Anata wa dare ga sukidesuka

3.2K 132 10
                                    

Naruto berlari sekuat tenaga di lorong sekolah. Ia bermaksud menghampiri Sakura yang tengah berfoto dengan teman-temannya.

Hari ini terakhir mereka sekolah SMP NAKIGAWA.

Ada tradisi antara anak SMP. Yaitu menyatakan cinta, atau memberikan kancing seragam pada wanita yang memintamu.

Biasanya perempuan yang meminta kancing seragam laki-laki sebagai kenangan-kenangan.

Naruto berniat memberikan kancing seragamnya pada Sakura.

Ia ingin Sakura mengenangnya bila mereka tidak satu sekolah lagi.

Dan bukan rahasia umum bila Naruto menyukai Sakura.

Cengiran wajah Naruto bak jeruk manis. Apalagi ketika Naruto sampai di kelasnya.

Ia melihat Sakura sedang berpose dengan Ino dan Tenten.

"Oi, Sakura!" heboh Naruto.

Sakura bergidik seperti kucing. Ia terkejut.

"Mo, Nani!" bentak Sakura sebal.

Naruto memberikan Sakura kancingnya.

"Ini, simpanlah hihi," cengir Naruto hangat.

Orang-orang iri dengan Naruto. Naruto dapat berkata jujur, tanpa menyembunyikan perasaan pada Sakura.

Tentu para siswi cemburu dan ingin bernasip sama dengan Sakura yang tulus disukai oleh Naruto, laki-laki baik.

Sakura berkacak pinggang, "Bakaaaa~!" ejek Sakura seperti anak kecil.

Sakura pergi dari kelas.  Semua orang bersuara, "Eh~"  kecewa orang-orang.

"Dia kabur Naruto," ucap teman laki-laki.

"Zuruii (curang),  padahal aku mau lihat," komen yang lain.

"Kejar dia Naruto-kun!"

"Oss, ja Minna! (aku duluan teman-teman) "

"Gambareee~ (berjuang - bahasa gaul Jepang)" semangat para teman.

.
.

Tak lama kemudian Naruto menemukan Sakura di tangga bersama Sasuke.

Entah mengapa Naruto berhenti. Ia melihat Sakura mendapatkan kancing Sasuke.

Sakura terlihat senang sekali. Naruto pun turun menghampiri mereka.

"Sakura," sapa Naruto.

"Eh, Naruto,"

Naruto memberikan kancingnya pada Sakura. Sakura menerimanya.

"Ini kancingku juga, hihi,"

"Hmn," senyum Sakura.

Naruto terpana. Senyuman itu berbeda dengan senyuman yang Sakura berikan pada Sasuke.

Mereka bertiga berjalan keluar. Sakura berada di tengah mereka. Naruto mengamati Sakura yang tengah berbicara dengan Sasuke.

Naruto mengamati itu dengan serius. Akhirnya Naruto tersenyum penuh arti.

Naruto sadar bahwa seberapa besar usahanya, yang di hati Sakura hanya Sasuke.

Apapun yang ia berikan tidak bisa membuat Sakura sebahagia ketika mendapat sesuatu dari Sasuke.

.
.

Di hilir sungai Naruto tidur menatap langit yang berwarna oren.

Angin sepoy-sepoy sampai rumput ikut bergoyang. Suara burung gagak terdengar jelas.

"Naruto-kun?" suara gadis terdengar tipis namun terdengar oleh Naruto.

Naruto pun duduk. Gadis itu duduk di sebelah Naruto.

Surai indigonya terikat. Wajahnya pucat, tubuhnya putih, matanya sayu.

Hinata Hyuuga.

Tetangga Naruto yang kebetulan lewat di jalan bertemu dengan Naruto.

"Selamat lulus, Naruto-kun," ujar manis Hinata.

"Kau juga Hinata, selamat hihi," lalu mereka terdiam.

Hinata melihat ada yang aneh dengan Naruto. Karena tidak biasanya Naruto cerewet. Naruto hanya memberi dia selamat lalu terdiam.

"Nanika atta desuka? (apa yang terjadi - bahasa formal) "

Naruto terkejut. Ia menatap Hinata lalu tersenyum.

"Tidak ada. Hanya. . ."  Naruto berdiri lalu memberikan bantuan Hinata dengan tangan, untuk berdiri juga.

"Aku akan pergi keluar sebentar, membeli kue," cengir Naruto.

"Kalau begitu, hati-hati di jalan Naruto-kun,"

Hinata dapat merasakan ada yang aneh dengan Naruto. Ia membiarkan Naruto mempunyai waktu untuk sendiri karena Hinata yakin Naruto lebih memilih menyendiri.

.
.

Tepat jam 7 malam. Naruto memandangi pemandangan mobil berlalu lalang dari jembatan layang.

Hawanya masih terasa dingin.

Dan di tempat Naruto berdiri ia juga dapat melihat kelopak bunga sakura berterbangan di sekitar.

Seperti bintang bertanya bunga sakura.

"Naruto," sapa Ino.

"Ino," ia sedikit bingung kenapa bisa bertemu dengan Ino.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Naruto bingung.

"He, ini tempat umum, dan aku hanya lewat saja. Harusnya aku yang tanya, kenapa kau di sini," ujar Ino.

"Aku beli kue," Naruto melihatkan box kue pada Ino.

Ino pun sadar. Naruto anak yatim piatu.

Pasti Naruto di rumah merayakan kelulusan sendirian. Apalagi Jiraya, wali Naruto jarang pulang.

"Kerumahku," ajak Ino.

"Eh?"

Ino menggetuk pelan kepala Naruto lalu berkata, "Baka, mesum,"

"Keluarga open house, ayo ke rumah ku,"

Naruto tersenyum sampai terlihat giginya. Ia senang sekali mendapat undangan. Dihari kelulusannya ia nikmati tidak sendirian lagi.

"Yatta!" seru Naruto.

"Kau tau, roti ini yang lagi trend di blog," oceh Naruto. Ino tersenyum simpul.

"Baka." ujar Ino yang tersenyum.

"Hihi," cengir polos Naruto.

.

.

.
Next....

[END] Naruto-kun, Anata wa dare ga sukidesuka? | Naruto HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang