BULE (18)

5K 619 31
                                    

Rencana gue buat ngehajar Haechan harus gue batalin. Kalau tadi Haechan gak lari ke arah ruang guru, pasti gue bisa ngehajar dia habis-habisan.

Dua mata pelajaran. Otak gue sekarang benar-benar seperti berantakan. Belum ditambah besok, pelajaran paling mematikan.

Matematika dan juga bahasa sehari-hari. Iya, bahasa Inggris.

Oke, waktunya pulang. Dan kali ini, gue harus jalan kaki. Bisa dibayangkan, bagaimana jauh nya jarak dari sekolah ke rumah gue.

Ini gara-gara ada perbaikan jalan dadakan, jadinya jalan harus ditutup. Kalau naik motor enak, ada jalur lain. Sedangkan gue, jalan kaki. Kalau pun motong jalan, bukannya cepet nyampe malah tambah jauh.

"Woy, Han Ji Ra!"

Gue noleh ke sumber suara. Oh, ternyata itu Han Jisung.

"Balik sendiri?" tanya dia.

"Emang lo liat gue lagi sama siapa?"

Dia cengengesan. "Bayangan lo lah."

"Lo ngajak gue ngobrol, kalau gak mau ngajakin bareng, maaf gue gak ada waktu sibuk." gue melangkah kan kaki.

Jisung nahan tangan gue. Asli ini drama banget.

"Yaudah ayo bareng, tapi jalan kaki," jawab dia.

"Gak usah kalau jalan kaki, mending sendiri aja gue."

"Marah-marah mulu lo ah kenapa?"

"Gak usah kepo deh."

"Orang gue nanya juga, yaudah gue mau nebeng Seungmin aja kalau kayak gitu," dan Jisung ninggalin gue.

"Dih, bocah gak jelas lo!" gue teriak, dan respon Jisung malah goyang-goyang pinggul. Gila tuh anak.

Dari kejauhan gue kayak ngelihat seseorang yang gue kenal, dari pada penasaran akhirnya gue samperin.

"Eh, siapa ya?" gue mikir-mikir pas dihadapan nya.

"Mau Mamah kutuk kamu, pura-pura gak kenal," iya itu mamah.

"Bercanda Mah, lagian tumben jemput aku lagi ada perlu pasti."

"Naik mobil, kita jalan-jalan dulu," suruh mamah.

Perasaan siapa coba yang gak seneng, abis pusing ngerjain ulangan terus diajak jalan-jalan. Sungguh sebuah kenikmatan.

"Mamah kok bisa kesini pake mobil, bukannya jalan nya lagi diperbaikin ya?"

"Perbaikan apa? Gak ada apa-apa kok."

"Lah, jadi gak ada perbaikan jalan?" dan mamah ngangguk.

Wah, dasar si Haechan. Liat aja besok, bangkunya gue tempelin lem biar pas bangun celananya robek.

"Mau kemana sih Mah?"

"Belanja bulanan sayang, sekalian beli kado kan buat ke pernikahannya Jaemin."

"Masih lama kali Mah."

"Mungpung lagi ada uangnya, gpp lah."

Oke, kali ini gue nurut sama apa yang mamah bilang.

Kita, gue sama mamah udah sampe di depan Caffe. Tunggu, tadi mamah bilang bukan kesini deh.

"Mah, kok ke sini katanya mau belanja."

"Iya bentar, Mamah ada arisan dulu."

Gue memutarkan bola mata, seorang Han Ji Ra diajakin ke acara kaya ginian. Ini hal langka ke dua, setelah gue berangkat ke sekolah kepagian.

"Aku nunggu di mobil ajalah ya Mah."

"Gak, kamu mesti ikut."

Dengan terpaksa, gue ngikutin mamah dari belakang.

Disana, udah banyak temen-temennya mamah. Yang pasti nyambut kedatangannya mamah.

"Eh, hai," Mamah meluk sama adu pipi sama  temen-temennya.

"Eh ini siapa?" tanya salah satu temennya mamah ke gue.

"Anak aku lah, cantikan kayak mamah nya," jawab mamah, dan gue cuman senyum-senyum.

"Cantik ya, seumuran kayak nya sama anak Tante," ujarnya.

"Oh iya tante," gue masih mempertahankan senyum termanis.

"Mah, aku ke depan dulu ya," bisik gue ke mamah.

"Yaudah jangan lama-lama."

Akhirnya bisa bebas juga. Gue mutusin buat gak nyamperin mamah lagi ke dalem.

"Nunggu di sini ajalah, rumpi banget di sana bikin males," gumam gue, terus duduk di meja caffe luar.

"Ada yang mau dipesan mbak?" pelayannya nawarin gue.

"Oh, nanti aja ya mbak maaf."

Orang gue ke sini bukan buat mesen makan atau pun minum, malah ditawarin. Udah tahu gue gak punya uang kalau harus bayar sendiri.

Udah mau satu jam tapi mamah belum juga keluar dari caffe. Emang mesti sabar kalau punya nyokap kayak gue tuh.

Mana malu, dari tadi gue cuman duduk, diem aja di sini gak mesen apa-apa. Maklum kan hp masih dalam tahap penyitaan.

"Ji Ra?" seseorang ngeberhentiin aktivitas gue yang lagi nahan ngantuk.

"Eh, Yong ah. Lo ngapain di sini?" gue berdiri.

"Ini Caffe kan punya orang tua gue, lah lo ngapain di sini?"

"Nungguin Mamah, lagi arisan di dalem."

Yong Ah duduk dibangku sebrang gue, dan gue duduk lagi.

"Gimana kabar lo?" tanya dia.

"Baik, lo sendiri gimana, sama janin lo?"

"Ya gitu lah Ra, sekarang mulai kerasa cape nya jadi ibu hamil," dia ketawa.

"Oh iya, jangan lupa lo dateng ke acara nikahan gue," sambung dia.

"Iya pasti."

"Gue ke dalem dulu ya, ada yang mesti gue urusin."

"Oke, hati-hati."

Sesudah kejadian dulu, ini kali pertama gue ketemu dia lagi. Ya, bisa dibilang penampilan dia sedikit berbeda. Agak sedikit gemuk, mungkin karena faktor dari perutnya.

"Ternyata nongkrong disini," sahut mamah.

"Lama banget sih."

"Jangan marah dong, yaudah yuk pulang."

"Terus belanja?"

"Besok aja ya Ra, Mamah capek."

Kebiasaan, pasti ujung-ujungnya kayak gini. Untung gue anaknya pengertian.

"Aku ketemu Yong Ah mah tadi," gue cerita ke mamah di dalem mobil.

"Terus kalian ngobrol?"

"Iyalah Mah, cuman sekedar nanya kabar aja sih."

"Syukur deh kamu udah gak marah lagi sama dia, kamu besok udahan kan ujian nya?"

"Iya, waktunya buat refreshing!" teriak gue antusias.

"Bagus, besok berarti ada waktu ya? Jadi kamu bisa nemenin Mamah."


Tbc
Vote & Coment

B u l e ▫ Felix✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang