BULE (19)

5K 644 25
                                    

Setiap awal pasti akan ada akhir. Iya kayak ujian, sekarang akhirnya udah selesai. Berkutat dengan soal-soal yang membuat otak kita berputar untuk menemukan jawaban.

Kayak ibaratkan kita ditembak seseorang, pasti kita berpikir terlebih dahulu kan untuk memberikan jawaban.

Sekarang gue lagi duduk di pinggir lapangan, sambil ngelihatin cowok-cowok yang lagi main basket. Sumpah itu keringatnya, pengen banget gue lap-in.

Masih banyak waktu menuju jam 15.00. Jadi biar gak bosen mending nontonin cogan.

"Ji Ra!"

Gue pun noleh, dan ngelihat siapa yang barusan manggil. Itu Si  Bule.

"Apaan?"

"Malah nongkrong disini," dia duduk di samping gue.

"Cuci mata," jawab gue tanpa ngelihat muka Si  Bule.

"Pake sabun biar bersih sekalian," gue noleh dan mukul kepala Si Bule.

"Sakit Ji Ra, dasar Jirayut," dia megangin kepalanya.

"Siapa Jirayut?"

"Itu yang suka Abc Dance," Si Bule ketawa.

"Gila, mendingan balik lama-lama di sini gue bisa ketularan gila sama kayak lo."

"Bukan karena gila melihat ketampanan gue kan?" dia teriak terus ngejar gue yang udah jalan duluan.

"Lo kenapa sih Le, berobat gih."

"Berobat apanya orang gue sehat."

"Jiwa lo kayaknya ada sedikit masalah."

"Iyalah orang separuh jiwa gue ada di lo," gue menghiraukan ucapan dia.

"Tungguin di depan gerbang, gue ngambil motor dulu di parkiran."

Gue ngangguk. "Jangan lama, kalo lama gue tinggal."

Si Bule akhirnya muncul dengan motor scopy kesayangannya. Emang dasar Si Bule suka nya motor kayak gituan. Yang terpenting udah gue bisa nebeng sama dia.

"Jangan lupa pake helm," dia nyodorin helm ke gue.

"Iya gue tahu sih ah."

"Yaudah ayo naik."

Dia mulai ngelajuin motornya. Gue pegangan ke pinggangnya Si Bule. Takutnya tiba-tiba dia ngebut, nanti gue jatuh ke belakang. Kan gak lucu.

"Peluk aja Ra gpp."

"Gak usah ngomong lo, fokus aja sono sama jalanan."

"Kalau fokusnya buat dapetin lo boleh kagak?"

"Diem, apa gue cubit."

"Gak bisa apa diajak bercanda dikit."

Setelah puas beradu omongan, keadaan di motor sekarang jadi hening. Hanya ada suara angin yang berhembus, sama suara kendaraan lainnya.

"Ra, langsung pulang apa mau kemana dulu gitu?"

"Balik aja, gue mau tidur cape,"

"Cape apanya orang lo naik motor sama gue gak lari-larian."

"Cape denger lo ngebacot mulu."

Akhirnya Si Bule diem dan fokus ngejalanin motornya. Jalanan sore ini sedikit agak macet, jadinya ya harus ekstra sabar.

Pertama harus sabar karena nunggu kendaraan yang ada di depan maju, kedua banyak polusi, ketiga harus bareng Si Bule yang dari tadi ngelihat gue mulu lewat kaca spion.

"Mata lo pen gue colok kali ya."

Gue lihat Si Bule kayak ketawa dibalik helmnya. Dasar orang aneh, untung gue sabar.

B u l e ▫ Felix✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang