12. Semoga Kembali Ke Rumah

775 140 0
                                    

Membumikan sinar untuk ketiga kalinya. Membumikan pemuda yang mereka rindukan. Mereka bertemu dengan raga tanpa nyawa. Mereka... tak bisa berucap sesal.

Isakan terdengar. 20 bersaudara itu berdiri menghadap  ke arah kubur itu. Memandang tanah itu dengan nanar.

Tak lagi bisa terdengar olehnya kata maaf. Tak lagi terdengar olehnya kata sayang... dia, Senja telah pergi.

.

"Dia mendonorkan sebagian hatinya, tapi dia sendiri tidak selamat. Maaf kan saya.."

"Saya rasa saudara Senja memang sudah letih. Organnya tidak lagi sehat. Hanya tersisa beberapa termasuk hati yang ia donorkan."

"Dan ini ada titipan dari Senja. Dia bilang yang kertas pink jangan di buka. Itu punya Rembulan, dan sisanya milik kalian."

Nanna meraih kertas kertas itu dengan gemetar. 'Aku minta kau pulang Senja, bukan seperti ini yang kumau...'

"Aku jahat ya Ja? Aku jahat mau egois? Senja.." suara Nanna makin terdengar gemetar pilu. Zenith merangkul tubuh ringkih itu menuntunnya untuk duduk. Kertas yang Nanna pegang terkena titik titik air matanya.

Auriga di sana. Menatap kosong ke dalam ruangan itu. Di sebuah brangkar ada yang tidur, ada yang tidur tanpa alat bantu hidup. Ada yang tidur dengan kaku berlapiskan selimut tipis putih. Ada yang tidur, tidur untuk tak bangun lagi.

"Tadi pagi aku melihatnya kak... baru tadi pagi-hiks-kenapa dunia jahat sekali?! Kenapa?!"

Yerikho menarik Riga yang mulai hilang keseimbangan. "Tuhan sayang dia Riga... karenanya dia di panggil."

Pundak Auriga bergetar hebat memeluk erat Rikho yang sudah menangis.

'Tak bisa kah? Seorang Senja kembali lagi kepada kami?'

.

"Senja... selamat ya? Akhirnya bisa bertemu Matahari dan Ibu di sana.." Nanna mengelus nisan itu kemudian berbalik.

Dalam balutan jaket hitam tebal itu. Nanna, kembali kehilangan lagi. Jaket yang dia pakai dalam setiap pemakaman.

Pemuda itu memasukkan tangannya ke dalam jaket. Ia kembali mengingat isi surat Senja tadi.

______________________________

Kak nanna sayang.. maaf
Maaf sudah pergi

Jaga kak Bulan
Sinar satu itu rapuh sekali
Aku akan di sisinya di sisimu juga
Jaga dia
Dia akan hancur kak..
Ah ini surat terakhir yang kutulis dari 21 surat lainnya.

Langkah dokternya sudah terdengar kak.

Selamat tinggal
Dan
Berbahagialah.

Senja Antariksa

_______________________________

.

.

"Di mana Senja?" Suara parau itu mengalihkan Ilkay.

"Di mana Senja? Tadi sore aku mau menjemputnya.."—

"Senja di mana? Kak Kay... Senja mana?"

"Sstt.. sstt jangan dulu bangun.. sebentar ya? Aku panggilkan dokter.."

"Senja... Senja mana? Senjaa..." racauan Rembulan terdengar sampai akhirnya Ilkay menutup pintu ruangan itu.

Ilkay mengusap air matanya. Belum juga usai ia menghalau kesedihan dan rasa bersalahnya. Ilkay di paksa kembali mengingat.

.

"Kak Kay gak marah? Ini Senja yang ngerusak loh?"

Ilkay menggeleng. Ah, Senja memang nakal. Tapi, dia terlampau jujur. Jadi mau marahpun tak tega.

"Gak apa, nanti kakak baiki."

"Kenapa gak marah? Harusnya marah dongg..."

"Kenapa?"

"Orang sabar itu punya hati yang lemah. Sesekali egoislah dan marah. Itu barang yang kakak buat susah payah kan?"

"Dan kakak tau.. bukan kamu yang merusak itu Senja.. kamu bersikap jujur seperti itu sudah membuat kakak senang."—

"Kakak juga sudah terlalu sering egois."

.

"Astaga... aku menangis lagi..."

.

"Kondisinya sudah hampir stabil. 2 hari lagi ya?"

Dokter itu melangkah pergi dari ruangan itu. Ilkay hanya menatap punggung pria dengan jas putih itu.

"Bulan sudah tidur?"

"Sepertinya iya.. kenapa?"

"Ikut aku sebentar."

Ilkay melangkah mengikuti Aten keluar ruangan itu. "Ada apa?"

"Apa yang akan kita katakan pada Rembulan?" Draco menyesap rokok yang ia pegang.

"Aih bodohnya! Ini area bebas asap rokok bukan area merokok! Pergi pergi!!!" Aten mengambil batang rokok itu melemparnya ke tong sampah. Ia mendorong dorong Draco agar pergi dari situ.

"Maaf.. tapi kenapa di buang??"

"Draco?"

"I-iya.. ya lalu bagaimana?"

"Kita katakan padanya pelan pelan saja. Aku tidak mau menyakitinya." Saran Nanna. Semua yang di sana mengangguk.

"Mana kak Themis? Kak Orion juga?"

"Kamu pikir kita pengangguran? Kita punya pekerjaan, begitu juga mereka. Astagaa kenapa kamu begitu pintar??"

Starr menyeringai saja. "Baik baik. Siapa yang mau bicara dengan kak Bulan?"

"Aku saja"/"Aku"

Lintang dan Nanna saling menatap satu sama lain. "Biar aku saja Na.. aku lebih paham.."

Nanna ingin sekali memaksa agar dirinya saja. Tapi, Lintang benar. Dia lebih paham.

"Baiklah.. bicara pelan pelan ya kak?"

"Tenang saja. Kalian pulang. Janus, Muraco bawa Nanna bersama kalian ya? Kalian semua lebih baik pulang saja.."

"Aku? Aku mau di sini kak.."

"Ceilo.."

"Ceilo takut kak Bulan pergi-hiks.."

"Ceilo pulang ya? Nanti kalo Bulan sudah sembuh dia akan tinggal di rumah seperti dulu."

Ceilo akhirnya pasrah mengangguk menerima saran dari Hang. "Ayo, kita pulang. Berdoa saja supaya besok Rembulan kembali kerumah."

"Semoga kembali ke rumah. Ke rumah kami. Bukan rumah-Nya."











→←→←→←→←→←→←

Selamat Senja....

Selamat telah bebas dari Luka...

Tapi...

Pergimu membekaskan Luka...

Bulan akan menanti...

Bulan akan menunggu..

Saat saat pertemuan kita nanti..

Paan dah:(

Yo bye!💚

●tingglkan jejak bila berkenan●

REMBULAN ¦ Renjun NCT[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang