Alunna POV:
Aku sedang menunduk takut sekarang. Sedari tadi Pixy, pengasuh ku terus mengomel pada ku. Iya...aku tahu ini salah ku. Tapi bukan sepenuhnya salah ku! Ini semua salah kelinci itu! Jika ia tidak masuk ke taman ku, aku tak akan mungkin mengejar nya!
"Tuan putri. Apa anda dengar nasehat saya?"
Aku mengangguk, karna aku sudah bosan mendengar nasehat Pixy.
Hei, kalian tidak penasaran kenapa Pixy mengomeli ku? Baiklah, akan ku ceritakan...
Beberapa waktu yang lalu...
"Bagaimana cara aku pulang!"
Oke! Aku menyerahkan hidup dan mati ku pada Tuhan. Aku benar benar putus asa, aku masih anak kecil berusia enam tahun, tersesat entah di istana bagian mana, lalu tidak ada jalan pulang.
Tunggu! Apa aku akan jadi pengemis?! Tidak tidak! Bagaimana dengan asupan jajan coklat ku?
Aku bergerak dengan gelisah. Mau meminta tolong pada prajurit yang lewat, tapi...
Kenapa wajah mereka menyeramkan?!
"Tuan putri!"
Aku reflek nyengir lebar, mendengar suara menggelegar milik Pixy.
Astaga Pixy, kau benar benar penyelamat dalam hidup ku.
Saking terharunya, aku bahkan menetes kan air mata.
"Pixy...." Aku merentangkan tangan ku, siap memeluk tubuh Pixy.
Sebenarnya...aku minta gendong sih. Karna kaki ku pegal. Dan ku pikir, di gendong Pixy sampai ke rumah tidak buruk.
Tapi...
K, kenapa wajah Pixy seperti itu? astaga, firasat ku benar benar buruk kali ini.Pixy berdiri tepat di hadapan ku, sembari bersedekap dada, Pixy menatap ku penuh dengan pertanyaan, 'kenapa tuan putri main sampai sejauh ini?'
Kira kira begitu lah...
"Tuan putri. Ayo kita pulang sekarang." Ajak Pixy.
Aku sempat termenung sesaat. Kukira Pixy akan memarahi ku, tapi ini tidak. Tak mau memikirkan lebih lanjut, aku hanya setuju, menggandeng tangan Pixy.
Di dalam perjalanan pulang, Pixy tidak seperti biasa. Mengobrol dengan hangat pada ku, memberikan lelucon yang kadang tak lucu.
Tapi ini, sangat menyeramkan. Jadi ku putuskan buat diam saja.
Aku dan Pixy sampai ke paviliun ku. Tadi nya aku mau langsung minta siapkan air hangat, rencana nya sih aku ingin berendam. Tapi Pixy meminta ku untuk duduk di depan nya, sementara ia mengoceh, lebih ke arah menasehati.
Jadi, yaa begitu lah cerita singkat nya.
Masih terus menasehati ku tanpa kata lelah, Pixy memegang kedua tangan ku.
Pixy menatap ku dengan mata berkaca kaca. "Tuan putri, jika anda terluka, saya akan benar benar merasa bersalah pada mendiang permaisuri, karna saya lalai dalam menjaga anda."
Aku memandang wajah Pixy. Sejauh ini, setelah aku memasuki tubuh Alunna, hanya Pixy lah yang paling ku percaya. Dia adalah orang yang paling tulus pada ku. Dan ia juga yang telah merawat Alunna dari bayi sampai berusia enam tahun.
Pixy semakin erat menggenggam tangan ku. "Saya mohon...berhati hati lah."
Aku hanya mengangguk. Dan memeluk tubuh Pixy. Rasa nya sangat hangat dan nyaman. Dan entah kenapa, hati ku merasakan perasaan yang sangat hangat untuk Pixy, padalah aku baru mengenal nya selama satu bulan. Apa kah ini perasaan milik Alunna?
KAMU SEDANG MEMBACA
Alunna: The Princess
Fantasy(ON GOING) (REVISI) Maaf ya teman-teman kalau penulisannya masih berantakan. My first story hihi ^^ --o0o-- "kau mau ini??" "tapi ada syarat nya.." "untuk hari ini dan seterus nya panggil aku Ayah." "bagaimana??" --o0o-- "Adik kecil.. panggil aku ka...