81. Kebetulan

464 120 111
                                    

Saat datang undangan pernikahan pada Seokjin ke tempat yang jauh, pria itu sudah berniat untuk tidak datang dan hanya mengirim hadiah atas ucapan turut bersuka citanya. Namun, teman yang menikah ini cukup dekat dengannya saat kuliah, jadi ... setelah pria itu dibujuk, akhirnya Seokjin bersedia mendatangi sebuah vila, tempat pernikahan akan dilangsungkan. Setiap tamu yang diundang telah disediakan satu unit vila untuk penginapan.

Seokjin sampai di kaki gunung yang dingin, walau saat ini sedang musim panas, itu sekitar jam dua siang. Dia berharap bisa beristirahat setelah melakukan satu jam perjalanan udara, ditambah satu jam perjalanan darat menuju lokasi. Namun, teman-temannya yang penasaran malah menarik pria itu menuju aula untuk melihat dekorasi gedung yang akan digunakan besok pagi.

"Untuk apa melihatnya sekarang, besok juga akan ke sana dan melihatnya," keluh Seokjin yang cemberut sepanjang jalan menuju aula yang cukup jauh dari unit penginapannya. Area vila itu cukup luas, ada danau buatan dan berbagai hiburan lain yang memanjakan pengunjung.

"Besok aku tidak bisa memotretnya dengan leluasa," kata Lee Jaehwan, pria yang menyeret Seokjin saat ini, "katanya dekorasinya bagus dan kekasihku meminta untuk menjadikannya sebagai referensi."

"Kenapa harus mengajakku?" sahut Seokjin kesal.

"Biar ramai saja," sahut Baro, pria yang juga ikut untuk melihat-lihat, "katanya di sana sedang ada pemotretan juga untuk branding vila ini."

Seokjin tidak peduli, mau ada pemotretan, syuting film, kebakaran, dan sebagainya, pria itu tidak mau tahu!

Namun, begitu masuk ke aula, dari ujung ruangan di ambang pintu saja, mata pria itu sudah membelalak saat melihat punggung dan postur seseorang yang amat Seokjin kenali dalam balutan baju pengantin. Kalau saja Baro tidak memberi tahu Seokjin sebelumnya, mungkin pria itu sudah ambruk melihat wanita yang sedang berpose seolah melakukan prosesi janji suci bersama pria asing di sampingnya.

"Hei, kenapa malah melamun di sini?" Jaehwan yang sudah berjalan lebih dulu jadi berbalik menjemput Seokjin yang malah mematung.

"Ah, tidak."

"Ayo masuk."

Di ruangan besar itu, Seokjin duduk di salah satu kursi yang jaraknya jauh dari jangkauan pandang Sojung, mantan istrinya yang tidak Seokjin duga-duga akan "bertemu" di sini. Hari ini, wanita itu sangat cantik dalam balutan gaun putih berlengan panjang, rambut cokelat yang disanggul, serta mekap elegan yang menghiasi wajah.

Penampilan itu adalah penampilan yang pernah Seokjin bayangkan jika saja akhir tahun lalu mereka benar-benar menikah, maka Seokjin akan berada di posisi pria yang saat ini berpura-pura menjadi pasangan Sojung.

Sayang, semuanya hancur karena kebodohan Seokjin sendiri. Dia tidak sabaran dan tidak memikirkan perasaan Sojung, berpikir semua akan berjalan lancar dan percaya pada ibunya, tapi nyatanya hal itu malah membuat Seokjin masih merasa patah hati sampai saat ini, terlebih, saat tahu Sojung sama sekali tidak ingin menemuinya. Seokjin hanya bisa melihat wanita itu dari kejauhan selama dua belas bulan ke belakang, waktu yang sangat-sangat lama, dan Seokjin harap waktu-waktu seperti itu akan memiliki akhir.

Pemotretan telah usai, Sojung tampak berbincang dengan rekan-rekannya, termasuk pria yang menjadi "pengantin pria" wanita itu. Saat pemotretan berlangsung, tatapan Sojung pada pria itu benar-benar membuat Seokjin putus asa, tapi setelah sandiwara berakhir, tatapan Sojung berubah. Seokjin bersyukur, tatapan berbinar dan penuh harap untuk si pria cantik itu menghilang.

Tatapan Seokjin tak lepas dari Sojung saat wanita itu masuk ke ruang ganti dan mekap. Seokjin harap dia bisa menemui wanita itu, tapi Seokjin takut, jika memaksakan kehendaknya lagi, hari ini justru menjadi hari terakhir dia dapat melihat Sojung.

PANASEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang