54.
Davindra melirik Dearni. Cewek itu terlihat asik mengigit coki-coki sambil melamun. Entah pada yang sedang ia lamunkan. Davindra menarik kursi mendekat pada Dearni mencubit gemas pipi kanannya, lalu tersenyum simpul tanpa rasa bersalah.
"Aaaaa ... Apa sih? Sakit tau!" protes Dearni sambil memanyunkan bibir dan mendenkus sebal.
"Ngelamunin apa sih?!" tanya Davindra.
"Gak ngelamunin apa-apa. Cuma enak aja ngelamun hehe."
Davindra terkekeh geli mendengar jawaban dari Dearni. Ia mengusap pelan pucuk kepala Dearni. Hujan di luar tampaknya sudah berhenti. Perlahan Davindra mengusap kaca kafe yang terlihat berembun untuk memastikan apa benar hujan sudah berhenti.
"Dear, udah berhenti nih hujannya. Mau pulang sekarang?" tanya Davindra.
Dearni yang masih terlihat asik menghabiskan coki-cokinya melirik menatap Davindra. "Yuk, boleh!"
Davindra dan Dearni pun bangkit dari kursi kafe menuju motor. Sebelum Dearni duduk di atas motor Davindra malah duduk dijok belakang. Mengelap jok motor dengan bokongnya.
"Lah kok? Jangan kak, nanti celana kamu basah," pungkas Dearni yang merasa tak enak hati.
Bukan berhenti Davindra malah turun dari motor melihat jok motornya apakah masih basah karena air hujan atau tidak. Karena merasa jok motornya masih sedikit basah, Davindra pun mengelapnya dengan jaket yang ia kenakan. Setelah dirasa cukup Davindra pun menghadap ke arah Dearni. Cewek itu terfokus sambil mengigit bibir bawahnya. Terlihat sangat mengemaskan!
"Kenapa?" tanya Davindra.
"Ha?" tutur Dearni.
Davindra terkekeh lagi-lagi ia dibuat gemas dengan sikap Dearni. Ia pun mengacak pelan rambut Dearni, lalu memasang kan helm di kepala Dearni.
"Yuk!" ajak Davindra yang sudah duduk di atas motor dan siap melajukan motornya. Dearni mengangguk lantas duduk di belakang Davindra.
Dalam perjalanan menuju pulang ke rumah diam-diam Davindra melihat Dearni dari balik kaca spion yang sengaja ia arahkan ke wajah Dearni. Sengaja supaya ia bisa menatap wajah cantik nan manis serta mengemaskan itu. Biarkan, dikata bucin toh memang begini adanya sikap Davindra.
Tin ... Tin ... Tin ...
Suara klakson mobil yang cukup memekak gendang telinga terdengar nyaring. Mobil itu berada di belakang motor Davindra. Baru saja Davindra ingin memarahi orang yang membunyikan klason mobil itu. Seseorang dari dalam mobil itu menurunkan kaca mobil.
"Oi ... Oi ... Mau ke mana?!" sapa Mahera yang ternyata sosok dari balik kekesalan Davindra.
"Oi bro! Mau pulang nih! Lo mau ke mana?" tanya Davindra dengan wajah semringah-nya.
"Sama nih. Berduaan terus nih ya kalian," ledek Mahera.
"Hehe ... Iya nih," jawab Davindra kaku.
"Tetep sama-sama dan langgeng ya kalian!" cetus Mahera mengulumkan senyum. "Ya udah kalo gitu gua duluan ya!"
"Oke. Hati-hati, Bro!" ucap Davindra.
Setelah Mahera pergi Dearni pun memasukkan ponselnya ke dalam tas dan mendongakkan kepala. Ia sengaja menyibukkan diri agak tidak melihat wajah. Mahera. Tiga bulan hampir berlalu, namun kenangan pahit mengenai Mahera yang tiba-tiba pergi.
Mahera memperhatikan Dearni lamat-lamat dari balik kaca spion mobil yang melaju perlahan meskipun terhalang oleh tubuh Davindra. Salah satu dari permasalahan yang harus Mahera selesai kan juga selain permasalahan Arhan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Luka [END]
Teen FictionFaras Mahera Putra adalah seorang pentolan di SMA Valletta Nusantara. Dia ingin sekali menghancur hidup seorang gadis bernama Dearni. Karena dia atau lebih tepatnya orang tua dari Dearni telah membuatnya terusir dari rumahnya sendiri dan membuatnya...