Seperti kegiatan rutin nya sejak dua Minggu yang lalu. Alan akan berkunjung ke paviliun Lily, atau paviliun milik Alunna, dengan membawa banyak permen coklat kesukaan adik nya.
Dengan senyum tipis yang menghiasi wajah tampan nya. Alan menatap adik nya yang tengah sarapan.
"Kakak!" Seru Alunna dengan mulut yang terisi penuh.
Alan menghampiri Alunna, dan duduk di sebelah nya. Ia mengusap pinggir mulut Alunna, yang terkena saus.
"Jangan banyak bicara saat makan."
Alunna mengunyah habis makanan yang ada dalam mulut nya. "Kakak! Kau kemarin berjanji untuk menemani ku belajar loh." Ujar Alunna dengan menekuk bibir nya.
Alan menghela nafas panjang. Telinga nya memerah, menahan rasa gemas nya pada adik nya. Yang ia rasa semakin hari, adik nya malah semakin imut dan manis.
Alunna dan Alan kini berada di gazebo tempat mereka biasa menghabiskan waktu.
Alunna kini sedang duduk dengan buku besar dan berbagai pensil warna nya. "Kakak! Lihat, aku menggambar diri mu." Alunna menunjukkan hasil gambaran nya.
Alan memberikan Alunna sebuah tepukan di kepala nya, sebagai bentuk apresiasi. "Bolehkah aku meminta gambar diri ku ini?" Tanya Alan.
Alunna tersenyum senang. Akhirnya ada yang menghargai gambaran nya yang sangat amat indah dan bagus ini. Bisa bisa nya dulu Pixy mengira gambaran diri nya yang Alunna buat adalah sebuah monster mengerikan. Padahal ia sudah bersusah payah untuk menggambar Pixy, tapi Pixy malah mengira gambaran nya adalah monster. Dan akhirnya, Alunna marah pada Pixy selama tiga hari, dan Pixy berhasil membujuk diri nya dengan cara memberikan nya permen.
"Boleh! Akhir nya ada yang menyadari karya indah ku." Ucap Alunna dengan dramatis. Ia merobek dengan perlahan kertas yang berisi gambaran wajah Alan. Lalu memberikan nya pada Alan.
Alan menatap gambaran yang kata Alunna adalah diri nya. "Sangat indah." Gumam nya.
"Alan!"
Alan tersentak saat ada seseorang yang meneriaki nama nya. Ia berbalik, dan melihat.
Kakak nya...
"Alan... ternyata kau ada di sini, hm?" Ucap remaja lelaki yang barusan meneriaki Alan.
Alan menatap sinis remaja lelaki itu. "Apa urusan mu, sehingga datang kemari?" Tanya Alan dengan sinis.
Remaja lelaki itu menatap balik Alan tak kalah sinis. Kemudian ia menatap Alunna dengan tatapan remeh."Seperti nya, akhir akhir ini kau jarang terlihat di istana utama. Jadi kau di sini dengan anak pelayan." Ucap nya dengan nada remeh.
Alunna yang mendengar perkataan dari bocah itu merasa tak terima. Apa apaan dia mengatakan bahwa diri nya anak pelayan. Apa dia tidak tahu, kalau diri nya adalah putri bungsu sekaligus adik dari pangeran?!
Alan yang terpancing emosi mendengar olokan untuk adik nya barusan, menghampiri remaja laki laki itu. Alan menarik kerah baju remaja laki laki itu.
"Bisa bisa nya kau merendah kan adik ku!" Ucap Alan dengan tatapan tajam nya.
Sementara anak lelaki itu, menatap balik Alan dengan santai. Seolah tak terjadi apa pun. Kemudian ia balik menatap anak kecil yang sedari tadi duduk diam di gazebo.
Tiba tiba, ia terbelalak. "Siapa itu?" Ucap nya lirih.
Alan melepaskan tarikan dari kerah baju remaja lelaki itu. Kemudian beranjak, untuk menggendong Alunna. "Jangan berani berani nya kau menatap adik ku." Ucap Alan dengan tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alunna: The Princess
Fantasy(ON GOING) (REVISI) Maaf ya teman-teman kalau penulisannya masih berantakan. My first story hihi ^^ --o0o-- "kau mau ini??" "tapi ada syarat nya.." "untuk hari ini dan seterus nya panggil aku Ayah." "bagaimana??" --o0o-- "Adik kecil.. panggil aku ka...