9

125 26 1
                                    

"Lo salah paham." Sena mengomel saat mereka sudah berada di dalam mobil. Arka yang menyetir, pria itu terlihat kesal pada sepupunya. "

"Jelas-jelas, si Julian itu mau berbuat kurang ajar sama cewek gue." Arka balik mengomel, namun kemudian terdiam akan ucapannya sendiri. Dia melirikkan matanya ke kursi di belakang, sepertinya Alea masih dalam pengaruh alkohol.

Sena tertawa meledek, mengarahkan pandangannya lurus ke depan dengan kedua tangan ia lipat di depan dada. "Cewek lo, yang bener aja. Bukannya kalian udah putus," sindirnya.

Arka tidak menanggapi, pria itu fokus mengemudi dengan masih menunjukkan raut tidak senang di wajahnya, dia kecewa pada Sena, menyesal telah menyuruh gadis itu menjadi teman Alea.

"Biar gimanapun juga lo salah, Na. Lo bawa anak orang terus lo tinggalin sendirian–,"

"Dia nggak sendirian, gue nitipin ke Julian." Sena menyela tuduhan saudaranya.

Arka menggeleng tidak senang. "Dan si brengsek itu membuat Alea mabuk, terus berbuat kurang ajar saat Alea nggak sadar?"

"Udah gue bilang lo salah paham. Gue kenal Julian, dia nggak kaya gitu." Sena menjelaskan, dia memang begitu dekat dengan anak sahabat sang papi. Bahkan pria itu yang selalu menjaganya jika sedang mabuk. "Julian bilang sama gue, Alea yang ngambil gelasnya duluan, nggak tau kalo minuman mereka ketuker, Ka."

"Omong kosong." Arka tidak percaya, membuat Sena menghela napas dan pasrah pria itu akan berpendapat apa.

"Terserah kalo nggak percaya," ucap Sena.

"Pokoknya, lain kali gue nggak mau denger lo bawa Alea ke tempat kaya gitu, itu bukan tempat dia. Lo bayangin kalo terjadi apa-apa sama dia, gue ngomong apa sama papanya."

"Nggak akan terjadi apa-apa, dia kan sama gue, gue pasti tanggung jawab kok."

"Apa itu yang dinamakan tanggung jawab, lo udah bikin anak orang sampe mabuk, Sena. Alea tuh belum pernah minum alkohol. Dia nggak terbiasa."

Sena membuka mulutnya, ingin kembali melontarkan pembelaan lagi atas omelan sepupunya. Namun dia pikir akan percuma, saat ini dirinya memang bersalah.

"Iya, gue minta maaf." Sena berucap menyesal, menoleh pada Alea yang terlihat lemas duduk bersandar di kursi penumpang. Lalu beralih menatap Arka yang masih mengomel pada dirinya.

"Jadi, pelajaran apa yang bisa lo ambil malam ini? Hm?"

"Mulai sekarang, gue bakal sering ajak Alea ke tempat kaya gitu, biar dia terbiasa."

"SENA!"

"Iyaa!" Gadis itu menutup telinganya saat Arka terdengar membentak. "Baweel."

Mendengar perdebatan itu, Alea merasa kepalanya semakin pusing.  Saat mobil berhenti di depan rumah Sena yang bersebelahan dengan kediaman Arka, dia pun ikut turun.

Melihat Alea beranjak dari duduknya dan keluar dari mobil dengan sempoyongan, Arka terkejut. Pria itu keluar dan menyuruh sepupunya untuk memasukkan mobilnya sendiri ke  garasi.

"Lea." Arka yang mengejar gadis itu lalu menarik lengannya.

Alea berhenti, sorot matanya yang sayu mengarah pada pria di hadapannya. Dia tertawa kecil. "Kamu masih peduli sama aku?" tanyanya.

Arka mengerutkan dahi, cengkraman tangannya ia lepaskan. Entah kenapa dia sudah merasa tidak berhak untuk marah.

Gadis itu berbalik, berjalan pelan menuju rumahnya yang tidak terlalu jauh dari sana. Di belakangnya, Arka tampak mengikuti.

"Lea." Arka berjalan mendahului gadis itu, kemudian menyentuh pundaknya. "Aku gendong," ucapnya. Dia tidak tega melihat Alea kesulitan menjaga keseimbangan.

Selepas Kau Pergi (Tamat DI KBMAPP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang