iseng, kangen fianer sama egar. warning 18++
-----------
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam saat mobil Egar sampai di depan pintu rumah sakit. Laki-laki itu tersenyum tipis setelah menemukan istrinya duduk bersama Cheryl dan Bimo.
Fianer tak perlu dipanggil, tak perlu di beri tanda akan keberadaannya. Karena dia langsung menoleh saat Egar datang. Senyum di bibirnya mengembang begitu lebar melihat mobil Egar.
Egar turun dari mobilnya dan menghampiri ketiganya yang sudah berdiri semua.
Tak peduli berapapun orang di sana, yang Egar lihat pertama kali adalah Fianer. Laki-laki itu mengulurkan tangan dan dengan senyum yang makin mengembang, Fianer menerima genggaman Egar dengan senang hati. Entahlah, hanya sebuah genggaman tangan. Namun rasanya menyenangkan karena begitu dekat dengan Egar. Bisa menyentuh laki-laki ini lagi setelah seharian di sibukakan oleh rumah sakit.
"Terima kasih sudah menemani Ann sampai aku datang." kata Egar tulus. Agak berlebihan memang ucapan itu. Tapi Egar bersungguh-sungguh dengan kata-katanya. Dia begitu berterima kasih karena istrinya tidak menunggu sendirian.
Bimo tertawa sedangkan Cheryl dan Fianer hanya tersenyum. "Tidak masalah." ucap Bimo terlalu baik hati. "Tapi ... masukkan aku ke perusahaanmu ya?"
Bimo langsung mengaduh seketika, Cheryl sudah menyikut rusuknya kencang. Seakan belum cukup, wanita itu sudah memberikan pelototan paling tajam.
Fianer terkekeh. Dia menoleh pada Egar. Mungkin kebaikan Bimo ini bisa Egar pertimbangkan. Namun saat melihat wajah Egar yang tetap datar Fianer langsung tahu bahwa Egar tetap tak terpengaruh.
"Kirimkan saja CV-mu lagi. Siapa tahu kamu bisa masuk kali ini."
"Kau akan membantuku?" tanya Bimo penuh harap.
"Tidak," jawab Egar cepat, bahkan tanpa dipikirkan lagi. Dan itu sukses membuat Bimo ternganga hingga Fianer harus memasang wajah penuh permohonan maaf pada Cheryl. Untungnya Cheryl sudah sedikit mengenal sikap Egar. Jadi dia tak kaget dengan percakapan seperti ini.
Dari pada memperpanjang sakit hati, Fianer memilih pamit dan kedua pasangan itu akhirnya berpisah. Fianer masuk mobil Egar dengan satu helaan nafas yang dia tahan dari tadi.
"Gar, apa salahnya bantu Bimo? Kamu bisa dengan mudah memasukkannya ke perusahanmu. Perusahaan sebesar itu pasti bisa menampung Bimo kan?"
"Dan perusahaan sebesar itu akan hancur kalau pegawainya masuk hanya karena koneksi dan balas budi." balas Egar cepat. Dia melajukan mobilnya. Melirik sekilas pada mobil Bimo yang ikut melaju di belakangnya.
Fianer juga melirik ke belakang kemudian melirik Egar lagi. Helaan nafasnya makin panjang. Egar terlalu lurus dan kaku. Tak fleksibel sama sekali dalam memegang aturan di perusahaan. Dan itu membuatnya gemas setengah mati. Bimo sudah nyaris mengemis pada Egar untuk diberikan posisi apapun di perusahaan. Namun Egar masih dengan dinginnya menolak. Suaminya benar-benar luar biasa kejam!
Di persimpangan depan, mobil mereka berbelok ke arah yang berlawanan dan akhirnya mereka berpisah. Setelah melihat mobil Bimo menghilang, Fianer baru bisa bernafas lega. Dia masih merasa tak enak. Cheryl sudah luar biasa baik padanya. Entah sahabatnya itu bisa memaklumi sikap Egar sampai kapan.
"Kenapa?" tanpa rasa bersalah, Egar bertanya. Dan lagi-lagi, Fianer hanya balas dengan menghela nafas panjang. Membahas apa yang membuatnya menghela nafas hanya akan membuat mereka berdebat panjang. Sedangkan dia sudah lelah sekali dan juga lapar. Dia sudah tidak punya tenaga untuk bertengkar.