NORMAL POV:
Pagi pagi sekali, bahkan langit masih lumayan gelap. Tetapi, hal itu tidak menyurut kan semangat Alan untuk berkunjung ke paviliun Alunna.
Alan menatap pintu kamar Alunna yang tertutup rapat. Ia ragu, apakah ia harus mengetuk dan membangunkan adik nya? Atau menunggu adik nya bangun?
Tapi, seperti nya ia akan mengetuk pintu kamar Alunna lalu membangun kan nya.
Tok! Tok! Tok!
Seperti dugaan, sang pemilik kamar belum bangun. Jadi, tanpa izin Alan masuk ke kamar adik nya.
Oke, dia tahu ini tidak sopan. Tapi, mau bagaimana lagi. Ia sudah terlanjur kangen dengan adik manis nan imut nya.
Alan berjalan menghampiri Alunna yang masih asik dengan alam mimpi nya. Sesekali ia akan berguling guling di kasur.
Alan menutup wajah nya. "Sial. Manis sekali." Gumam Alan, sambil terus memperhatikan tingkah Alunna saat tidur.
Jika kita orang normal, mungkin akan kaget melihat tingkah Alunna saat tidur. Bukan nya kepala yang di taruh di bantal, tetapi saat ini kaki Alunna lah yang sedang menggunakan bantal. Tidur dengan mulut terbuka dan kadang mengoceh sendiri.
Entah apa yang salah dengan pangeran muda satu ini, hingga menganggap Alunna dan tidur nya itu 'manis'
Karna tak ingin mengganggu Alunna. Alan lebih memilih untuk duduk di kursi yang barusan ia letakkan di sebelah ranjang Alunna, dan akan terus memperhatikan adik nya saat tidur.
"Coklat ku! Itu coklat ku!" Alan tersentak kaget, saat ia mendengar adik nya berseru kencang tetapi dengan mata tertutup.
Lalu Alan mengusap lembut rambut acak acakan Alunna. Dan kembali memperhatikan Alunna tidur.
"Hoamm..."
Alunna mengacak-acak rambut hitam nya, lalu mengucek mata nya agar tidak buram lagi.
Saat pandangan mata nya kembali jernih. Alunna menatap kamar nya, dan ada seorang anak laki laki di kamar nya. Tunggu! Ada anak laki laki? Laki laki?! Bagaimana bisa masuk?
Alunna memperhatikan anak laki laki yang sedari tadi diam saja, sambil terus menatap diri nya.
Alunna bernafas lega. Ternyata anak laki laki itu adalah Alan, kakak nya. Hampir saja ia mati muda lagi, karna serangan jantung.
Alunna mengusap dada nya, yang masih berdegup kencang, karna di buat kaget pagi pagi.
"Kakak kenapa pagi pagi datang ke sini?" Tanya Alunna perihal kakak nya yang sudah ada di kamar nya pagi sekali.
Alan nampak memikirkan jawaban nya. "Aku...rindu pada mu." Balas nya singkat.
Alunna tertawa kaku. "Sangat tidak masuk akal." Batin nya.
"Tapi kenapa datang nya pagi sekali? Kan bisa sehabis sarapan, baru kakak datang ke sini." Ujar Alunna.
Alan termenung. Apa yang adik nya bilang barusan itu benar. Ia bisa datang nanti, tapi ia tanpa sadar datang pagi pagi buta. Entah lah, ia hanya melakukan apa yang menurut nya benar.
"Apa tidak boleh?" Ucap Alan.
Alunna menggeleng. "T, tentu boleh." Balas Alunna tidak enak.
Alan menatap lekat Alunna. "Aku pikir, kita bisa menghabiskan waktu bersama di taman. Apa kau mau?" Ajak nya.
Alunna tampak menimang-nimang ajakan Alan. Sebenarnya hari ini jadwal nya dia bertapa di kamar, rebahan di kasur empuk sembari makan cookies.
Tapi untuk memperbaiki hubungan ia dan Alan, Alunna rela melewati jadwal nya kali ini.
Alunna mengangguk semangat. "Mau!"
seperti rencana mereka berdua tadi. Alunna dan Alan akan menghabiskan waktu berdua.
Alunna tampak sangat sangat bahagia bersama Alan. Selain karna ia adalah kakak nya, Alan juga barusan memberi nya dua kotak permen coklat! Nikmat mana lagi yang kau dustakan!
Alunna semakin menyukai kakak kedua nya ini.
Permen yang di berikan oleh Alan ternyata sangat enak. Alunna tak henti henti nya berdecak kagum, setiap kali ia menggigit permen nya.
Sementara Alan tak henti henti memperhatikan Alunna yang tengah asik memakan coklat nya. Menurut Alan, itu sangat imut. Dengan pipi merah yang kembung karna memakan permen, sangat sangat imut.
Suasana hening seketika, tidak ada satu pun dari mereka berdua yang ingin membuka pembicaraan. Alunna yang belum terlalu akrab dengan kakak nya, dan tidak memiliki topik pembicaraan, sementara Alan yang memang pendiam, dan lebih memilih memperhatikan adik nya saja.
Alunna tiba tiba beranjak dari gazebo, dan berlari menuju bunga bunga indah yang di tanam di taman.
Alan yang melihat nya hanya mengamati apa yang Alunna lakukan.
Alunna memetik beberapa tangkai bunga yang berwarna-warni, lalu ia melepas pita yang Pixy gunakan untuk menghias rambut nya. Dengan telaten, Alunna mengikat kumpulan bunga yang barusan ia petik.
"Bunga ini akan ku berikan pada nya, sebagai tanda terima kasih ku. Aku tahu, ia pasti akan tersentuh dengan bunga ini, dan akan memberi ku lebih banyak coklat nanti." Batin Alunna, dengan pikiran licik nya.
Setelah mengikat bunga itu dengan pita. Alunna berlari kecil menghampiri Alan yang masih setia duduk di gazebo.
Dengan pipi tembam nya yang memerah, Alunna tersenyum manis lalu memberikan ikatan bunga untuk Alan. "Kakak, tolong terima ini."
Alan menatap Alunna dan bunga itu secara bergantian. "Untuk ku?"
Alunna mengangguk. "Sebagai tanda terimakasih ku, karna kakak memberikan ku banyak coklat." Ujar nya.
Alan membuang muka, dengan telinga yang memerah. Ia dengan ragu menerima bunga pemberian Alunna. "T,terima kasih." Ujar Alan malu malu.
Alunna tersenyum lebar. "Aku kira kakak tidak akan menerima bunga dari ku." Ucap nya.
Alan menatap Alunna dengan heran. "Kenapa kau berpikir aku akan menolak pemberian mu?" Tanya Alan.
Alunna menunduk sedih. "Karna itu adalah bunga yang ku petik di taman ini. Dan aku tidak pandai membuat rangkaian bunga. Jadi ku pikir kakak tidak akan menerima nya, karna bunga nya jelek." Ucap Alunna dengan mata yang berkaca-kaca.
Alan terkejut mendengar penjelasan Alunna. Ia mengelus rambut hitam Alunna dengan lembut. "Apa pun yang kau berikan, akan selalu menjadi barang yang paling indah di seluruh dunia." Ucap Alan mencoba menghibur Alunna.
Alunna menatap Alan dengan sungguh-sungguh. "Benarkah?!"
Alan mengangguk dengan sangat yakin. "Tentu."
Alan berjongkok di depan Alunna. Ia menawarkan Alunna untuk ia gendong. "Mau ku gendong?" Tawar nya.
Alunna mengangguk dengan semangat. "Mau! Mau! Mau!" Alunna naik ke pundak Alan.
Dengan senyum yang menghiasi wajah tampan Alan, Alan berjalan memasuki paviliun.
Alan menurunkan tubuh Alunna di atas ranjang milik Alunna.
Dengan telaten, Alunna melepas sepatu yang Alunna kenakan. "Tidur lah. Ini waktu mu untuk tidur siang kan." Titah Alan.
Alunna menuruti perkataan Alan. Lagipula, dengan perut yang kenyang dan hati yang senang, akan sangat mudah bagi nya untuk segera tidur.
Alunna merebah kan diri nya ke kaur nya yang sangat nyaman. "Selamat tidur." Gumam Alunna pada diri nya sendiri.
Alan mengusap kepala Alunna dengan lembut. "Selamat tidur."

KAMU SEDANG MEMBACA
Alunna: The Princess
Fantasy(ON GOING) (REVISI) Maaf ya teman-teman kalau penulisannya masih berantakan. My first story hihi ^^ --o0o-- "kau mau ini??" "tapi ada syarat nya.." "untuk hari ini dan seterus nya panggil aku Ayah." "bagaimana??" --o0o-- "Adik kecil.. panggil aku ka...