63

838 145 3
                                    

Fajar merasa Alana terlalu banyak melamun saat mereka nonton. Gadis itu bahkan tak menjawab saat Fajar beberapa kali mengajaknya bicara.

"Filmnya nggak bagus?" Fajar berbisik di telinga Alana, membuat Alana kaget dan buru-buru menggeser posisi duduknya agak jauh.

"Bagus kok, aku lagi mikirin sesuatu aja." Alana berusaha bersikap santai seraya memakan pop corn di pangkuannya.

"Adrian, ya?"

Mendengar celetukan Fajar seketika Alana tersedak. Ia buru-buru meneguk air mineral miliknya dengan rakus.

"Hah? Ngapain aku mikirin dia?" Alana menjawab setelah pernapasannya normal.

"Ya, namanya juga mantan terindah." Fajar malah meledek Alana.

"Kok, Mas ...." Karena sudah di luar rumah sakit Alana memanggil Fajar dengan sebutan 'mas'.

"Aku udah tau kali."

"Cuma cinta monyet."

"Yakin?"

"Udahlah, Mas. Nggak penting juga bahas jodoh orang." Alana mengelak, ia malas membahas Adrian plin-plan itu.

"Dia jomblo kok."

Alana kaget mendengar perkataan Fajar, kalau benar Adrian jomblo, lalu wanita itu ....

"Terus si Nikita-Nikita itu?"

"Cuma sepupu."

"Oh." Tak terasa Alana menghela nafas lega, Fajar tersenyum melihat tingkahnya.

"Ciye, yang kesenengan."

"Biasa aja. Lagian aku udah nggak ada apa-apa sama dia." Alana mengipas-ngipasi mukanya yang tiba-tiba terasa panas menggunakan kedua telapak tangannya.

"Kalau gitu aku bisa maju dong?"

"Maju ke mana, Mas?"

"Ya ke depan lah, kalau ke belakang namanya mundur."

"Aku lagi nggak mikirin yang kayak gitu, Mas. Mana abis ini skripsi."

Fajar adalah tipe cowok yang terang-terangan menunjukkan kalau ia sedang menyukai seseorang. Dari hari pertama Alana magang di sini, ia sudah menunjukkan sinyal ketertarikannya pada Alana.

Sebenarnya dia pria yang baik dan tampak tak berbahaya. Wajahnya juga bisa dikategorikan tampan, dengan postur tubuh yang proporsional. Semua itu cukup membuat dirinya jadi pembicaraan suster-suster maupun para staf di sini.

"Kalau kamu nolak, aku kasih nilai F." Fajar mengancam Alana sembari bergurau.

"Kok maksa? Menyalah gunakan kekuasan lagi."

"Biarin."

"Lagian biasanya cinta lokasi itu nggak bertahan lama." Alana mengingat artis-artis yang putus hubungan setelah sinetron mereka tamat. Kecuali Chealsea Olivia dan Glenn Alinskie.

"Kata siapa? Maka dari itu, mari kita coba." Fajar mengucapkan kata terakhir menggunakan nada.

"Sisca Kohl."

"Serius, kita coba dulu lah." Fajar menaik turunkan alisnya.

"Masa pakai coba-coba?"

"Oh, langsung minta diseriusin? Boleh juga."

"Mulut kamu nih lemes banget sih, Mas. Dasar Playboy!"

"Daripada playstore?"

"Udah deh, Mas. Jangan ngebaperin gadis lugu kayak aku. Ntar aku baper beneran."

"Makanya si Adrian nggak bisa move on dari kamu, kamunya lucu gini." Fajar gemas ingin mencubit pipi Alana yang memerah, tapi ia urungkan niatnya. Bisa-bisa sledingan yang ia terima.

"Nggak mungkin, pasti dia udah move on dari lama." Alana menyanggah.

"Kayaknya belum."

"Sok tau!"

"Dibilangin nggak percaya."

"Ssstt!"

Suara orang-orang dibelakang menginterupsi percakapan mereka.

***

Setelah nonton, Fajar mengajak Alana makan di salah satu kafe dekat bioskop. Sedari tadi Alana sibuk bercerita tentang masalah putusnya dia dengan Adrian. Fajar mendengarnya dengan sabar.

"Masa ya, Mas Adrian itu mutusin aku karena cemburu sama Edgar. Kan absurd banget."

"Wajar itu, sih. Aku kalau jadi pacar kamu juga bakal cemburu. Orang kalian deket banget gitu, kayak orang pacaran."

"Masa, sih?"

"Si Edgar itu posesif nya kelewatan sama kamu, aku aja pernah dipelototin sama dia waktu ngeliatin kamu."

"Dia itu cuma temen, kita udah sahabatan dari kecil."

Fajar hanya menganggukkan kepala sambil mendengarkan cerita Alana.

"Tadi 'tuh sebenernya Mas Adrian ngajakin aku keluar, sebenarnya tadi dia mau jemput aku. Tapi aku nolaklah, buat apa coba? Kan kami udah putus. Kira-kira dia mau apa ya, Mas?"

"Ya mana aku tau. Kalau penasaran kenapa tadi nggak ikut aja sama dia?"

"Maleslah, pasti mau ngajakin aku balikan." Alana berkata kepedean.

"Ya baguslah, kamu masih cinta dia gitu."

"Dih, nggak punya harga diri amat. Dia udah dua kali mutusin aku, apa nggak menjilat ludah sendiri namanya?" hujat Alana.

"Iya, brengsek emang." Fajar malah mengompori Alana.

"Tuh 'kan!"

"Kayaknya dia nggak bakal nyerah gitu aja buat deketin kamu. Kecuali kamu udah punya pacar baru."

"Nah, itu masalahnya, Mas. Aku harus bisa nemuin orang yang bersedia jadi pacar pura-pura aku. Tapi nyari di mana, ya?" Alana tampak berpikir keras sambil mengusap dagunya.

Mendengar perkataan Alana, Fajar seolah menemukan celah. Ia sengaja membetulkan kerah kemejanya dan berdehem.

"Ekhem."

"Aku minta tolong Edgar aja deh."

Fajar menjatuhkan rahang melihat sikap Alana yang tak peka padanya.

Teman Tapi Mupeng (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang