05 | Kamu dan Kenangan Menyirat

65.6K 13.5K 1.6K
                                    

"Seseorang tidak akan tahu rasanya terluka, sampai ia merasakan sendiri bagaimana jadi yang berduka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seseorang tidak akan tahu rasanya terluka, sampai ia merasakan sendiri bagaimana jadi yang berduka."

—LOSE IN MAY 1999—


LINA





Jakarta, 20 Mei 1999.

Lina mengelilingi meja makan, seraya menggumamkan kalimat yang sama berulang kali.

"Tanggal 19, jam 4 sore Ibu pulang. Tanggal 19, jam 4 sore Ibu pulang."

Anak pengidap Autis Spectrum itu namanya—Chandie Alina Dayana. Seseorang yang dipandang atas kekurangan, namun memiliki pribadi yang sangat mandiri. Ia sudah sangat terbiasa mengurus dirinya sendiri bila sang Ibu bepergian kerja di tempat yang jauh. Terlepas dari latar belakang Lina yang tumbuh tidak seperti anak-anak normal pada umumnya. Ana berhasil membesarkan Lina seorang diri tanpa bantuan siapa pun. Dia bahkan berhasil mengajarkan Lina tentang banyak hal yang mungkin belum tentu anak-anak lain mampu melakukannya.

Lina juga gadis yang cerdas, ia mampu menangkap ucapan ibunya tanpa butuh waktu lama. Memang, pergerakan dan lisannya tidak sesempurna manusia normal pada umumnya. Tetapi melihatnya tumbuh dengan baik, sudah lebih dari cukup bagi Ana. Karena baginya, tak perlu Lina harus jadi petinggi sekali pun. Kalau anak itu banyak tersenyum saja, sudah lebih dari cukup bagi Ana.

Dug-dug-dug!

Suara benturan itu berasal dari hantaman kepala milik Lina yang bentur benturkan dengan sengaja ke pintu.

Dug-dug-dug!

Seorang anak yang terlahir tidak normal meski terlihat begitu baik. Mereka punya cara masing masing untuk mengekspresikan apa yang mereka rasakan. Lina menyakiti dirinya sendiri ketika mengharapkan sesuatu dan tidak ia dapatkan. Itu adalah cara Lina mengekspresikan apa yang ia rasa salah dalam dirinya.

Dug-dug-dug!

"Lina."

Muncul suara parau dari arah belakang. Seketika gadis itu menoleh, mencari dimana suara itu berasal.

"Lina"

Gadis itu tergontai gontai menyambangi sumber suara yang ia rasa itu suara yang begitu ia kenali.

"Lina."

Tak lama, munculah seorang wanita cantic, samar-samar berdiri di hadapan gadis itu.

"Lina, kamu jedotin kepala lagi, ya?!" tanya ibu mengusap dahi milik Lina yang terluka.

"Bubur Lina, bubur," ucap Lina tidak terlalu jelas.

Wanita itu menaikkan tangannya, memperlihatkan satu buah kantong kresek berwarna hitam. "Ini dia buburnya" kata wanita itu membuat pancaran senyuman cantik mekar di wajah Lina. "Ibu bawa bubur, Ibu bawa bubur!"

1| LOSE IN MAY 1999 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang