EPILOGO

139 24 13
                                    

Ready to say goodbye?
btw, maaf kelupaan update 😔

Perlu aku tekankan, maaf kalau endingnya gak sesuai ekspetasi kalian, aku nyoba nyalurin ide, dan inilah ide hasil perasan aku dari kemarin malem

Happy Reading Summeries! 💛☀













EPILOGO : Grazie e arrivederci

☀ 𝑵𝒐𝒊 𝒆 𝑰'𝒆𝒔𝒕𝒂𝒕𝒆 𝑷𝒐𝒔𝒊𝒕𝒂𝒏𝒐 ☀

          TAHUN telah berganti. Angka terakhir dari 4 digit angka tahun telah bertambah 1. Menjadi angka yang lebih besar dari angka sebelumnya.

          Sudah lama juga ya?

         Sudah selama itu hubungan kami terjalin. Selama itu pula aku mengetahui satu fakta yang sedari dulu mengacaukan pikiranku.

        Ternyata membangun komitmen bersama calon pasangan hidup tidaklah mudah. Terlalu banyak lika-liku yang harus dilewati, dan itu tidaklah mudah. Tetapi jika dilewati bersama, semuanya terasa mudah dan menyenangkan.

        Karena selalu ada tangan yang terulur disaat salah satu dari kami jatuh. Dan terkadang kami jatuh bersama, lalu berdiri bersama lagi. Begitupula bangkit bersama-sama.

         Sepak terjang kami tidak semua yang kami bayangkan sebelumnya. Tetapi kami mencoba kuat, hingga kami sampai ke jenjang yang jauh ini. Kami akan menikah, di musim panas.

         Di luar aula gereja, telah didekor sedemikian rupa untuk acara resepsiku bersama Nave nanti siang. Bertemakan musim panas dengan segala macam pernak-pernik yang didominasi warna kuning. Musim awal pertemuanku.

         Aku menghela nafas gugup seraya melafalkan doa. Setiap detik nafasku terasa semakin berat, terlebih disaat decitan pintu gereja terdengar. Rasanya jantungku ingin melompat saja.

         Disana, gadisku berjalan didampingi ayahnya. Mendekat padaku yang berdiri di atas altar. Setelah itu ayah melepas gandengannya di tangan Nave, lalu aku beralih meraih tangan Nave. Menggenggamnya erat disertai senyuman guna menenangkan gadisku. Ayah mertuaku membisikkan kalimat padaku, lalu aku menganggukinya dengan mantap.

         “Berjanjilah untuk menjaga baik-baik anak gadisku!”

          “Ayah dapat memegang janjiku.”

          Lalu ayah memundurkan diri dari altar, mendekati ibu dan kedua orang tuaku yang duduk di bangku terdepan. Aku menghembuskan nafas lagi. Sudah saatnya.

          “Kalian sah menjadi pasangan suami istri.” Ucap sang pendeta setelah pengucapan janji suciku dan Nave. Rasanya hidupku sangat bahagia, hingga membuatku menarik nafas lega. Hatiku ikut mengucapkan rasa syukur kepada tuhan berulang kali. Rasanya aku tak pernah merasa sebahagia ini.

         Di belakangku, para kerabat beserta tamu undangan ramai bersorak sorai gembira seraya bertepuk tangan. Sesekali mengucapkan kalimat syukur. Hingga satu teriakan dari belakang membuat semua orang memekik heboh.

         Jimmy tanpa rasa malunya berteriak. “Ayo cium dia!” Lalu Nico—kakak iparku ikut berteriak sembari merangkul Jimmy. Kumpulan sepupu jomblo.

𝙉𝙤𝙞 𝙚 𝙄'𝙚𝙨𝙩𝙖𝙩𝙚 𝙋𝙤𝙨𝙞𝙩𝙖𝙣𝙤 (re-publish) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang