67. Belanja

495 130 141
                                    

Sebentar lagi aku berangkat.

Membaca pesan singkat dari Seokjin, sudut bibir Sojung nyaris terangkat, tapi buru-buru ia menggeleng dan merutuki diri sendiri.

Jangan terlalu senang. Sudah kubilang, kau tidak boleh jatuh cinta. Berhenti merasa tersipu dengan semua tindakan pira itu!

Sojung urung membalas pesan Seokjin dan meletakkan ponsel begitu saja di meja. Sojung tidak terlalu antusias, kok hanya karena menerima pesan dari Seokjin yang membuatnya ingat lagi soal janji yang dibuat kemarin malam.

"Kau masih suka belanja ditemani seseorang, 'kan?" suara bisikan Seokjin terdengar lirih dan ... eung ... harus Sojung akui sedikit seksi saat menanyakan hal tak penting itu. "Aku boleh menemanimu saat kau pergi ke supermarket untuk belanja bulanan?"

Sojung masih bergeming, bingung harus menjawab apa. Otaknya tidak bisa berpikir dengan jernih saat itu lantaran Seokjin yang ... berada terlalu dekat dengannya. Tubuh mereka nyaris menyatu, mata ketemu mata, hidung beradu hidung, bibir tipis yang cantik berjumpa dengan bibir plum Seokjin yang tebal. Bagaimana mungkin Sojung tidak gugup saat berada dalam posisi sedekat itu. Bahkan, embusan nafas Seokjin terasa jelas di wajah Sojung.

"Sojung?" bisik Seokjin lagi.

"A-aku biasa saja—"

"Sst." Seokjin menempelkan telunjuknya di bibir lembab Sojung, membuat jantung wanita itu berdebar lebih tak karuan. "Nanti anak-anak bisa bangun."

Mereka di hotel. Tidak sulit membujuk Sojung kalau anak-anak sudah turun tangan dan menunjukkan ekspresi memelas andalan mereka agar Sojung mengizinkan mereka untuk menginap dan tidur bersama ayahnya.

Ini adalah kali kedua keluarga kecil itu bisa tidur lengkap bersama. Soobin sangat heboh saat tahu dia benar-benar akan tidur diapit kedua orang tuanya. Baginya itu adalah kali pertama, sedangkan Sihyeon, dia ingat bahwa Seokjin juga pernah tidur bersama mereka saat di rumah Yerin.

"Memangnya tidak apa-apa? Kan Mama dan Papa sudah celai," kata Sihyeon cemas.

"Tidak apa-apa," sahut Seokjin santai, "Mama dan papa sudah tidak cerai lagi, jadi boleh."

"Sungguh?" Sihyeon memastikan dan Seokjin mengangguk mantap. Untung saja Sojung sedang menemani Soobin ke kamar mandi, kalau tidak, Seokjin tidak akan bisa bivcara sesantai itu pada Sihyeon.

Jadi, malam itu, keluarga Kim, untuk kedua kalinya tidur di kasur yang sama. Seokjin dan Sojung mengapit anak-anak. Ya, awalnya begitu, sampai akhirnya Sojung yang selalu punya masalah tidur bangkit dan duduk di sofa. Wanita itu menyalakan ponsel dan mengirim pesan pada Yoongi, memberi tahu kalau dia tidak pulang dan menginap di rumah temannya.

Jam masih menunjukkan pukul setengah sepuluh, jadi bukan hanya Sojung yang belum mengantuk, tetapi Seokjin juga. Setelah menyadari Sojung bangun, pria itu juga bangun dan duduk di samping Sojung. Keduanya hanya disinari cahaya temaram dari lampu tidur di atas nakas.

"Tidak bisa tidur?" tanya Seokjin sambil berbisik. Sojung mengangguk, lalu balik berbisik, "Tidurlah. Aku tidak akan ribut dan mengganggu."

"Kau juga. Ayo tidur."

"Belum bisa."

"Kau suka tidur sambil dipeluk, 'kan?"

Pipi Sojung memanas, mungkin juga memerah, tapi untunglah kamar itu gelap, jadi Seokjin tak dapat melihatnya. "T-tidak."

Walau tidak terlalu jelas, Sojung bisa melihat Seokjin yang mengangkat satu alis dan mencebik, menampakkan ekspresi bahwa ia tak percaya. Detik selanjutnya, Seokjin bangkit dan menggeser posisi Soobin dan Sihyeon agar lebih mendekati tembok, kemudian dia kembali lagi pada Sojung, menari tangan wanita itu, lalu mendudukkannya di kasur. "Ayo tidur."

PANASEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang