Satu, dua, tiga— astaga, sudah seminggu. kalian ingat saat Shaka mengajak Silla pulang dengan keadaan di luar yang masih hujan? Besoknya Shaka tidak datang sekolah!
Haikal bilang pemuda itu sakit, katanya; Paling si Shaka mah masuk angin. Begitu, hari ini juga kelas akan menjenguk shaka, hanya Haikal dan Maxim sih— sisanya hanya menitip salam berupa uang dan buah-buahan.
Begitulah kira-kira rencana, awalnya— sebelum Silla yang bersikeras untuk ikut. Bahkan sampai saat ini; sampai jam istirahat gadis itu masih terus-menerus mengekor pada Haikal dan Maxim.
"Gue ikut ya! Please, please." Ucap Silla seraya menyamakan langkahnya dengan dua pemuda itu.
"Aduh Sil, nggak bisa, perjanjiannya kan cuma kita doang yang jenguk." Sergah Haikal.
Silla mendelik tak suka, lalu mengalihkan pandangannya pada Maxim. "Makli! Gue ikut yah!"
Maxim hanya mengangkat bahu acuh. "Gue terserah Haikal aja." Cih, kaya cewek!
"Lagipula kenapa Lo ngeyel pengen ikut?" Tanya Maxim.
"Ya... Gue kan temen Shaka, wajar lah gue ikut jenguk kalo dia sakit." Jawab Silla seadanya.
Haikal yang mendengarnya langsung tersenyum penuh arti. "Temen apa temen..."
Silla meringis, mengapa dua bakteri ini susah sekali di bujuk! Lagipula kenapa Silla tidak boleh ikut?
Saat Silla akan memilih untuk menyerah tiba-tiba ide cemerlang nya muncul. "Haikal!"
Haikal mendengus. "Apalagi Silla..."
"Izinin gue ikut dan nomer Rose ada di handphone Lo malem ini!" Tawar Silla, ia yakin sangat-sangat yakin jika Haikal pasti akan menurutinya.
Dan Yap! Langkah pemuda itu terhenti. Maxim yang berada di sampingnya hanya bisa menghela nafas dan merotasikan matanya. Buaya cuma bisa di jinakan oleh kontak perempuan!
"Pulang sekolah kita tunggu di parkiran! Awas kalo sampe Lo gak kirim nomer Rose ke gue nanti malem!" Ucap Haikal sewot.
Yosh! Apa Silla bilang! Cuma kontak perempuan yang bisa luluhin ini sesepuh buaya. Tentu Haikal tidak akan melewatkan kesempatan untuk mendapatkan nomer adik kelasnya yang terkenal galak itu.
Setelahnya pemuda itu melanjutkan langkahnya, namun Maxim tidak mengikuti Haikal. Pemuda itu terdiam dan menatap Merta.
"Apapun yang Lo liat nanti, jangan pernah nunjukin rasa kasihan."
Ucapnya lalu pergi, tentu mengundang raut kebingungan dari Silla.
****
Silla tidak bisa fokus pada penjelasan yang di ucapkan guru di depannya saat ini. Matanya selalu saja diam-diam melirik tempat duduk Shaka yang kosong selama seminggu penuh. Silla sendiri tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada respon dirinya yang seakan- kehilangan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom ; Park Jisung
Novela Juvenil"Izinkan pemuda tak sempurna ini, mencintaimu sesempurna mungkin." _____ Don't copy my story! ©bllueskky