kamu suka?"

"Genre musik yang paling sering kamu dengar?"

"Punya tempat favorit?"

"Mau makan apa? Kesukaan kamu apa?"

Jongseong tidak tahu kenapa ia harus menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Sunghoon, namun ia sudah mulai membuka hatinya sebelum ia sendiri sadari. Mulai menjawab saja apa yang Sunghoon tanyakan ketika mereka kembali bertemu.

Tidak protes ketika tiba-tiba saja Sunghoon sudah di depan apartemennya, entah mengajak makan, atau hanya sekedar mampir. Bosan, katanya.

Hampir setiap pergi meninggalkan notes di mejanya, sisi sedikit puitis milik Sunghoon yang, Jongseong bahkan tidak tahu siapa saja yang mengetahuinya.



Pejamkan mata pada seutas cahaya yang melintasi kelip langit malam, mengharap. Harapan-harapan semoga terkabul.




Yang Sunghoon tulis ketika mereka melihat bintang jatuh di balkon apartemen milik Jongseong,



Pagi yang akan selalu datang, kan tidak ada sore yang selamanya?



Ketika Sunghoon enggan kembali sore itu karena kerjaan yang tiba-tiba mendesak. Berkata akan ganti menemuinya ketika pagi esoknya karena hari libur. Padahal Jongseong juga tidak menahannya. Walaupun ada sedikit kecewa karena Sunghoon baru beberapa saat disana. Perlahan mulai menantikan bertemu dengan Sunghoon kembali.

"Dulu aku sempat diam-diam kursus musik, menyanyi. Tapi ketahuan ayah. Jadi dilarang, katanya aku harus nerusin warisan keluarga."

Mereka sedang berada di belakang taman kota, dengan Sunghoon yang merebahkan badannya di samping Jongseong yang bersandar pada pohon. Yah, bisa kalian tebak, Sunghoon memaksa ikut kemanapun Jongseong pergi.

"Aku sempat melupakan betapa senangnya aku ketika bermusik. Melanjutkan sekolah bisnis, mengikuti apa yang dikatakan ayah, menjadi anak baik dan mendapatkan jabatan, sampai aku lihat kamu di bar."

Jongseong menoleh ke arah Sunghoon yang masih memandangi langit di atas mereka,

itu, pertama kalinya Sunghoon membicarakan dirinya sendiri.

"Aku mungkin akan menjadi budak ambisi kalau tidak bertemu dengan Jongseong malam itu. Menghabiskan waktu hanya untuk pekerjaan, ah—sangat membosankan."

Jujur saja, Jongseong ingin membalas cerita panjang lebar milik Sunghoon namun yang keluar dari mulutnya malah, "Oh, gitu."

Sunghoon mengerutkan keningnya ketika mendengar balasan Jongseong, bangkit perlahan dan mengubah posisinya menjadi duduk berhadapan dengan Jongseong,

"Serius? 'oh, gitu'? Kamu nggak asik."

Malah sekarang Jongseong terdiam tanpa membalas Sunghoon sama sekali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

notes n words • jayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang