Silla dan majalah dinding

56 9 5
                                    

Ini adalah hari ke-3, Silla resmi jadi murid tahun akhir di sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini adalah hari ke-3, Silla resmi jadi murid tahun akhir di sekolahnya. Sejauh ini aman-aman saja meski— bangku pojok kelasnya selalu mengundang keributan. Biarlah, Silla tidak peduli— maksudnya sekarang tidak.

Masih sama seperti kebiasaannya di tahun-tahun lalu, ia selalu mengagumi tempelan kertas bertuliskan kalimat indah yang tertempel di majalah dinding.

Seperti pagi ini, gadis itu sedang memperhatikan satu kertas yang menempel di sana. Bahkan ia diam-diam mencabutnya lalu menyimpan untuk dirinya sendiri, benar-benar menarik perhatiannya, selama dua tahun— tidak tahun ini yang ketiga.

"Jam pasir ku akan segera habis,
kali ini tidak bisa di putar balik."
-SG

Seulas senyum tercipta, inisial itu selalu saja berputar di pikirannya. Ia tahu siapa dibalik kalimat-kalimat yang sering tertempel di mading setiap hari Rabu itu, hanya hari Rabu.

"Heh!"

Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang, pakai ngagetin pula.

"Masih pagi-pagi begini, udah anteng aja ni perawan satu." Ucap Gemi, teman Silla.

Gemi ini udah deket lama sama Silla. Cewek keturunan China yang jadi salah satu jajaran cecan di sekolahnya. Tapi gak banyak yang berani deketin secara langsung sama Gemi. Galak katanya.

"Lo lagi, pagi-pagi udah ngagetin aja." Ucap Silla.

Gemi terkekeh. "Sorry, Lo ngapain di sini? Bukannya ke kelas."

Silla menunjuk mading di depannya dengan dagu, di balas langsung dengan anggukan paham dari Gemi.

"Ini tahun ketiga Lo, tahun terakhir Lo, gak ada niatan bilang gitu?"

Silla hanya membalasnya dengan mengangkat bahunya acuh. "Gak tahu, lagi pula gue kan cuma kagum."

Gemi pun menarik tangan Silla berjalan ke kelasnya, sembari mengobrol.

"Lo tiga tahun jomblo, berkali-kali nolak cowo, dengan alasan kagum ini." Ini fakta, tapi gak jadi masalah kan?

"Ya terus? Masa gue harus bilang, gue itu yang selama ini sering nyabut tulisannya di mading, karena kagum." Jelas Silla, terdengar nada mengolok-olok di perkataannya.

Silla ini pinter lho sebenarnya, tapi ko sekarang tiba-tiba bloon. Tiga tahun kagum sama si 'penulis' itu, selama itu juga Silla nolak cowok yang ngajakin doi pacaran, ya alasannya sama.

"Itu tandanya Lo suka astaghfirullahaladzim." Astaga, Gemi?!

"Lo beneran mualaf yah?" Bukannya fokus sama pernyataan Gemi, Silla malah salah fokus sama ucapan istighfar nya Gemi.

Monokrom ; Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang