62. Cemburu

575 132 188
                                    

Kesadaran yang tadinya seolah tersedot habis, kini perlahan-lahan kembali menghampiri Sojung. Wanita itu tersentak dan entah tenaga dari mana, dorongannya pada dada Seokjin berhasil membuat Seokjin terjungkal dan membelalak kaget karena reaksi mendadak Sojung.

"S-sojung ...." Pria itu tampak gugup tatkala tatapan nanar Sojung terarah padanya. Belum lagi wanita itu menyeka kasar bibirnya yang basah. Napasnya memburu, entah karena sesak setelah menahan napas saat bibir lembut Seokjin membelai bibirnya atau karena ... wanita itu sedang marah.

Seokjin mencoba mengulurkan tangan pada Sojung, tapi wanita itu otomatis mundur dengan ekspresi takut sekaligus waspada. Detik berikutnya Sojung lekas berdiri dan meninggalkan kamar.

Buru-buru Seokjin menyusul, tapi pintu kamar wanita itu telah dikunci.

"Sojung ... maaf," sesal Seokjin. Wanita itu pasti sangat kaget karena ciuman itu benar-benar mendadak, bahkan Seokjin tidak merencanakannya sebelumnya, hanya ... tiba-tiba serasa ada yang mendorongnya untuk melakukan itu sebagai bukti bahwa Seokjin benar-benar jatuh cinta pada Sojung. Namun, bagi si wanita Kim, apa yang pria itu lakukan mungkin saja ... dianggap pelecehan ... seksual?

Seokjin mengerang dan memukul kepalanya sendiri. "Bodoh!"

Malam itu, insomnia Sojung seakan menular pada Seokjin. Saat matahari hampir terbit, pria itu baru bisa tertidur lelap.

"Sudah bangun?"

"Aku tidak akan di sini kalau belum bangun," cibir Sojung saat memasuki area dapur dengan mata yang belum terbuka sempurna dan menyisir rambut acak-acakannya.

"Mungkin saja kau tidur sambil berjalan."

"Aku tidak seperti itu," sungut Sojung. Bibir wanita itu mengerucut, tapi detik berikutnya berubah biasa kembali. Wanita itu berjalan ke bak cuci piring, lalu membasuh wajahnya.

"Kau masak apa?" Sojung berdiri persis di samping Yoongi yang sedang berkutat dengan alat masak. Aroma lezat dan suara renyah dari bahan yang digoreng membuat mulut Sojung memproduksi saliva lebih banyak pagi ini.

"Hanya membuat twigim dan japchae." Sojung melihat dua wajan di atas kompor. Satu berisi tumisan untuk japcae, satu lagi berisi tempura cumi khas Korea yang sedang digoreng.

"Seingatku, aku tidak menyetok cumi-cumi," ucap Sojung heran.

"Sepertinya mantan suamimu yang membelinya. Aku lihat dia membuka kulkas kemarin."

Mulut Sojung terbuka dan ber-oh-ria sambil manggut-manggut. Namun, saat mengingat kejadian tak terduga semalam, tubuhnya menegang lagi dan gugup sekonyong-konyong menggerayanginya. Perasaan

Sojung merasa malu dan marah karena tindakan Seokjin, tapi dia tidak bisa mengekspresikan perasaannya dengan baik. Padahal, harusnya Sojung menampar pria itu saja tadi malam, tapi karena otaknya sudah tidak bisa diajak berpikir, dia hanya pergi tanpa berkata apa pun. Sekarang, Sojung tidak tahu harus berbuat apa jika melihat Seokjin.

Sojung enggan melihat wajah pria itu. Apa dia suruh Yoongi mengusir pria itu saja?

"Coba cicip." Ucapan Yoongi mengakhiri lamunan Sojung. Pria Min itu menyuapkan japchae pada Sojung tanpa ragu. Dia memang tidak sering memasak, tapi bukan hal yang aneh kalau sesekali pria itu ingin membuat sarapan saat berkunjung ke rumah Sojung.

"Sudah pas," komentar Sojung, "bahkan lebih enak dari yang terakhir kali kau masak."

"Masakanku selalu enak," sahut Yoongi, "waktu itu, lidahmu saja yang bermasalah."

Sojung mencebik, tatapannya mencibir pria pucat di sampingnya dan membuat Yoongi menjepit hidung mancung Sojung dengan jarinya. "Berhenti menatapku seperti itu."

PANASEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang