Taehyung
Bekas tamparan SeokJin di pipi kiri masih panas. Tidak mengijinkan Taehyung untuk istirahat barang sebentar dari acara perselisihan dengan saudara jauh nya, Singasari.
"Kamu lihat, kan, apa yang sudah kamu lakukan?" SeokJin naik pitam. Seakan semua darah di seluruh badan berkumpul di wajah nya yang memerah. "Kamu bikin perang ke sana-sini. Untung Yugyeom tidak ikut masuk ke rencana. Kalau iya? Aku bisa diambil Tuhan. Dan kamu? Bisa ditinggalkan seumur hidup dalam penyesalan. Goblok!"
Pedih rasanya dihujani pernyataan tidak mengenakkan dari saudara kandung nya sendiri. Terlebih SeokJin sudah berjasa besar untuk melancarkan rencana penyerangan bersamanya. Laki-laki ini adalah kunci penempatan bagian orang yang bakal melawan Singasari. Mulai dari siasat sampai ke inti masalah antara Taehyung dan Jeongguk. Semuanya dikupas bak apel yang tidak menyisakan apa-apa selain ampas. Memang tidak ada jaminan untuk menang, tapi siasat SeokJin adalah yang paling tepat. Perundingan antara kakak sulung nya dan Hoseok adalah perpaduan yang apik. Taehyung berjasa mengawasi, menerka-nerka bagaimana kiranya nanti, dan melaksanakan apa yang ada. Ia yang bakal berdiri di depan.
"Jangan bikin Wilwatikta malu, Tae," gumam SeokJin, "Negarakertagama harus kembali atau kamu tidak bakal aku maafkan. Persetan sama rencanamu membersihkan nama Singasari. Awakmu iki ngedhu sakdulur, koen ngerti (Kamu ini mengadu domba satu saudara, kamu tahu)?"
Taehyung tidak punya kalimat tepat untuk menjawab. Ia rasanya ingin menggebukan niat baik nya yang tiba-tiba berbalik. Jadi sebuah gencatan senjata yang tidak perlu. Semua ini tidak ada artinya. Singasari tidak bersih dan ia masih juga ditinggalkan sang kekasih.
"Ngaliho wes (Pergilah)." SeokJin melempar tubuhnya sendiri ke sofa. Duduk sambil mencengkeram kepalanya sendiri. Beberapa luka yang masih terbuka membuat pemuda itu harus bertelanjang dada. Kemeja putih cuma disampirkan di atas pundak seadanya. Cuma untuk menjaga tubuhnya agar tidak dimakan angin malam.
Pelan-pelan Taehyung membungkuk. Memberi hormat pada kakak tertua dan kembali ke bilik kamar. Dikunci dan ia siap bertatap dengan laki-laki yang sudah kembali sempurna di badannya sendiri. Perwujudan dari raja Singasari yang sekarang sudah membolak-balik satu buku bacaan yang ia peroleh entah darimana. Mungkin asalnya dari rak buku yang digantung di dinding kamar Taehyung.
Tidak ada yang memulai perbincangan. Keduanya cuma bertatap beberapa saat dan kembali ke rutinitas masing-masing. Taehyung yang menarik kaos dari dalam lemari pakaian dan berganti, Jeongguk yang duduk di kursi meja belajar dengan satu buku di pangkuan.
"Kalau kamu ada niatan buat kembali ke Singasari di waktu dekat, lebih baik dikubur dalam-dalam saja. Tidak bakal aku bukakan pintu itu untuk kamu," bisik Taehyung tanpa menoleh pada saudara jauh nya. "Ndak ada kesempatan buat ketemu Jimin juga."
"Aku ndak tanya dan aku ndak ada niatan buat balik," sahut Jeongguk. Suara gesekan kertas masih bisa didengar Taehyung. Tanda kalau anak itu masih berkutat dengan buku nya. Sekilas bisa ia lihat judulnya. Salah satu novel filsafat, Puteri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng. Butterfly effect. Agaknya Raden Bagus masih percaya dengan karma.
"Gimana kamu bisa ketemu dengan sisa potongan Negarakertagama?"
"Bukan aku yang nemu. Jimin."
"Ketemu dimana?"
"Coba tanya pacarmu, disebar dimana saja." Potongan kertas disemat di halaman yang terakhir Jeongguk baca. Ia jinjing buku yang tidak begitu tebal itu. Ditimang-timang seperti memperkirakan berapa beratnya. "Aku bisa duga kalau dia juga tidak setuju dengan rencanamu, kan? Yang bilang kalau mau membersihkan nama Singsari."
![](https://img.wattpad.com/cover/271378265-288-k181569.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Baskara
Fanfiction[ COMPLETE ] : KookMin [ Sudah dibukukan ] Indonesian Mythology Fanfiction Jimin ingat, kawan sekamarnya cuma satu dan sekarang sedang tidur nyenyak di dalam kamar kos nya. Tapi kenapa Jeongguk selalu muncul di saat Jimin sedang senggang? Sifat yang...