07

18.9K 2.2K 4
                                    

Aiden POV.

Aku menatap tak percaya ke arah anak kecil yang sedang tertidur tak tentu arah di depan ku. Apa benar, ia adalah adik ku? Sangat tidak elegan. Setidaknya, jika ia lemah, ia harus elegan. Dia memang tidak pantas menyandang nama Alexander.

Aku mengeluarkan benda yang ku simpan di balik jubah ku.  Lalu ku arah kan ke arah anak itu.

"Anak seperti mu, memang harus mati..."

Aku mengusap benda lancip itu, dan bersiap menancapkan nya.

Tapi, mengapa aku merasa tidak tega. Bayang bayang ibu muncul seketika kenangan masa lalu, di mana ibu memberi tahu kabar bahwa ia sedang mengandung adik perempuan. Saat itu aku sangat gembira, saat mengetahui akan mempunyai adik perempuan. Saat ibu mengandung adik perempuan, aku selalu menjaga ibu, agar ibu tetap sehat. Lalu mulai membayangkan, secantik apa adik ku? Akan kah secantik dan sesempurna ibu? Apa dia mempunyai senyum yang manis? Lalu apa dia akan menyayangi ku sebagai kakak?

Tapi, menjelang persalinan, kondisi ibu melemah. Ibu melakukan persalinan dalam kondisi sakit, dan..mimpi buruk yang selalu terbayang di mimpi ku terjadi. Ibu, meninggalkan aku...

Saat mengetahui ibu sudah tidak bernafas, aku sangat sedih. Aku menghancurkan barang yang ada di sekitar ku. Di saat seperti itu, tidak ada yang mencoba menghibur ku. Semua nya, larut dalam kesedihan, begitu pun ayah, yang sangat sangat terpukul atas kepergian ibu.

Hidup ku yang sebelumnya sangat bahagia, tiba tiba menjadi suram. Tidak ada yang memberi ku pelukan yang hangat, tidak ada yang selalu memberi ku pujian saat aku berhasil meraih sesuatu. Semua nya hilang.

Setelah ibu wafat, ayah berubah total. Sebelumnya, walau ayah adalah orang yang dingin, ia selalu memberikan aku dan Alan perhatian dan kasih sayang. Tapi, ayah berubah. Ia semakin dingin, jika ia tidak pergi ke Medan perang, ia akan menghabiskan hari nya di ruangan kerja. Tidak ada lagi sarapan bersama. Tidak ada menghabiskan waktu bersama. Semua kenangan indah itu pergi bersama ibu.

Rasa depresi ku, membuat ku membenci anak itu. Pembunuh ibu, itu lah sebutan yang ku berikan pada nya. Jika ia tidak lahir, mungkin ibu masih ada di sini, menemani ku. Tapi, karena dia, ibu ku pergi.

Aku kembali menatap belati yang ku bawa untuk anak itu, kemudian beralih menatap anak itu. "Wajah nya mirip ibu..."

Aku terus memandangi wajahnya yang tidur dengan sangat pulas.

Pikiran ku berkelana. Aku baru mengingat, dulu aku pernah berjanji pada ibu, akan menjaga adik perempuan ku. Tapi...

Apa yang ku lakukan? Aku...hampir saja membunuh nya.

Bolehkah aku membelai rambut hitam anak itu?

Saat tangan ku terulur untuk membelai nya. Aku merasa kan, ada seseorang yang akan datang kesini.

Karna tak ingin tertangkap basah, jika aku datang ke sini, dan lebih parah nya dengan membawa belati, akan lebih baik aku pergi.

Sebelum aku pergi, ku sempatkan melihat sekali lagi wajah nya. "ibu...maafkan aku." Ucap ku pelan.

AIDEN POV END:
NORMAL POV:

"Engh..."

"Adik kau sudah bangun."

Alunna tersentak, baru saja ia bangun, sudah di kejutkan dengan suara kakak nya.

"Eh...Kakak." ucap nya sembari mengusap dada nya pelan.

"Bagaimana tidur mu, apa nyenyak?" Tanya Alan. Seperti nya, Alan masih khawatir, jika Adik nya masih memikirkan kejadian tadi.

Alunna: The Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang