Donghyuck and Renjun

8K 912 58
                                    

Kandungan yang membesar tak membuat Jeno malas. Bahkan sang Luna itu terlihat begitu banyak energi. Ia masih sering berlatih pedang atau pun memanah. Gerakan nya masih sama khas seorang Lee Jeno, lembut dan tajam. Bahkan perut besar itu seperti bukan masalah untuk nya.

Tapi tetap saja hal itu mengundang rasa amarah dan kesal Jaemin. Ia jelas khawatir dengan keadaan Jeno dan bayi nya. Tapi Jeno memang benar benar berbeda dari seorang Luna kebanyakan dan itu membuat Jaemin frustasi memikirkan cara bagaimana menghentikan sang kekasih. Setidaknya sampai melahirkan nanti.

Bahkan banyak hal buruk yang Jaemin pikirkan saat melihat Jeno berlatih dengan nya. Sebagai contoh bagaimana jika tiba tiba Jeno ingin melahirkan sebelum waktunya itu akan menjadi masalah besar.

Jeno sudah bersiap dengan alat panah di punggung nya dan tak lupa dengan Renjun yang sedari tadi mengomeli nya.

"Luna aku mohon jangan melakukan ini lagi. Jika alpha tau dia akan benar benar marah" ujar Renjun pada Jeno.

Jeno berbalik menghadap Renjun. Satu tangan nya terangkat untuk menyuruh Renjun berhenti bicara dan Renjun berhenti bicara tapi masih dengan raut wajah takut nya.

"Maka dari itu jangan sampai Jaemin tau. Nanti dia marah padaku. Ini bukan keinginan ku, anak Na Jaemin ini sangat suka berlatih. Aku juga lelah" ujar Jeno sambil menunjuk perutnya yang membuncit.

Renjun menghela napas, ia berusaha untuk melepas kembali alat alat panah yang tersampir di punggung Jeno.

"Maka dari itu lebih baik Luna beristirahat dari pada latihan memanah" ujar Renjun.

"Tapi walaupun aku lelah. Rasa ingin memanah tak bisa hilang. Itu malah terus mengganggu pikiran ku. Anak Na Jaemin ini benar benar berbeda Renjun. Pinggang ku sering sakit karena ulah nya. Dia tidak mau mendengarkan ku, dia hanya menurut saat Jaemin sudah marah" ujar Jeno. Ia berusaha memeluk panah nya erat agar tak di bawa Renjun.

..

Jeno berjalan mengendap ngendap sambil menarik Renjun -lebih tepat nya menyeret-. Ia terlihat waspada menengok kanan dan kiri takut takut ada orang yang memergokinya.

"Lee Jeno! Mau kemana kamu?!"

Suara berat mengintrupsi membuat Jeno dan Renjun terkejut sekaligus takut. Jeno menengok perlahan dan melihat kedepan. Di depan nya sudah ada Jaemin berdiri menjulang tinggi sambil menatap nya dan di belakang nya terdapat Donghyuck yang mengikuti. Jeno lantas tersenyum saat melihat Jaemin, berbeda dengan Jaemin yang menatap nya tajam.

"Ish! Matanya ku colok!" Bukannya takut Jeno malah bertingkah.

Jaemin menutup matanya, menghela napas sejenak untuk menetralkan emosinya. Menghadapi Jeno butuh kesabaran yang lebih besar. Jaemin mendekat menghampiri Jeno, lantas ia mengulurkan tangan nya di depan Jeno.

Jeno yang bingung hanya menatap tangan Jaemin sejenak lalu menantap Jaemin.
"Apa?" Tanya nya.

"Panah" ujar Jaemin.

Jeno sedikit berbalik ke kanan berusaha untuk menyembunyikan panah yang masih ia peluk.
"Tidak mau!" Ujar nya.

"Lee Jeno!"

"Tidak mau!" Jeno masih bersikeras menahan panah nya agar tidak di ambil Jaemin.

"Baiklah. Sayang dengar, ini sudah malam. Harusnya kamu tidur dan beristirahat bukan berlatih memanah. Kamu ingat dengan apa yang aku ucapkan?" Jaemin memelankan suara nya berusaha untuk tetap lembut di depan Jeno.

Jeno mengerucutkan bibirnya ia lantas melirik Jaemin dan kembali menunduk.
"Tidak boleh berlatih apapun saat sedang hamil" jawab nya lirih.

Jaemin mengangguk setuju mendengar jawaban Jeno.
"Bagus. Kamu mengingat nya, jadi kembalikan panah itu" Jaemin kembali mengulurkan tangan nya meminta panah yang ada di tangan Jeno.

Tapi Jeno kembali menggelengkan kepalanya dan menyanggah.
"Tapi!.. tapi ini bukan keinginan ku. Anak mu ingin memanah. Sejujurnya aku juga lelah ingin tidur, tapi dia tidak mau menurut. Dia hanya menurut saat kamu sudah marah" ujar Jeno.

Jaemin menaikan kedua alis nya saat mendengar penjelasan Jeno.
"Maka dari itu. Kemarikan panah nya sebelum aku benar benar marah mengerti!" Ujar Jaemin kembali.

Jeno kembali cemberut tapi dengan perlahan ia menyerahkan panah itu pada Jaemin. Saat sudah di tangan Jaemin, Jaemin langsung melempar panah itu ke arah Donghyuck dan ditangkap dengan baik.

Jaemin menghampiri Jeno dan menggenggam kedua tangan itu, mengusap nya lembut juga memberi kecupan kecupan manis di kening sang Luna.
"Kita pulang?" Tanya Jaemin lembut. Sebenarnya Jaemin tak perlu jawaban karena ia akan tetap membawa Jeno pulang.

Jeno mengangguk pelan lalu memeluk Jaemin.
"Iya. Mau pulang, tidur. Perut ku sedikit keram"

Mendengar pernyataan tiba tiba Jeno membuat Jaemin khawatir dan segera menggendong Jeno di depan.

..

Donghyuck dan Renjun berjalan pelan menyusuri hutan. Keduanya di tinggal Jaemin dan Jeno. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir masing masing. Suasana cukup canggung dan terasa aneh. Hanya ada suara jangkrik dan hewan malam lain nya.

Sangat sepi, Donghyuck sesekali melirik Renjun yang terus berjalan sambil menunduk. Pemuda manis itu sepertinya sama dengan apa yang Donghyuck rasakan. Canggung dan aneh.

"Bagaimana keadaanmu?" Donghyuck memberanikan diri untuk bertanya terlebih dahulu. Ia ingin meluruskan semua nya sekarang, semenjak pertengkaran keduanya dengan Renjun.

Pemuda manis itu jadi jauh dari jangkauan nya. Renjun jarang terlihat oleh Donghyuck dan lebih sering bersama dengan Luna juga adik sang Alpha.

Sedikit membuat Donghyuck frustasi. Tapi itu tak akan lama, karena ia juga sibuk mengurus pack pack yang mulai berulah dan mengganggu.

Renjun mendongak menatap Donghyuck lalu kembali menunduk.
"Cukup baik. Kurasa" jawab nya pelan.

Donghyuck mengangguk mengerti, sekarang ia kembali diam tak tau harus mengatakan apa.
"Em. Kamu tak ingin menanyakan keadaan ku?" Donghyuck.

Renjun kembali menatap Donghyuck.
"Aku sudah melihat nya sekarang. Kupikir kamu juga cukup baik"ujar nya.

"Renjun" panggil Donghyuck pelan.

Donghyuck menghentikan langkah nya dan membuat Renjun ikut berhenti.
"Ayo perbaiki semuanya" ujar nya tiba tiba membuat Renjun kebingungan.

"Hah?"

"Ayo perbaiki semuanya. Hubungan kita, jujur aku.. tak bisa berlama lama seperti ini. Maksudku, aku membutuhkan mu untuk menjadi bagian dari hidupku. Aku tidak suka saat aku tak bisa menjangkau mu, aku tidak suka saat aku tak bisa melihat mu" ujar Donghyuck.

Renjun hanya diam menatap Donghyuck dan mendengarkan penjelasan nya. Donghyuck menarik napas dan mengeluarkan nya perlahan lalu menatap Renjun intens.

"Aku merindukanmu. Aku mencintaimu" ujar nya tepat di depan Renjun. Ucapan itu terdengar sangat tegas dan yakin. Membuat Renjun tersenyum dan satu langkah maju mendekati Donghyuck.

Renjun meletakan kedua tangan nya di dada Donghyuck sedikit menarik baju pemuda itu membuat Donghyuck menunduk. Lalu Renjun mencium bibir itu cukup lama dan melepasnya. Donghyuck hanya diam tak bergeming. Nyawanya seolah hilang saat Renjun mencium nya.

Lantas Renjun menepuk dada itu dan membuat Donghyuck kembali sadar.
"Aku juga merindukan mu dan mencintaimu" ujar Renjun pelan tak lupa dengan senyumnya menatap Donghyuck.

Tbc...

Werewolf Revenge || JaemJen✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang