4

109 28 1
                                    

Alea selalu menyempatkan waktu untuk membaca buku, bahkan saat makan siang sekalipun, dia tidak lepas dari benda persegi itu. Ditambah lagi keadaan hatinya yang sekarang tidak menentu, dia semakin larut dalam susunan kalimat yang menenangkan itu.

Sesekali Alea mengangguk saat Risti, sahabatnya mengajak berbicara. Dia iyakan saja tanpa tahu apa yang dibahas oleh temannya.

"Lo dengerin gue nggak sih, Lea?" Risti merasa kesal. Meski memang sudah sering diabaikan, entah kenapa kali ini dia merasa temannya amat keterlaluan.

Alea menoleh, menutup buku di tangannya kemudian berpikir, mengingat apa yang tengah dibicarakan oleh temannya.

"Lo nggak dengerin gue kan?" Risti memastikan.

Alea tertawa kecil. "Maaf, Ris. Aku nggak fokus," sesalnya.

Risti melengos, berdecak kesal saat curhatannya yang panjang lebar itu ternyata tidak didengar. "Temen lo tuh emang buku doang gue rasa. Bukuuu terus, gue jadi mikir kenapa Arka sampe merasa nggak nyaman."

"Risti," tegur Alea, meletakan buku di tangannya ke atas meja. "Aku minta maaf," sesalnya. Tidak biasanya Risti bersikap seperti ini.

"Kenapa hubungan lo sama Arka sampe bubar, sebenernya masalahnya tuh ada sama lo, Lea. Lo tuh aneh." Setelah mengutarakan kalimat itu, Risti pun pergi. Meninggalkan Alea yang masih tertegun di tempatnya.

Alea berpikir, mungkin Risti tengah ada masalah, dari ceritanya yang sempat dia tangkap, gadis itu tengah bertengkar dengan ibunya. Dia jadi merasa bersalah.

Risti biasanya akan menemuinya saat akan pulang, gadis itu selalu bercerita banyak hal tentang kelasnya, tentang teman-teman atau dosen yang membuatnya kesal. Dan Alea baru ingat, dia selalu mengabaikannya dan memilih baca buku.

Di ujung koridor Alea  melihat Risti tengah mengobrol dengan teman-temannya yang lain, bercanda juga tertawa, terlihat akrab dan begitu seru. Dia sadar, selama ini Risti selalu menemaninya bukan karena dia sendirian, tapi dirinyalah yang tidak punya teman.

Memilih menghabiskan waktu di perpustakaan untuk kembali membaca buku, Alea tidak bisa fokus dengan isi dari benda itu. Tiba-tiba saja dia menangis.

Masalahnya tuh ada sama lo.

Kalimat itu berputar-putar di kepala, dia sadar ada yang salah dengan dirinya. Sadar bahwa sikapnya banyak membuat orang kecewa.

***

Arka tengah tertidur saat dering ponselnya membuat ia sontak terjaga. Dia lalu mengerutkan dahi saat nama Om Anwar tertera di layarnya.

"Halo, Om?" Arka melirikkan pandangannya pada jarum jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Pria itu berkata bahwa putrinya belum pulang.

"Alea belum pulang, Om?" Arka balik bertanya, di seberang teleponnya pria itu tampak khawatir saat tahu ternyata Alea tidak sedang bersama dirinya. "Aku cari ya, Om. Aku tau kok dia di mana."

Arka meyakinkan pria itu bahwa dia tahu, padahal dia juga bingung di mana keberadaan gadis itu. Arka hanya ingin membuat Om Anwar tidak terlalu khawatir dengan putrinya.

Pria itu mengambil kunci motor juga jaket yang kemudian ia kenakan. Saat menuruni anak tangga, sang papi yang keluar dari dapur lalu menanyakan dia ingin kemana.

"Langsung pulang," ucap sang papi, saat Arka bercerita ingin mencari Alea yang kata papanya belum pulang ke rumah.

Berkali-kali Arka menghubungi nomor gadis itu, tapi tidak tersambung. Dia mulai berpikir ke mana biasa Alea menghabiskan waktu sebelumnya. Perpustakaan tentu saja sudah tutup.

Selepas Kau Pergi (Tamat DI KBMAPP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang