7. Kepergian Kekasih
Belakangan ini, si bungsu selalu merasa dipojokkan. Apalagi semenjak kejadiannya kemarin; kabur dari rumah dan menginap di rumah Diva. Sikap bapak kemarin, sebenarnya sikap khawatir pada anak perempuannya. Ia tidak mau sang bungsu akan mengemis pada orang di luar sana sedangkan sang bapak terlihat bersenang-senang dengan kekayaan yang ada. Bapak benar-benar tidak mau anak-anaknya hilang dari kendalinya, ia akan terus memantau anak-anaknya sampai akhir hayatnya.Hari berganti hari, bahkan tahun berganti tahun, sang bapak mulai bersikap sejajar kepada kedua putrinya, Lasmi dan Arni tanpa membedakan harus lebih menyayangi pada yang bungsu. Arni sebagai anak bungsu sudah menginjak bangku kelas 1 MTs, mulai beranjak remaja dan masih labil dalam menyikapi segala masalah, terutama soal dia dan kakaknya sendiri. Arni lebih suka menyendiri di kamar ditemani handphone nya dari pada menghabiskan waktunya di luar kamar, seperti memasak, bersih-bersih dan lainnya. Bapak sudah berulang kali menasehati, bahwa perempuan berbeda dengan laki-laki. Perempuan lebih pada mengurus diri, rumah sebagaimana tabiat wanita pada umumnya. Berbeda dengan si kakak. Ia lebih suka membantu meringankan pekerjaan rumah yang dilakukan Ridho daripada berdiam diri di kamar. Memasak sayur bayam bening kesukaan bapak dan menggoreng ikan. Lasmi yang pengertian begitu lekat dalam hal pekerjaan rumah, sifat dan sikap keibuannya membuat bapak diam-diam selalu bertanya tentang kesukaannya. Akan tetapi, Lasmi tidak banyak meminta; ia lebih suka hidup dan bersikap apa adanya saja. Bapak sangat bersyukur memiliki Lasmi yang sangat keibuan ini. Kelas 3 SMA menjadikan Lasmi berpikir soal cita-citanya, masa depannya. Ia bercita-cita kuliah jurusan akuntasi saja, ia sangat ingin kerja di BANK kalau pun tidak, ia ingin berbisnis saja.
Usia mereka semakin bertambah, semakin dewasa, bapak pun semakin tua; ditambah sering sakit-sakitan, biasalah penyakit tua.
Sore itu di depan teras rumah, bapak dengan sarung sholatnya membaca koran ditemani secangkir kopi hangat yang dibuatkan Ridho. Wajahnya mulai keriput, uban mulai menghiasi kepalanya. Umur bapak genap 50 tahun di bulan juni lalu. Saat menikmati suasana di sore itu ditemani langganan koran kupangnya, bapak tiba-tiba batuk keras.
Uhuk… uhuk… uhuk…
Sambil membuang lendir yang keluar lewat mulutnya akibat batuk lalu kembali duduk. Ketika baru memulai membuka dan membaca koran, bapak batuk lagi membuat Lasmi sedikit terkejut dan segera mengambil air putih hangat untuk bapak. Sedikit gesit, Lasmi berjalan cepat dengan secangkir air hangat di tangannya menghampiri sang bapak.
"Bapak, ini minum dulu!" Ucap Lasmi menyegerakan untuk meminum secangkir air hangat tersebut pada bapak.
"Ini bapak!" Ucap Ridho memberi secangkir air hangat juga dengan sedikit terengah. Ketika melihat, ternyata Lasmi sudah memberi secangkir air hangat pada bapak. Ridhk pun sedikit mengangguk dan tersenyum sambil berdiri agak bungkuk.
"Iya, sudah kak Ridho!" Ucap Lasmi melihat ke arah Ridho dengan senyuman.
"Saya kira belum bapak" Ucap Ridho tersenyum melihat bapak lalu Lasmi dan membalik badan ingin kembali ke dapur.
"Eh Dho, sini dulu!" Ucap bapak memanggil Ridho untuk duduk bersama bapak juga Lasmi.
"Iya pak!" Ridho sambil mengambil posisi duduk bersama bapak pada beberapa kursi bambu di teras rumah.
"Bapak berhenti sudah kopinya, juga rokok. Itu batuk-batuk terus!" Sambung Lasmi lembut memandangi sang bapak dengan nanap.
"Hmmm. Iya, kalau kopi kan tidak apa-apa Lasmi," Bapak.
"Sama saja pak. Kopi mengandung banyak cafein." Sambung Lasmi cerdas.
"Iya-iya. Kali ini saja!" Bapak.
Ridho hanya tersenyum tanpa banyak komentar. Sikap Ridho yang jujur, tak banyak komentar dan selalu jujur membuat ia sangat dipercaya.
"Oh iya. Kan sebentar lagi kamu ujian nasional, kira-kira mau lanjut sekolah di mana? Jadi kuliah akuntannya di Malang?" Tanya bapak pada Lasmi.
![](https://img.wattpad.com/cover/262036174-288-k697317.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang, Kembali pada Pangkuan
Teen FictionKebahagiaan tidak selamanya jadi pemenang. Jatuh bangun dalam usia belia sudah menjadi keharusan, sebab kehilangan sang pengendali; ayah dan ibu. Roda terus berputar; kadang titik roda ada di atas, kadang juga di bawa. Arni dan Lasmi adalah perempua...