DUE

210 53 28
                                    

DUE : SPIAGGIA

☀ 𝑵𝒐𝒊 𝒆 𝑰'𝒆𝒔𝒕𝒂𝒕𝒆 𝑷𝒐𝒔𝒊𝒕𝒂𝒏𝒐 ☀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☀ 𝑵𝒐𝒊 𝒆 𝑰'𝒆𝒔𝒕𝒂𝒕𝒆 𝑷𝒐𝒔𝒊𝒕𝒂𝒏𝒐 ☀

         “Jaga rahasia ini tetap aman, okay? Hanya kau yang boleh tahu.”

         MUNGKIN itulah kalimat terakhir yang terucap dari bibirnya pada perbincangan kami siang ini. Dia harus beranjak kala seseorang yang ia sebut ‘fratello’ (kakak laki-laki) menelponnya dan menyuruhnya untuk segera pulang ke rumah dikarenakan ada urusan mendadak.

Ia segera menarik diri dari kursi dan menaruh beberapa lembar uang di atas meja, bermaksud menitipkannya untuk membayar granita dan Panna Cota yang ia pesan.

“Tuan, aku titip uangku disini ya. Aku harus segera pulang. Senang bertemu denganmu tuan kamera, arrivederci!” (selamat tinggal).

Setelahnya ia melangkah, menjauh dari tempatku duduk. Tak lama ia berbalik, mengucapkan kalimat permintaan agar rahasianya tetap aman dengan raut wajah menggemaskan. Tak lupa kedua tangannya ditaruh pada kedua sisi bibirnya, membentuk isyarat seperti tengah berbisik.

Aku mengangguk sebagai jawaban sembari terkekeh kecil.

Ya Tuhan, ia manis sekali.

Perbincangan kami ditutup dengan tingkah manisnya. Sampai jumpa lagi—

Astaga, aku lupa menanyakan namanya!

☀ 𝑵𝒐𝒊 𝒆 𝑰'𝒆𝒔𝒕𝒂𝒕𝒆 𝑷𝒐𝒔𝒊𝒕𝒂𝒏𝒐 ☀

Besoknya aku kembali lagi ke cafe tersebut. Hanya untuk sekedar melakukan kegiatan rutinku setiap harinya. Duduk di kursi pojok dengan segelas kopi panas yang menemani kegiatannya. Mataku sibuk menyapu pandang, menjelajahi pemandangan sekeliling bermaksud mencari objek yang akan ku potret.

Berbeda dengan meja-meja yang diisi oleh beberapa pasang kekasih, suami-istri, hingga pasangan lansia yang masih terlihat romantis dalam kencan mereka. Hanya aku yang duduk dengan kursi yang dibiarkan kosong di depanku, dan bersama kamera yang terus menggantung pada leherku.

Benar apa yang dikatakan Jimmy, sahabatku yang berasal dari New York. Ia bilang ‘kau seperti tengah berkencan dengan kamera mu. Anytime, anywhere, kamera mu tak akan berada jauh dari jangkauanmu. Terkadang aku merasa miris ketika mendengar pemuja wajah tampanmu itu mengaku iri pada kamera mu.’

Aku tak dapat menyangkal saat dia mengatakan itu. Karena memang, kenyataan berbicara begitu. Aku tidak begitu tertarik memiliki kekasih, walau terkadang aku iri pada Jimmy yang telah menjalin hubungan dengan beberapa wanita sejak masa sekolah. Namun, aku terlalu malas untuk menjalin sebuah relationship.

𝙉𝙤𝙞 𝙚 𝙄'𝙚𝙨𝙩𝙖𝙩𝙚 𝙋𝙤𝙨𝙞𝙩𝙖𝙣𝙤 (re-publish) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang