Chapter 2. Bahasa Cinta

15.1K 2.4K 1.5K
                                    

Heiiii, terima kasih banyak buat antusias kalian yaaa! 

Show some love dengan berkomentar di setiap paragraf dan jangan lupa votes. 

Selamat membaca dan berkenalan dengan si kembar <3


---

"Jahil dan mengusili satu sama lain adalah bahasa cinta mereka. Namun, jika satu tersakiti, yang satu akan membela, karena bagi Nathan tidak ada yang boleh membuat Daniel menangis, selain dia dan ayahnya. Terlahir kembar tanpa sadar membuat keduanya saling menyayangi dan melindungi. Saling melihat dan mendengar. Saling memahami meskipun tidak saling bicara seakan-akan lewat telepati keduanya bisa mengerti." 

----

2004

Ada banyak alasan mengapa seorang Daniel Arsaya Prasetyo selalu bertanya ke Mama kenapa dia harus memiliki saudara kembar jika bentukannya seperti seorang Nathan Januar Prasetyo. Bukan karena dia tidak bersyukur, masalahnya setiap hari dia selalu saja didzalimi. Belum lagi di TK-nya, mereka selalu jadi pusat perhatian seolah-olah kembar adalah hal pertama yang baru mereka lihat di dunia. Kalau di jalan juga begitu. Ya gimana nggak, Mama selalu membeli hal yang sama seperti beli satu gratis satu. Mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Isi lemari Daniel adalah duplikat dari isi lemari Nathan. Mulai dari kolor sampai piyama.

Maklum sih. Soalnya kalau berbeda, Nathan akan protes. Misalnya waktu Mama membeli buku gambar, Daniel mendapat yang bersampul singa dan Nathan bersampul monyet. Nathan marah dan menyangka Mama menyamainya dengan monyet.

Bahkan setiap kali sarapan dan makan siang selalu saja ada drama yang dibuat Nathan, dia akan mendekatkan piringnya ke piring Daniel untuk meneliti apakah porsinya sudah sama atau belum. Tiap kali Mama membuat dua gelas susu, Nathan akan merapatkan gelasnya untuk memastikan sudah di satu garis yang sama, berbeda satu tetes bisa membuatnya tantrum di depan Mama.

"HUAHAHA, siapa tadi yang beol di celana?" Suara cempreng milik Nathan terdengar memenuhi ruang tengah sebuah rumah yang lantainya dipenuhi mainan berserakan. Kapal-kapalan, truk bak yang bagian depannya diikat dengan tali, robot Power Rangers yang kepala dan tangannya sudah buntung menjadi korban KDRT betapa barbarnya tangan seorang bocah bernama Nathan.

Meskipun begitu, mengenai selera mainan, preferensi mereka berbeda. Nathan menyukai segala hal yang berbau robot, sedangkan Daniel lebih suka menggambar di kertas, mewarnai. Coretan memanjang yang terbentuk di tembok dari ruang tengah sampai ke dapur adalah bukti kreativitasnya yang sempat membuat Meli menjerit terkejut ketika pulang dari pasar.

"MAMAAAA!! NATHAN NAKAL!!! MAMAAA!"

"Idih dasar tukang ngadu, kamu nggak dengar ya kata Bu Noni kalau orang yang suka ngadu itu nanti di neraka lidahnya dipotong hiiii serem." Bukannya diam, Nathan semakin menjadi-jadi. "Mama nggak pernah cerita ya sama kamu? Kalau kamu dulu lahirnya keluar udel duluan, makanya udel kamu bodong."

"Daripada kamu, lahirnya di ambulans, nggak elit banget." Daniel tidak mau kalah.

"Biarin daripada tukang ee' kayak kamu, harus dicebokin sama Bu Noni terus, malu dong. Terus kalau di rumah, masih dicebokin sama Bi Ijah." Nathan setia menimpali dengan ekspresi wajah yang menjengkelkan.

"Nggak, Bi Ijah tuh cuma megangin baju aku biar nggak basah. Yang cebok mah aku sendiri, soalnya Bi Ijah kalau cebokin aku suka pake kaki."

"Siapa yang cebokin kamu pake kaki? Bi Ijah?" Rupanya Mama mendengar ocehan tidak jelas si kembar dari dapur. "Bi Ijaaah? Bibi nyebokin Daniel pake kaki?"

GOODBYE DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang