82. Mantan Suami-Istri

485 123 73
                                    

Karena yang menikah adalah teman Jia, serta pasangan pengantin itu juga telah memberi kemudahan pada pekerjaan mereka, jadi Sojung mau tak mau harus menghadiri pesta pernikahan itu, baik saat melakukan janji suci maupun pesta malamnya.

Awalnya, Sojung merasa tidak keberatan, dia senang-senang saja saat disuruh mendatangi pesta dua kali, tapi setelah mengetahui bahwa Seokjin pun menghadiri pesta yang sama, Sojung jadi datang setengah hati, bahkan kalau boleh memilih, Sojung tak ingin datang sama sekali. Sayang, dia telanjur berjanji untuk turut serta.

Tahu tak bisa menolak, Sojung hanya berharap Sojung tidak bertemu mantan suaminya di pesta. Namun, harapan tinggal harapan. Kenyataannya, wanita itu malah duduk mengelilingi meja yang sama dengan pria Kim itu.

Sojung menyesal datang belakangan lagi sehingga tak bisa memilih bangku yang ia mau. Jadi, terpaksa dia duduk mengikuti teman-temannya yang lebih dulu sampai.

"Sojung, kenalkan, ini Jaehwan, ini Seokjin," kata Jia sembari menunjuk dua pria yang kemarin malam Jia umpati, tapi malam ini ekspresi gadis itu malah terlampau ramah saat menyebut nama dua pria di hadapannya.

"Kau ingat mereka, 'kan?" bisik Jia yang duduk di samping Sojung.

Sangat ingat, batin Sojung.

"Mereka ternyata baik," kata Jia, "dua orang itu juga ternyata teman Baro, kakak kelasku saat SMA. Itu, yang duduk di sampingmu."

Sojung menoleh sejenak, melihat orang yang dimaksud Jia, tapi fokusnya malah teralih pada pria di samping Baro. Seokjin tampak tidak nyaman, pria itu juga jelas terlihat gugup dan menghindari bicara banyak dengan teman-teman dan kenalan barunya.

"Sojung," panggil Nayeon yang duduk di seberang wanita Kim itu, "kau mau pindah meja?" tawar gadis itu.

"Aish, kenapa harus pindah meja? Di sini saja," protes Jia sembari memeluk lengan Sojung.

"Aku kan bertanya pada Sojung," balas Nayeon. "Bagaimana Sojung?"

Gadis bermarga Im itu jelas tahu bahwa Seokjin adalah mantan suami Sojung, pria yang membuat gadis itu beberapa kali kehilangan fokus saat bekerja, kadang ada hari saat Sojung tampak seperti mayat hidup setelah putus dari mantan suaminya itu, tapi syukurlah beberapa bulan ke belakang sudah tidak lagi. Sojung sudah bisa hidup dengan baik tanpa Seokjin—dengan syarat, mereka sama sekali tidak bertemu, tapi kalau sekarang, entahlah, Nayeon tak yakin akan kondisi hati Sojung.

"Tidak apa," balas Sojung. Dia harus menunjukkan bahwa dia sudah bisa bersikap biasa saja, tidak perlu lagi menghindar seperti orang ketakutan atau dengan jelas menghindar dan membuat wanita itu semakin tampak masih memedulikan ada atau tidaknya keberadaan Seokjin.

"Sudah di sini saja, Nona Kim." Jaehwan yang duduk di samping Seokjin ikut mendukung Jia. Wajah lelaki itu semringah saat menatap Sojung.

Jaehwan memang seperti itu, dia ramah pada semua orang dan bukan hal aneh serta dilarang pula, tapi saat tahu lelaki itu bicara pada Sojung, Seokjin mendadak jengkel dan menendang kaki temannya.

"Jaga bicaramu," kata Seokjin kesal, "kau sudah punya kekasih, sebentar lagi menikah, tidak usah sok ramah."

"Hei, apa salahnya?" protes Jaehwan, membuat beberapa mata tertuju padanya karena tiba-tiba protes pada Seokjin yang mereka tahu sedari tadi diam saja. "Kau pikir aku sedang menggoda Nona Sojung? Mana mungkin."

"Apa? Kau mau menggoda Sojung?" sahut Jia, lantas gadis itu tertawa, "maaf, Tuan Lee, kaus sudah tertolak sebelum berjuang jika itu memang niatmu."

"Duh, mana mungkin," sahut Jaehwan jengkel, "aku juga sudah punya kekasih. Jika ada yang ingin memikat hati Nona Sojung, mungkin itu temanku, si Tuan Kim ini ," seloroh Jaehwan sembari menyenggol baju Seokjin. Membuat si pria Kim melotot dan menendang kaki Jaehwan lagi.

PANASEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang