BAGIAN 6

1.9K 225 150
                                    

Pernikahannya dengan Rini akan diadakan beberapa jam lagi. Anand termenung di depan kaca besar, menatap pantulan dirinya yang sudah siap dibalut baju pengantin Jawa. Untuk setengah jam lamanya dia meyakinkan dirinya bahwa pernikahan ini keputusan yang tepat.

Sopir masuk ke kamarnya, mengingatkannya agar segera berangkat ke hotel tempatnya akad nanti. Dia mengangguk dan meminta sopir untuk menunggu saja di depan lobi rumah. Tidak ada gunanya ragu-ragu, pikirnya penuh tekad. Memang ini sudah jalanku. Takdirku adalah hidup tanpa cinta. Aku dibesarkan tanpa cinta oleh orangtuaku, dan untuk seterusnya aku hanya hidup untuk mengejar cita-citaku memiliki perusahaan konstruksi terbaik di negeri ini.

Dadanya berjengit saat melihat sosok perempuan yang masuk ke kamarnya.

Bermimpikah aku?

Alina berjalan dengan lenggokan anggun ke arahnya. Dadanya yang ranum terlihat jelas dengan potongan gaun merah pekat yang terbuka di bagian atas.

"Alina..," gumam Anand dengan napas tercekat. Entah karena dia pikir dia bermimpi melihat perempuan itu atau terlalu terpukau melihat kecantikan Alina di hadapannya. "Benarkah itu kamu?"

"Kamu pasti kaget melihatku di sini," kata Alina memberikan tersenyum sinis. "Tak kusangka. Rumah lamaku menjadi rumahmu yang sekarang. Tentu itu tidak mengherankan, mengingat kamu memang pengincar harta."

"Apa maksud kedatanganmu kemari?"

Alina menatapnya tajam. Matanya menelusuri Anand dari atas sampai bawah. "Aku pikir, kamu akan setampan apa saat menikah, tapi rupanya kamu terlihat biasa saja."

"Apakah tujuanmu kemari hanya untuk menghinaku?"

"Tanpa kulakukan kamu sudah hina, kok." Senyum Alina semakin melebar. Dia mengeluarkan tiga testpacks dari tas kecilnya. Diletakkannya di meja dekat Anand berdiri. "Aku ke sini untuk memberitahumu bahwa aku hamil. Kalau kamu tidak percaya ini anakmu, aku setuju kalau kamu mengajukan tes DNA."

Wajah Anand berubah menjadi pucat pasi. Dia menatap Alina tak percaya.

"Kamu pasti senang, akan punya anak dari dua perempuan yang berbeda. Tenang saja, aku tidak meminta pertanggungjawabanmu. Aku akan membesarkan anak ini sendiri, atau dengan bantuan pria lain. Aku rasa tidak masalah, kan? Kamu kan juga bernasib begitu dulu, dan masa depanmu baik-baik saja sejauh ini kulihat."

"Kamu ingin menikah dengan laki-laki lain?" Rahang Anand mengeras. "Kamu pikir, aku akan membiarkanmu membesarkan anak ini dengan laki-laki itu? Jangan harap demikian, Alina. Semua laki-laki yang dekat denganmu akan habis denganku!"

Alina hanya tertawa mendengar ancaman itu. "Aku rasa, kamu yang habis duluan sebab ayah kandungku adalah calon ayah mertuamu. Dia tidak akan membiarkan laki-laki bajingan sepertimu dekat denganku. Cukup anaknya yang lain saja yang jadi korban."

"Kamu... kamu sudah tahu kamu anak kandung Pak Doni?"

Jadi rupanya Anand sudah tahu ayah kandungku, pikir Alina masam.

"Kamu tidak bisa semena-mena lagi padaku, Anand," jawab Alina, tetap bersikap tegas di hadapan Anand. "Aku akan membuatmu menderita."

"Apa maumu sebenarnya?!" bentak Anand murka. "Kamu mau harta Pak Ivan? Kamu mau memperoleh kembali rumahmu ini? Kamu tahu kan, aku ini anak kandung Pak Ivan! Aku yang berhak atas semua harta yang kamu nikmati selama ini. Kalau hanya harta yang kamu inginkan, aku bisa mengusahakan memberimu saham..."

"Aku ingin melihatmu menderita," tandas Alina dingin. "Aku ingin kamu merasakan semua sakit yang kamu torehkan padaku."

**

Beberapa hari sebelumnya.

"Aku nggak bayangin kamu jadi istri aku. Kamu itu perempuan manja. Apa-apa harus diturutin. Kalau ada kemauan yang gak terpenuhi, pasti aku yang kena amukanmu. Betapa malangnya nasibku nanti, selalu dimarahi olehmu."

Bye, Love #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang