0.4

149 9 0
                                    

"markeu-ya~"

nada dering pesan masuk

hikesun mengambil jarak dari mark, "itu bukan aku" tentu ia panik. ia barus saja di kecup oleh pujaan hatinya. dan lagi suara aneh apa itu?

"no, its just me" mark merogoh sakunya, mengeluarkan handphone

"apa?" hikesun tak paham

"ponselku," jawab mark membuka pesan masuk itu.

[ mantelpiece. huh? mr. lee? ]

"57?," tanya dejun.

"sorry, what?" mark menoleh menatap dejun yang menampilkan ekspresi jengkel.

"pesan yang masuk dengan nada dering khusus itu"

"mengerikan, kau menghitungnya?" mark mengernyit, lalu menggeleng. kembali menatap handphonenya

"permisi, aku pergi sekarang," ucap mark begitu ia menemukan bungkusan kado lain.

pergi begitu saja meninggalkan semua orang dan dejun yang terus bertanya-tanya 'apa mark pernah membalas pesan-pesan tersebut?'

pergi begitu saja meninggalkan semua orang dan dejun yang terus bertanya-tanya 'apa mark pernah membalas pesan-pesan tersebut?'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"a christmas gift?" mark menebak isi kado itu sebelum membukanya sambil berjalan keluar.

dan begitu mengetahui isi kadi tersebut adalah handphone milik haechan, mark segera menghubungi taeyong.

"dear lord. kita tidak melakukan telephon natal sekarang, ya kan? apa mereka mengesahkan undang-undang baru," sambar taeyong saat telephon di angkat.

"aku pikir kau akan menemukan seo haechan malam ini," ucap mark langsung.

"kami sudah menemukan di mana dia berada. karena kau cukup baik menunjukkannya, itu tak penting"

"tidak. maksudku, kau akan menemukan mayatnya"

malam itu juga, malam yang berkabut akan salju, lee bersaudara itu segera ke ruang otopsi untuk mengunjungi 'mayat' haechan.

"satu-satunya yang deskripsinya cocok , membawamu ke sini, rumah sejatimu" ucapan taeyong menjurus pada seringnya mark berada di ruang otopsi dan mayat.

"kau tak perlu ikut, hikesun" mark menatap gundukan mayat yang di lindungi selembar kain putih tipis.

"tak apa, orang lain sibuk dengan.. natal" how poor this woman, hikesun tegar.

"wajahnya sedikit hancur, jadi mungkin akan sedikit sulit" sambung hikesun sambil menyingkap kain untuk memperlihatkan bagaimana kondisi mayat.

"itu dia, kan?" taeyong menyikut mark.

"tunjukkan seluruh tubuhnya" mark memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel.

hikesun hanya menurut.

"itu dia" dan segera berjalan keluar meninggalkan taeyong dan hikesun dalam suasana yang tak biasa.

"terimakasih, nona hikesun" berniat menyusul mark, mengabaikan betapa shocknya ekspresi yang terpampang di wajah hikesun.

hikesunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang