58. Gemas

9.4K 692 28
                                    

"Gimana ujian kamu, sayang?" tanya Mourell kepada putranya yang baru pulang sekolah. Lalu menuntun Shaka untuk duduk di ruang keluarga. Ternyata di sana sudah ada Josua dan Gefta.

"Baik dong, Ma! Lagi kejar target," kata Shaka teringat tawaran dari Binara.

Mourell menatap putranya penuh selidik. "Target apa? Nargetin juara berapa?"

Gefta terkekeh lalu menebak asal. "Binara kali,"

Arshaka mengangguk. Ia cukup terkejut karena Gefta seperti cenayang.

"Ya udah deh! Mama doain niat baik kamu," ucapnya dengan sayang.

"Shaka, Gefta." panggil Josua. "Minggu depan kegiatan rutinitas makan besar keluarga, ajak pasangan kalian." perintah Josua.

Keluarga besar Pranantha akan melakukan acara makan bersama setiap sebulan sekali. Itu sudah turun temurun untuk mempererat kekeluargaan diantara mereka.

Arshaka berdiri. "Kalau gitu, Shaka ke rumah Binara dulu! Mau sampaikan pesan Papa!"

Mourell menggeleng. "Lengket terus ya, betah banget kayaknya,"

Gefta tertawa lalu ikut berdiri. "Abang juga, mau ke rumah pujaan hati!"

"Kalau dulu nempel sama Mama. Tapi sekarang udah gede, ga mau buat Papa cemburu. Karena Shaka pernah rasakan, rasanya ga enak banget!" kata Shaka.

"Kurang wajar sih kalau lo cemburu sama Joviel," kekeh Gefta membuat Shaka berdecih sinis.

****

"Nara, pacarmu yang ganteng ini datang!" sapa Shaka lalu masuk kamar gadisnya.

Binara sedang belajar—menghapal materi buat ujian besok. Binara sangat cantik jika serius begitu. Ralat, ia selalu cantik.

Arshaka mendekat lalu meringkuk ke sofa yang ditempati gadisnya. Ia tiduran dengan kepala berada di atas paha Binara.

Arshaka merasa cemburu kepada buku Binara. Karena sampai sekarang, Binara belum ada menyapanya. Ia hanya melihat buku yang menutup pandangan Shaka untuk melihat gadis itu.

Binara tersenyum tipis—suka sekali mengerjai Shaka. Ia kembali fokus belajar dan membiarkan Shaka melalukan sesukanya. Lelaki itu random sekali.

Binara merasa perutnya di tusuk-tusuk oleh jari. Gadis itu menatap Shaka. Lelaki yang terciduk itu menatap Binara dengan mengerjap beberapa kali. Lalu setelah itu ia terkekeh polos.

Binara menghiraukannya lalu kembali membaca.

Namun kali ini, perutnya dipeluk Shaka dengan erat. Shaka mendusel-dusel di perutnya, rasanya seperti  kupu-kupu berterbangan di perut gadis itu.

Binara tertawa geli. "Shaka, jangan ih!"

Arshaka ikut tertawa dan semakin mendusel di perut gadisnya. Ia gemas sendiri. "Abisnya kamu cuekin aku," ujarnya dengan suara teredam tanpa mau melepas pelukannya.

Binara merasa Shaka berhenti, membuat ia menghirup napas banyak-banyak—lelah tertawa.

Binara menyingkirkan bukunya lalu menatap Shaka dengan heran. "Kamu ga belajar? Nanti ga juara hangus loh kesepakatan," ujarnya.

Arshaka menatap gadisnya. "Aku males belajar di rumah! Belajar sendiri, bosen!"

Binara tersenyum maklum. Lalu ia mengambil kembali catatannya yang lengkap. "Aku hafal materi sambil baca ya, biar kamu ikutan dengar. Hapal juga!"

Arshaka mengangguk saja.

Binara membacakan materinya per kalimat sambil menghafalnya. Lalu ia menyuruh Shaka mengikuti ucapannya, setelah hafal.

ARSHAKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang