8

127 25 1
                                    

Terpaksa, Alea ikut masuk mengekori Sena ke dalam gedung itu. Sudah malam, dia juga bingung jika memutuskan untuk pulang sendirian. Gadis itu memastikan bahwa Sena tidak akan lama dan menyuruhnya macam-macam.

"Bikinin teh manis aja buat temen gue." Sena berteriak pada bar tender, yang sepertinya sudah kenal sekali dengan gadis itu.

Alea masih beradaptasi dengan suara bising yang biasa dia temui di sebuah hajatan, suasana remang dengan dipadukan lampu yang berkedap kedip membuat pandangannya berkunang-kunang. Dia merasa pusing.

"Pulang aja, yuk," ajak Alea dengan menarik lengan Sena yang malah tertawa.

"Lo kaya Arka deh, bawel banget kalo diajak ke tempat kaya gini." Sena meledek.

"Arka pernah ke tempat ini?"

"Pernah, waktu itu. Tapi sebentar, padahal temen-temen gue asik loh."

Alea mengernyit. "Kamu emang boleh yah main ke tempat kaya gini sama papi kamu?"

"Nggak boleh sih, tapi nggak papa. Yang penting gue bisa jaga diri."

"Sena!"

Panggilan itu membuat si empunya nama sontak menoleh, begitu juga dengan Alea yang semakin merasa tidak betah saat seorang pria bertindik di telinganya itu menghampiri mereka.

"Namanya Julian, orang baik kok. Dia anaknya sahabat papi gue." Sena berbisik saat Alea terlihat tidak nyaman.

Pria bule bernama Julian itu tersenyum,  bertanya pada Sena siapakah gadis cantik yang dia bawa.

"Temen gue, jangan diganggu. Mantannya galak." Sena mengingatkan teman laki-lakinya. Lalu menyuruh mereka untuk berkenalan.

Julian tertawa. "Mantan?" tatapan matanya beralih pada Alea saat bertanya demikian. "Apa mantan masih berhak buat marah?"

"Mantan dia tuh beda, lo nggak percaya?" Sena mengambil ponselnya, lalu mencari nomor Arka. "Gue hubungin dia nih ya," ucapnya.

"Sena." Alea mencegah gadis itu, dia tidak mau sampai Arka tahu mereka sedang berada di tempat seperti ini. "Pulang aja, yuk," bujuknya, setelah berkata tidak boleh menghubungi siapapun.

"Yaudah bentar gue temuin temen gue dulu buat pamit." Setelah mengutarakan kalimat itu, Sena lalu beranjak pergi.

Alea hendak menolak ditinggalkan, namun Sena tetap pergi setelah menitipkan dirinya pada pria bernama Julian.

Julian memesan minuman biasa pada bartender di belakangnya. Pria itu lalu menoleh pada Alea, menebak bahwa gadis itu ke tempat ini untuk pertama kalinya.

Alea mengangguk. Dia berkata tidak ada yang menarik dari tempat remang dan berisik di ruangan ini, jadi tidak punya alasan untuk dirinya pernah ke sini.

Julian tertawa, tertarik dengan tanggapan Alea yang apa adanya. "Minum lah," ucapnya.

Sejak berangkat tadi, Alea memang belum makan apapun. Gadis itu melirik jam di pergelangan tangan yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dia lalu mengambil teh manis yang sudah Sena pesankan.

Julian juga melakukan hal yang sama, mengerutkan dahi saat rasa minumannya sedikit berbeda. "Lo kasih gue teh manis?"

Belum sempat bartender itu menanggapi, Alea yang berdiri di hadapannya tampak limbung dan kemudian ia tangkap.

Alea memejamkan mata, menggeleng saat rasa tidak nyaman menyerang kepalanya. Dia mengerang. "Kepalaku pusiing," keluhnya.

Julian menahan tubuh gadis itu. Memeriksa gelas yang isinya sedikit berkurang di atas meja, minuman mereka tertukar sepertinya.

Selepas Kau Pergi (Tamat DI KBMAPP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang