Jangan lupa vote terlebih dahulu ya! Dan jangan lupa komen juga Terima kasih :)
🎀🎀🎀
Di depan pintu kelas beberapa siswa yang tidak bisa melihat kejadian romantis antara Mahera dan Dearni langsung memasuki kelas. Mereka berkerumun di depan Dearni sementara sebagain lain masih berdiri manatap pesona Mahera.
Seketika meja Dearni ramai oleh mereka yang kepo akan kejadian barusan. Dalam benak mereka pasti bertanya. 'Kok bisa sih? Pengen banget deh kayak lo! Beruntung banget sih!'
Tetapi rasa penasaran mereka harus sirna begitu saja saat Bu Mita sudah memasuki ruang kelas. Mereka langsung berhamburan menuju tempat duduknya masing-masing. Dearni pun bergegas mengeluarkan buku pelajaran Bahasa Indonesia dari dalam tasnya.
Seusai Bu Mita mengecek daftar hadir ia, kemudian melanjutkan pelajaran mengenai paragraf induktif dan deduktif yang belum terselesaikan karena terhalang bel pulang sekolah minggu lalu. Pikiran Dearni tidak dapat fokus. Ia masih terbayang-bayang oleh sikap romantis Mahera.
'Duh, manusia itu. Kenapa susah sekali ditebak?'
"Cie, melamun aja!" sindir Gianita. Dearni pun refleks menolehkan kepalanya menatap Gianita.
"Ih, apaan si lo." Gianita tersenyum, ia menyengol bahu Dearni.
"Eh, liat ke arah jendela!" ucap Gianita tepat di telinga Dearni.
Pandangan mata Dearni langsung teralihkan ke arah yang Gianita maksud. Tepat di luar kelas terdapat tiga orang cowok yang kepalanya terlihat dari dalam kelas. Salah satu cowok tersebut meminta Dearni ke luar kelas.
Saat itu juga Dearni keluar dari ruang kelas. Dan mengatakan pada Bu Mita kalau dirinya ingin ke toilet. Beruntungnya Bu Mita tidak curiga. Dearni berjalan menuju tangga sekolah, Mahera mengikuti dari belakang.
"Kenapa?" tanya Dearni.
"Pulang bareng ya nanti." Dearni terbelalak mendengar ucapan Mahera. Ia rela ke luar kelas hanya untuk mendengar kalimat 'pulang bareng ya nanti.'
"Lo cuma mau bilang ini doang, Kak?"
Mahera mengangguk. Dearni menepuk keningnya. Mahera benar-benar seperti orang bodoh. Ia hanya bisa tertawa garing, sambil mengaruk tengkuk yang tidak gatal.
"Kan bisa chat Whatsapp, Kak."
"Ga kepikiran," jawab Mahera. "Oh iya. Ini buat lo. Tadi gua lupa ngasih." Mahera memberikan sebuah cokelat.
"Buat gua, kak?"
"Bukan buat tembok," ucap Mahera sebal. Mengapa disaat seperti ini cewek ini terlihat lemot. Jadi tidak romantis saja!
Dearni pun menerima cokelat dari Mahera. Pikiran Dearni langsung melayang-layang. Degup jantungnya mulai tidak seirama.
"Ya udah gih sana masuk. Nanti Bu Mita curiga lagi." Dearni mengangguk mengerti.
"Lo juga Kak. Bisa-bisanya lagi pelajaran Bu Maryam keluar kelas."
***
Dearni masih terduduk manis pada bangku kelas. Padahal bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu dan seluruh siswa di kelasnya sudah membubarkan diri. Ia menunggu Mahera yang tidak kunjung datang. Sebab, sudah menjadi kebiasaan Bu Maryam jika mengajar di sebuah kelas. Kelas tersebut yang pulang paling akhir.Selepas mata pelajaran Bu Maryam selesai. Mahera mengenakan jaket hoodie merahnya. Melangkah menuju kelas Dearni. Ia menghampiri Dearni. Mendekat dan duduk di atas meja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Luka [END]
Teen FictionFaras Mahera Putra adalah seorang pentolan di SMA Valletta Nusantara. Dia ingin sekali menghancur hidup seorang gadis bernama Dearni. Karena dia atau lebih tepatnya orang tua dari Dearni telah membuatnya terusir dari rumahnya sendiri dan membuatnya...