BULE (26)

588 106 11
                                    

Kursi taman yang gak jauh dari toko buku nya Haechan, di sinilah gue sama Si Bule berada. Gue memakan es krim yang tadi gue beli, dan bisa terlihat dari sudut mata gue, Si Bule merhatiin gue.

Entah dia yang sengaja ngikutin gue, atau mungkin hanya sebuah kebetulan doang. Kita berdua tidak ada yang membuka suara, saling mendiamkan.

"Itu belepotan, kayak anak kecil aja si Lo makan nya," tangannya  Si Bule nyentuh sudut bibir gue.

"Ah, iya. Sorry ya cuman beli satu es krim nya. Tapi kalo Lo mau ngemil ambil aja cemilan gue di motor tuh."

Bisa gue dengar kalau Si Bule menghela nafas, dan gue gak berani buat nanya-nanya sama dia, keadaan sekarang sedikit berubah.

"Apa kabar Ra?" tanya Felix tiba-tiba.

Gue memberhentikan aktivitas gue makan es krim itu, "seperti yang lo liat Le, gue baik-baik aja ini."

"Syukur deh, lega gue."

"Lo sendiri Le?"

"Fisik gue baik, tapi hati gue masih belum baik Ra."

"Hati lo kenapa le?"

"Tertinggal di lo Ra."

"Ha?!" gue mengernyitkan dahi.

Dan si bule ketawa dengan keras, "Bercanda Han Ji Ra."

Sebagai respon gue melanjutkan kegiatan gue memakan es krim. Entah itu sebuah candaan atau bukan, intinya gue gak mau perduli.

Disatu sisi duduk berdua sama Si Bule kayak gini, mengingatkan bagaimana dulu gue sama dia bareng-bareng. Tapi entah ada apa, kita berdua harus kayak sekarang. Berjarak.

"Lo gak marah kan?" tanyanya, dan gue meggelengkan kepala.

"Lo ingat gak sih gimana dulu kita kenal, terus deket sampe kita gede kayak sekarang?"

"Inget, lo dulu lebih pendek dari gue Le, tapi sekarang malah gue yang gak numbuh."

"Ada lah yang tumbuh Ra."

"Apa?"

"Bulu ketek, bulu idung," dan untuk kedua kalinya Si Bue ketawa.

"Balik yuk udah sore," ajak gue.

"Lo duluan, gue mau balik ke toko buku ada yang ketinggalan, ntar gue nyusul ke rumah lo"

Perbincangan singkat kita berakhir. Gue melajukan motor gue menuju jalan pulang ke rumah, sedangkan Si Bule berbalik arah buat ke toko buku.

Sepanjang jalan gak henti-hentinya gue tersenyum, rasanya lega bisa ngobrol lagi sama Si Bule. Dan memikirkan apa yang sudah gue lakuin ke dia, dengan cara menghindari dia.

"Harusnya gue minta maaf tadi, dasar Ji Ra oon."

Gue memarkirkan motor di garasi, menatap seluruh penjuru garasi. Kosong, mobil yang selalu terparkir di sana hilang selama seminggu dibawa mamah.

Gak langsung masuk, gue masih nunggu Si Bule di teras. Sambil menikmati angin sore di halaman rumah.

Yang ditunggu pun datang, Si Bule memasukan motor Scoopy nya ke halaman rumah gue. Dan membuka helmnya, lalu berjalan menghampiri gue.

"Kenapa di luar?"

"Ehh le, gue mau minta maaf sama lo atas sikap gue selama beberapa bulan ini."

"Udah gak usah dibahas, lagian gue gpp. Gue ngerti bagaimana perasaan lo, dan yaudah intinya sekarang kita baikan," Si Bule mengangkat jari kelingkingnya, dan nyuruh gue buat ngelakuin hal yang sama.

"Sebenernya, gue ngikutin lo dari pas Mamah lo berangkat. Gue disuruh buat jagain lo selama Tante Han pergi."

"Terus kuliah lo Le?"

"Gue belum mutusin buat kuliah ditahun ini, gue mau kuliah bareng lo nanti."

Gue memalingkan wajah ke arah lain, memikirkan apa ini semua karena suruhan mamah juga. Felix ngorbanin kuliahnya, cuman karena gue atas suruhan mamah.

"Ini keputusan gue Ra, kayaknya karir dulu juga gpp nanti bisa sambil kuliah juga kan," Felix seakan tau apa yang sedang gue pikirkan.

"Loe masuk gih, udah mendung bentar lagi kayaknya ujan. Gue mau balik, ntar kalo ada apa-apa telpon aja nomber gue masih yang lama."

"Le, lo bisa gak nginep disini aja selama Mamah gak ada?"

Kita berdua di ruang tamu, tepatnya di depan tv. Hujan diluar sangat deras, dan beruntung gue udah berada di rumah.

"Harusnya gak gue ajak nginep juga tadi," monolog gue dalam hati.

"Oh iya Le, Tante Lee gimana kabarnya?"

"Mamah baik, 3 hari yang lalu udah berangkat ke Korea dia," jawabnya sambil memasukan keripik kentang kebmulutnya.

"Kenapa lo gak ikut?"

"Kan ada yang mesti gue jaga disini."

"Siapa? Oh, lo udah punya peliharaan ya sekarang? Atau pacar?"

Felix menatap gue sebentar, "haha iya gue punya peliharaan, dia hobi makan, terus kadang mood nya tuh gak karuan."

"Lah, emang lo melihara apa?"

"Han Ji Ra." Si Bule meletakan keripik kentang nya di meja, lalu menatap gue.

"Masa gue disamain sama hewan Le,"

"Enggak, gue gak ngatain lo hewan. Gue cuman bilang ada yang mesti gue jaga, gue gak mau orang itu kenapa-kenapa, apalagi sampe harus kehilangan lagi," Si Bule mendekat ke arah gue, dan memegang pipi gue.

Jarak kita semakin dekat dan badan gue merasa panas. Gue gak bisa berkutik sedikit pun, mau mundur mentok sama kepala kursi, mau maju yang ada kena dia.

"Heh! Ngapain kalian, Tante suruh kamu jagain Jira ya, awas kalian kalo Mamah pulang!" suara mamah terdengar dari cctv.

Dan dengan bodohnya, gue melupakan cctv yang baru dipasang sama mamah bulan lalu.

"Le mundur, Mamah," ucap gue.

"Ah padahal tanggung."

Gue membelalakkan mata, "tanggung?"

"Ini tas gue yang dibelakang lo hampir aja gue ambil," elaknya.

"Kenapa lo gak ngomong, kan bisa gue ambil," gue mengambil tas nya, dan sebuah CD player terjatuh.

"Buat lo, tonton ya pas ultah lo nanti."

"Kalian duduk nya gak boleh deket-deket!" Mamah masih mantau kita lewat cctv.

"Iya Mamah!" Teriak gue.

"Iya Tante, Jira gpp Felix jagain!"

Tbc

B u l e ▫ Felix✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang