19. Maafkan Aku Rembulan

1.1K 141 0
                                    

"Tante Seila... di mana?"

Dokter itu menoleh ke arah pintu ruangan itu. "Beliau sedang di dalam. Tadi... eum sedang berada di samping pendonor."

Mereka saling menatap.

"Kenapa?"

Dokter itu hanya terseyum tipis kemudian pergi meninggalkan mereka yang masih bingung.

"Nanna mau lihat tante Seila." Ucapnya melangkah cepat masuk ke dalam. Belum. Belum sampai ke dalam. Nanna berhenti di ambang pintu.

Menatap kaget ke depan. Yang terbaring itu jelas tidak asing. Yang terbujur kaku itu tidak asing.

Nanna membeku di tempatnya.

Melihat itu saudaranya yang lain menyusul mengikuti Nanna. Mereka berhenti tepat di belakang Nanna.

"Nggak!!" Nanna menjerit memeluk Janus yang tepat berada di sampingnya. Janus hanya diam menatap tak percaya pada apa yang ia lihat saat ini.

Lintang dengan cepat menyeruak masuk ke dalam ruangan. Dengan mata yang suda basah ia mengangkat tubuh pucat itu paksa.

"Apa ini Bulan?! APA YANG KAMU LAKUKAN HA?!" Lintang dengan marah menggoyangkan tubuh itu keras.

"Lintang..."

"Apa ini tante? Apa ini-hiks-kenapa jadi begini..."

"Maafkan tante sayang... tante salah.. hiks.. tante tidak bisa menghentikan dia.. tante minta maaf.." lirih Seila dengan suara yang bergetar. Memohon maaf pada pemuda di depannya itu.

"Nggak... Bulan bangun.. bangun! Bangun ayo! N-nanti aku belikan alat lukis yang banyak! Bulan.. bangun-hiks-bangun ku bilang.."

Demi apapun.

Ruangan itu kini di penuhi isakan.

Menyesal

Marah

Kecewa

Dan sedih.

Menjadi satu dalam sebuah ruangan dingin. Sebuah tubuh tanpa jiwa. Tubuh tanpa jantung itu menjadi saksi bisu bagaimana suara tangis sesal terdengar.

"Bulan... Bulan bangun-hiks-Janus... Bulan-hiks-Bulan dia- huaaa!!" Nanna menderu di pelukan Janus. Sakit sekali.

"Saudaraku yang malang. Pergi lagi. Cahayaku yang indah. Pergi lagi."

.

Pemakaman berlangsung. Seperti tau apa yang mereka rasakan. Langit menggelap. Menampilkan gumpalan awan menutupi sinar matahari.

Isakan yang terdengar pilu itu menjadi pengiring kepergian Rembulan.

Nanna mendekat ke arah nisan itu mengelus pelan batu yang terukir sebuah nama di sana.

Ia tak lagi mampu berkata. Suaranya sudah ia habiskan untuk menangis.

"Matahari marah. Bahkan Senja juga marah kak... mereka tidak mau bersinar lagi. Lihat itu? Mereka kecewa dengan kami kak..."

Dengan suara lirih dan penuh perjuangan Nanna kembali berbicara. Dadanya sesak menahan tangis.

"Sakit kak-hiks-sakit... pulang yuk kak? Mau ya? Nanna sedih.. Nanna gamau kakak pergi."

Ilkay mendekat, mendekap tubuh Nanna ke dalam pelukannya. "Sudah Na... Rembulan sudah bahagia. Akhirnya bisa bertemu ibu, Matahari bahkan Senja. Ikhlaskan ya?"

Nanna memukul dada Ilkay pelan berusaha melampiaskan segalannya. Matanya mulai nyeri karena terlalu sering menangis. Nanna hanya bisa diam menahan rasa sesak itu.

"Nanna capek kak... Nanna capek.."

Ilkay memeluk adiknya itu erat. Menatap batu nisan itu. Matanya berkaca-kaca. Sedari tadi, Ilkay menahan ini.

"Kakak tidak berguna Na.. maafkan kakak..."

Semesta tau ada para penghias bumi yang tengah hancur di sini. Semesta mendengarkannya.

"Sudah kak.. Nanna ayo pulang..." Janus mengelus pundak Ilkay. Gerimis makin kencang. Titik air itu makin ramai.

Janus mengangkat tubuh Nanna ke dalam gendongannya. "Pulang Na.. hujan.." bisiknya.

"Kak Bulan?! Nanti dingin!! Kak Bulan Sendirian!! NANNA MAU DI SANA! KAK BULAN KEDINGINAN!!!"  Teriak Nanna memberontak dalam gendongan Janus.

"Nanna... sudah ya? Sudah.. kakak gak sanggup Na..." Janus terus berbisik di tengah tangisan Nanna.

Ceilo berdiri di sana. Jauh di sana. Di samping sebuah pohon besar menggumamkan kata kata yang menyakitkan.

"Kak Bulan... aku berharap kamu pulang.. kamu tau itu kan? Tapi bukan pulang yang seperti ini..." pemuda itu mengusap pipinya.

"Aku jahat ya? Aku... bukan adik yang baik ya kak?" Ceilo terus berucap lirih di sana. Berharap Rembulan mendengarnya.

.

.

"Maafkan aku Rembulan."










→←→←→←→←→←→←→←→←

tinggalkan jejak bila berkenan

REMBULAN ¦ Renjun NCT[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang