Part 2 - Pertemuan Pertama

160K 6.2K 1K
                                    

oke, di samping ada video lagi. sama si isinya sama yg di trailernya, tapi ini buatan salah satu reader She. hihihi. makasih banyak yaaaaa

happy watching & happy reading

-----------------------

Fianer pov

"Gimana? Bagus nggak?" tanya Kak Hani, EO yang mengurusi acara Anniv Ayah dan Bunda. Saat ini aku sedang mengecek kamar hotel yang aku pesan khusus untuk acara nanti malam. Aku melihat sekeliling kamar dengan puas. Seprainya, putih gading mewah, kelopak bunga mawar merah bertebaran di mana-mana dan pencahayaan juga sudah disetting remang. Aku tersenyum tipis.

"Bagus mba, romantis." kataku.

"Iya doong," Aku tersenyum kembali padanya dan melihat-lihat lagi. "Oke deh, mba mau ngecek rooftop dulu ya," katanya sambil mengambil tas tentengnya. Aku mengangguk. Kini aku hanya berdua dengan tukang yang sedang menebar bunga di pojokan lantai. Saat dia berdiri, aku tahu dia akan menebarkannya di tempat tidur, karena hanya tempat ini yang belum terjamah. Aku cepat-cepat mencegah.

"Biar saya saja mas." kataku. Mas-mas itu mengernyit bingung. "Hanya tinggal ditebar di sini saja kan?" tanyaku menunjuk tempat tidur.

"Iya si mba. Tapi ini tugas saya."

"Udah nggak apa-apa. Mas boleh keluar." Aku agak memaksa. Walaupun terlihat enggan, tapi akhirnya dia menurut. Saat pintu sudah tertutup dan aku hanya sendiri, aku berjalan hati-hati ke arah ranjang dan duduk di sana. Kulepas heelsku satu persatu. Dengan keranjang bunga di tangan, aku merangkak hingga akhirnya sampai di kepala ranjang.

Aku duduk bersandar di tengah-tengah ranjang. Menatap betapa indahnya kamar ini setelah ditenggelamkan oleh warna merah yang begitu banyaknya. Aku meraup kelopak bunga mawar di keranjang yang kubawa. Lalu aku jatuhkan lagi perlahan di tempat yag sama saat aku mengambilnya. Aku raup lagi segenggam, lalu aku menebarkannya dengan lemah di sisi tubuhku.

Romantis ... manis. Aku yakin Bunda akan bahagia melihat ini semua. Aku tidak sabar melihat Bunda tersenyum dengan mata berbinar melihat Ayah, atau menangis terharu karena semua hal romantis yang aku tahu tak pernah sekalipun Bunda dapatkan dari Ayah.

Aku menghela nafas. Bunda beruntung punya Ayah. dan Ayah beruntung punya Bunda. Mereka berdua beruntung memiliki satu sama lain. Mereka beruntung ...

Aku meraup bunga di keranjang lagi dan menebarnya di sekelilingku. Tiba-tiba saja pintu terbuka dan Diya masuk ke dalam. Bisa kulihat dia takjub melihat dekorasi kamar ini.

"Kereeen." komentarnya. Aku setuju. Ini keren. Dia ikut naik ke tempat tidur dan duduk di sampingku. Dia ikut mengambil bunga dan menaburkannya. "Tante Fi pasti seneng banget."

Aku mengangguk. Diya ikut menyandarkan tubuhnya dan melihat sekeliling sama sepertiku tadi. Aku tersenyum menggodanya. "Lagi bayangin yang enggak-enggak sama Rafan yaa?" ledekku.

Wajah Diya merah seketika. Aduh, Diya manis sekali. Beruntung sekali Rafan mendapatkan Diya. Aku selalu berpikir kalau Diya itu terlalu bagus untuk Rafan.

"Nggak bayangin apa-apa kok kak."

"Iya juga nggak apa-apa kok."

Diya mendengus dengan tersenyum sedih. "Boro-boro kak bayangin yang enggak-enggak sama dia, orang ciuman aja nggak pernah."

Aku tersentak kaget. "Hah?" tanyaku horor. Diya menunduk malu. Aku sampai tak percaya. "7 tahun pacaran nggak pernah ciuman?" tanyaku heboh.

Diya meringis mendengarnya. "Tapi kakak jangan bilang Rafan ya? Aku malu."

Mulutku masih terbuka mendengar fakta itu. Aku tidak menyangka Rafan keren sekali. Bisa menahan godaan selama itu. Aku tidak tahu kalau laki-laki begajulan macam Rafan bisa lurus juga gaya pacarannya.

She (Fianer) Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang