pretend

3 1 0
                                    

Malam ini cuacanya cerah banyak bintang bertaburan, bulan purnama yang terang benderang. Tapi yang diinginkan Lyca itu langit yang gelap tidak ada bintang, bulan yang tertutup awan, dan angin yang kencang serta hujan yang deras.

Karena hari ini teman papa mengadakan pesta. Lyca malas sekali untuk berangkat, tapi apalah daya papa dan mamanya pasti akan memaksa apalagi katanya calon menantunya akan datang juga. Sudah Lyca muak membahasnya.

Lyca turun dari kamar dan sudah melihat orangtuanya berpakaian rapi. Papa yang memakai tuxedo hitam dengan kemeja putih, mama yang memakai dress merah. Dan Lyca yang memakai dress hijau dengan rambut yang dicepol.

Mereka segera berangkat menuju tujuan.
Diperjalanan mereka membicarakan hal yang penting namun tidak penting di otak Lyca.

"Nanti disana kamu jaga image ya, jangan macem-macem" ayah berbicara sambil menoleh kearah belakang.

"Iya" Lyca hanya menjawab sekenanya. Diotak nya hanya ada pikiran "gimana mau ngehindar dari dia ya" Lyca malas kali untuk bertemu dengannya tapi apalah daya pasti mereka bakal bertemu.

~~

Lyca bisa melihat betapa sopan nya orang-orang disini menyapa papa dan mamanya bagai teman lama. Ya sepertinya mereka memang teman lama.

"Eh Luna udah gede aja, iya dong udah gede dah punya calon kan ya" kata perempuan itu, yang kalau tidak salah Mirna namanya. Lyca hanya menanggapinya dengan senyumannya.

"Jadi kapan nikahnya jeng?" Tanya seorang perempuan, yang tidak Lyca kenal.

"Mungkin lulus SMA ini bisa yaa. Haha" mama menjawab sambil tertawa.

Lyca ingin sekali menimpali dengan kata
"Ya kali ma mau ketemu Babang Haechan dulu kali lagian siapa juga yang nerima perjodohan itu" tapi urung karena Lyca tidak mau dijadikan santapan mamanya ketika dirumah.

Setelah itu ramai semua melihat orang yang baru datang, ya itu Bumi Pranata. Keluarga nya terlalu terkenal.

Saat itu Rana dan Lyca kontak mata tapi keduanya berpaling dengan cepat.

Orang tua itu berbicara yang tidak dipahami Lyca. Dipikirannya hanya ingin pulang lalu rebahan.

"DOR"

"ANJ-" sadar akan kata yang akan diucapkan segera dia bungkam. Lantas memukul punggung Hayden, orang yang mengejutkan nya.

"Bisa gak si Lo dateng bawa kedamaian? Tiap ketemu rasanya pengen gue pites otak Lo"

"Anjir serem. Hehe ya maap ga enak kalo ga rame" kata Hayden sambil cengengesan.

"Si goblok apanya yang ga rame? Ini Lo kata ga rame? Kebanyakan main dipasar Lo" Lyca rasanya ingin benar-benar ingin memakan Hayden. Ya kali ramai nya begini dia bilang ga rame? Gendang telinga rusak?

Yang diajak bicara hanya nyengir lalu menggandeng lengan Rana dan Lyca. Hayden membawanya kabur dari orangtuanya!

"Om Tante anaknya aku pinjem bentar yaa." Hayden berseru. Lalu dibalas jempol oleh orang tua yang merasa anaknya dipinjam. Hanya selang beberapa meja saja mereka memisahkan diri

"Mo kemana si anjing" Lyca lelah diseret terus.

"Udah kek bawak karung beras anjir bisa-bisanya nyeret gini" Rana berusaha melepaskan tangan Hayden dari lengannya.

"Kalo ga gini kabur nanti kalian, Dah buru" Hayden membalas tanpa rasa bersalah.

Ternyata Fia juga disana, bersama orangtuanya juga. Lalu ikut bergabung dengan rombongan papa.

ASMARALOKA ||HUANG RENJUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang