BULE (17)

5.1K 619 10
                                    

Hari kedua ujian, hari ini gue berangkat kepagian. Sungguh hal yang langka, bahkan diri gue sendiri juga mengakuinya.

Gue baru nyampe depan gerbang sekolahan, dan benar masih sepi. Berjalan menyusuri koridor, sambil lihat-lihat keadaan sekolah. Siapa tahu ada semut lagi lewat.

"Lah, itu kelas kok pintunya udah kebuka? Rajin banget tuh siswa."

Gue ngelanjutin jalan buat ke kelas. Baru ada sebagian temen gue yang baru dateng, ada yang lagi baca buku bahkan yang lagi tidur juga ada.

Gue jalan ke bangku tempat gue duduk, dan naro tas. Gue baru sadar di meja ada kotak bekal, dan yang pasti ada isinya. Gak lupa sama air minumnya, sama ada secarik kertas.

"Eh, Sa lo tahu ini dari siapa gak?" tanya gue ke Lisa.

"Gak tahu, pas gue dateng juga udah ada di meja loe," jawab dia.

Gue masih memperhatikan kotak bekalnya, takutnya gue kenal itu punya siapa. "Kurang kerjaan banget deh ni orang, pengen jadi penggemar rahasia kali ya."

Karena gue penasaran, gue baca isi suratnya. Gue tahu lo pasti belum sarapan kan? Maka dari itu gue bawain buat lo. Dimakan ya, supaya ntar pas ngisi soal otak lo bisa mikir. Jangan lupa juga abis makan terus minum, biar gak seret. Kalau bisa makan sekarang, kalau ntar-ntar takutnya ada yang minta. Gue gak rela, soalnya ini gue bawain khusus buat lo. Fighting!

Seumur-umur, selama gue sekolah di sini gue baru pertama kali dapet yang kayak ginian. Romantis sih enggak, cuman perhatian banget ni cowok. Bikin gue penasaran aja.

Gue ngebuka kotak bekalnya, dan ngambil satu roti. Bahkan, dia tahu selai kesukaan gue. Gue curiga ini adalah kerjaan orang terdekat.

"Ntar dulu lah mikir siapa yang ngasih, yang penting sarapan dulu."

Sekarang kelas udah rame, satu persatu siswa mulai berhamburan masuk kelas. Pasti gak lama lagi nih bel bunyi.

Kan, bener tebakan gue belnya bunyi.

"Chan, tumben gak ngomong," Haechan noleh bentar terus madep depan lagi.

"Lo marah ke gue?"

"Apa sih Ra."

"Diem mulu kenapa?"

"Bukan urusan lo."

"Ngeselin lo ya Chan."

"Lo kalau bawa makanan enak bagi-bagi, gue tahu dibawah meja lo ada makanan kan?"

Gue mengernyitkan dahi, dan mulai bergumam sendiri.

"Chan sekarang lo hebat ya bisa tahu tentang gue."

"Apa jangan-jangan lo tahu pakaian dalam yang gue pake lagi?"

"Ih, iya gue keturunan paranormal kenapa?"

Heran, ni anak bener-bener bikin gue mikir mulu. Ini mamah nya gidam apa waktu ngehamilin dia, kok bisa anaknya kayak Haechan.

Baru aja gue mau jawab omongannya Haechan, eh Pak Jay dateng.

Salah satu guru favorit gue, kecil-kecil mungil. Udah ganteng, cocok dijadiin masa depan banget deh.

"Oke, tasnya harap di kedepankan, yang ada di atas meja hanya ada alat tulis saja."

Semua siswa maju ke depan buat nyimpen tas.

"Chan, Chan nitip Chan."

"Punya tangan, punya kaki kalau gak digunain buat apa?"

Benar-benar bikin gue kesel, untung masih pagi. Gue mendelikan mata ke Haechan, terus duduk setelah gue nyimpen tas.

"Apa lo?" Haechan nyolot.

"Udah semua diam, ini mau saya bagikan lembar soal sama jawabannya."

"Isi dengan teliti, jangan sampai ada yang terlewat, typo, dan sebagainya."

"Kerjakan dengan jujur, karena hasil kerja sendiri pasti gak akan pernah mengecewakan."

"Oke, silahkan kerjakan."

Dengan sigap, gue langsung mengambil pensil dan mulai ngisi.

"Ra minjem penghapus dong, punya gue ketinggalan."

"Nah kan kalau ada butuhnya balik lagi lo."

Tanpa ngelihat muka gue, Haechan berbalik badan ke bangku yang ada disebelahnya buat minjem penghapus.

"Nih, nih punya gue aja."

Dia ngambil penghapus nya, bisa gue tahu kalau dia masih kesel ke gue.

Gue kembali fokus ke lembar soal, memijit pelipis terus melamun. Gue bener-bener lupa, padahal baru tadi malem gue baca materi tentang Fungi.

"Gue lupa lagi klasifikasi dari fungi apaan?"

Dan akhirnya gue bisa jawab, itu pun hanya sekilas gue ngasal. Dari pada sama sekali gak diisi.

Guru akan memberikan nilai lebih, meskipun jawabannya asal-asalan. Setidaknya dia menghargai apa yang kita tulis. Iya kan?

"Waktu tinggal 20 menit lagi," kata Pak Jay.

Gue melirik Pak Jay sekilas, dan kembali fokus. Menjawab soal yang belum gue jawab, terus kembali membacanya.

Haechan, dia dari tadi kayak nya udah beres. "Punya otak pinter bagi-bagi hasil kek Chan," gumam gue.

Nasib, belajar yang setengah-setengah gini nih. Yang nyantol di otaknya juga cuman setengah.

"5 menit lagi, yang sudah selesai harap di cek kembali," Itu Pak Jay lagi.

Gue menarik napas terus menghembuskan nya, ya kali ditahan. Terus nge cek lagi lembar jawaban, takutnya ada yang kelewat.

"Udah lo?" Itu Haechan.

"Iya lah," jawab gue.

"Paling isi nya salah semua," ledek Haechan, dan gak gue jawab.

"Oke waktu habis, silahkan kumpulkan di depan dan kalian boleh istirahat."

Baru aja gue tinggal bentar ke depan kelas, kotak bekal yang tadi pagi gue simpen di bawah meja diambil Haechan.

"Ih Haechan itu punya gue."

"Minta sih satu pelit amat."

"Bukan masalah pelit nya, ih itu pemberian dari penggemar rahasia gue."

Haechan ketawa. "Mana ada, bangun woy kalo ngayal suka aneh-aneh lo!"

"Siapa yang ngayal sih, gue serius!"

"Coba gue tebak, cowok mana kah yang ngirimin lo kayak ginian?"

"Siapa?" tanya gue.

"Jaemin?"

Gue mukul kepala Haechan. "Ya kali Chan."

Haechan mikir lagi. "Gue kayak nya pernah liat tupperware ini, tapi gue lupa."

"Coba lo inget-inget."

"Oh iya gue inget, gue pernah liat ini di rumahnya Felix tapi kayak nya bukan punya nya dia deh," ujarnya sambil ngambil satu potong roti lagi.

"Lo bikin gue tambah bingung Chan, makan aja nih semua buat lo."

"Makasih Jira, padahal gue cuman ngasal aja ngasih info."

"HAECHAN!" dan Haechan kabur keluar kelas.

Tbc
Vote & Coment

B u l e ▫ Felix✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang