The Alpana mengendarai motor dengan cepat. Membelah jalanan ibu kota yang saat itu sangat lapang. Sebab, jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Satu per satu teman-teman Mahera datang, usai Renu mengabarkan jika Mahera kecelakaan. Mereka pun langsung ambil bagian duduk pada kursi-kursi yang berada di depan IGD. Ekspresi kesedihan terasa di sana.
"Gimana keadaan Mahera?" tanya Davindra yang paling akhir datang. Seluruh anggota The Alpana mengangkat wajah melihat Davindra.
"Masih di dalam IGD, belum ada kabar," jawab Renu.
Davindra pun tidak bertanya kembali. Ia menyandarkan tubuh pada dinding rumah sakit. Tidak lama berselang datang Nadira — adik Mahera dengan seorang lelaki paruh baya yang mereka sendiri tidak tahu siapa. The Alpana menatap asing sekaligus bingung pada sosok lelaki itu.
Langkah kaki Nadira berhenti tepat di depan anggota The Alpana. Nadira menatap satu persatu teman-teman kakaknya itu. Mencari keberadaan Renu. Ketika matanya sudah menemukan sosok yang dicari, Nadira perlahan berjalan menghampiri Renu.
"Kak Renu," ucap Nadira dengan nada bergetar.
Renu menatap iba pada Nadira. Jantungnya terasa bergetar ketika harus melihat raut wajah kesedihan pada gadis cilik yang kini hanya mempunyai satu orang yang paling berharga dihidupnya.
"Kakak kamu masih di dalam," jawab Renu. Ia mengusap lembut rambut Nadira dan mempersilakan Nadira untuk duduk.
Afat menatap Nadira sekilas dan lelaki yang tidak pernah Afat lihat. Afat terdiam sesaat, kemudian ia bangkit dari duduknya.
"Silakan Om, duduk," tutur Afat. Lelaki itu, tersenyum ramah pada Afat.
Pintu ruang IGD terbuka. Semua yang menunggu kepastian keadaan Mahera langsung berdiri, menghampiri perawat.
"Maaf, mana yang keluarga inti?" Nadira dan Reno pun berjalan menghampiri Perawat.
"Bagaimana Dok, keadaan keponakan saya?" tanya Reno khawatir.
"Pasien saat ini adalah keadaan kritis akibat benturan yang cukup keras di bagian kepala. Karena hal tersebut menyebabkan pasien kekurangan darah dan harus mendapat transfusi darah." Dokter menatap sekilas pada Reno dan Nadira. "Dan mohon maaf. Udah stok darah AB resus positif di sini sedang kosong.
"Lalu, bagaimana Dok?" tanya Reno bimbang.
"Salah satu dari keluarga harus mendonorkan darah, jika ingin pasien selamat," tukas Dokter. "Kalau begitu saya permisi ya, Pak."
"Iya, Dok. Terima kasih."
"Golongan darah aku bukan AB, Om—" ucap Nadira dengan nada getir.
"Gak apa-apa, Nak. Besok kita cari ya?"
Para perawat membawa Mahera pindah dari ruang IGD menuju ruang ICU. Nadira menangis histeris melihat sang kakak yang dibawa menuju ruang ICU dengan beberapa perban di kepala. Lelaki paruh baya bernama Reno itu, memeluk erat-erat tubuh Nadira. Ia berusaha menenangkan. Nadira menengelamkan tubuh dalam dekapan Reno. Ia merasa sangat nyaman, karena merasa dipeluk oleh Ayah nya.
***
Berita mengenai Mahera kecelakaan sudah menjadi buah bibir di SMA Valletta Nusantara. Dan berita tersebut juga sudah terdengar di telinga Dearni. Untuk sejenak semesta terasa berhenti. Entah mengapa ada perasaan sesak. Mendengar Mahera membuat jantung Dearni berhenti berdetak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Luka [END]
Teen FictionFaras Mahera Putra adalah seorang pentolan di SMA Valletta Nusantara. Dia ingin sekali menghancur hidup seorang gadis bernama Dearni. Karena dia atau lebih tepatnya orang tua dari Dearni telah membuatnya terusir dari rumahnya sendiri dan membuatnya...