Jiraya Dan Naruto

781 61 5
                                    

Jiraya menyupir mobil sembari mengobrol dengan Naruto yang duduk di sebelahnya.

Mereka telah menghabiskan waktu 2 jam perjalanan menuju rumah profesor.

"Ini kedua kalinya kau bertemu dengan dia, Naruto. Masih ingatkah kau dengan dia?" tanya Jiraya yang menyimpan semangat dalam senyumannya.

"Aku ingat, kakek itu, Sarutobi." terkanya.

"Dia sangat menyukai mu, hihihi." cengir Jiraya.

"Dia sangat suka kaligrafi yang kau buat dulu waktu kecil, sensei sangat menantikan dirimu akan jadi apa kedepannya." Jiraya merasa senang ketika membahas masa lalu.

Entah kenapa Jiraya bangga sekali terhadap pujian yang diberikan kepada Naruto. Pujian itu seperti memuji dirinya juga.

Beberapa saat kemudian mereka sampai di kediaman Sarutobi. Rumah besar klasik khas Jepang.

Waktu mereka masuk pelayan yang mengenakan kimono menyambut mereka sopan. Lalu mengantar mereka menuju ruang tamu.

Mereka melewati koridor ruangan. Di samping kiri mereka bisa melihat kolam buatan dengan banyak ikan koi dan air mancur dari bambu.

"Tuan, tamu anda sudah datang," ujar si pelayan.

"Masuklah," jawabnya.

Sang pelayan menggeser pintu lalu mempersilahkan Jiraya dan Naruto masuk.

Pertama mereka menunduk sopan lalu duduk di depan sang profesor.

"Sudah lama sekali tidak bertemu dengan mu, Naruto," ujar sang profesor dengan senyuman ramah.

"Ha-i, senang bertemu dengan kakek kembali,"

"Tidak sopan!" suara laki-laki di ambang pintu dengan membawa nampan berisi teh hijau.

"Konohamaru," sebut Saratobi.

Konohamaru berjalan cepat lalu menaruh dengan kasar cangkir teh itu hingga berbunyi, Tuk! Tuk!

Urat kepala Naruto muncul. Ia emosi dengan tingkah bocah itu, yang kasar menyambut dirinya sebagai tamu.

"Perkenalkan ini cucuku, Konohamaru, selama musim panas dia tinggal di sini dan besok dia kembali ke Tokyo." Sarutobi memperkenalkan cucunya pada Jiraya dan Naruto.

"Siapa dia, kenapa memanggil kakek dengan sebutan kakek," sindir Konohamaru pada Naruto.

Naruto pun meledak melihat tingkah tengil Konohamaru.

"Nani! Tidak sopan sekali, dasar gaki! (bocah)" serang Naruto yang berdiri mengepal tangan di depan muka, seolah menahan tonjokan.

"Kau yang tidak sopan monyet! Kakek adalah orang yang dihormati oleh siapapun, dan kau sok akrab memanggil kakek! Siapa kau hihhh!"

"Grrrrr!" geram Naruto.

Mereka mengeluarkan listrik di mata dan saling beradu.

"Konohamaru." panggil tenang sang kakek.

Konohamaru sontak duduk di sebelah kakeknya dengan sopan dan tegak.

"Ha-i!" sahut Konohamaru cepat.

"Ramahlah dengan tamuku," pinta sang kakek.

"Ha-i!"

"Naruto, tenangkan dirimu oke," pinta Jiraya yang merasa tidak enak dengan profesornya.

"Aku mengerti," ujar Naruto sebisa mungkin menahan emosi.

Jiraya mengalihkan pembicaraan, "Ngomong-ngomong, Konohamaru sudah besar sekali, terakhir aku melihatmu, kau masih TK. Apa kau ingat aku, Konohamaru-kun?"

[END] Naruto-kun, Anata wa dare ga sukidesuka? | Naruto HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang