09 - lembar kesembilan

2K 274 9
                                    

Mata Sunoo tak mau terpejam. Rasa kantuk belum menyelimuti dirinya. Namun, Sunoo berpura- pura tertidur dan berbaring menghadap tembok. Beberapa detik kemudian, Sunoo memilih untuk bangun dari posisinya. Kini dia terduduk di atas tempat tidur. Kepalanya menoleh pada Heeseung yang tertidur membelakangi di kasur lantai.

Sunoo duduk bersandar pada tembok. Lututnya ditekuk. Dia memperhatikan sang kakak. Sunoo kembali teringat kalimat kakaknya yang mengatakan permintaan maaf karena telah menjadi kakak terburuk di dunia. Jujur, kata-kata itu berhasil menancap di hatinya. Sunoo serasa ingin menangis mendengar kalimat yang sempat terlontar itu.

“Tidak. Hyung bukan bukan kakak terburuk di dunia. Aku, aku yang pantas dijuluki sebagai adik terburuk di dunia,” gumam Sunoo.

Mata Sunoo memanas. Dia merasa sangat bersalah. Selama ini dia tak peduli pada kakaknya, tapi kakaknya itu tetap peduli padanya.

Tak kuasa menahan air matanya lagi, Sunoo membenamkan wajahnya pada lipatan tangan di atas lutut. Dia menangis dalam diam di tengah malam ini.

***

“Kau terlihat begitu semangat, kenapa?” Pertanyaan dari nyonya Jihye membuat Heeseung yang sedang menyapu lantai menoleh.

Heeseung tersenyum. “Apa aku terlihat begitu hari ini, Nyonya?” Heeseung bertanya.

Nyonya Jihye mengangguk. “Apa ada sesuatu yang membuatmu bahagia?”

“Iya, tak lama lagi adikku ulang tahun. Aku harus semangat bekerja, dan …” Heeseung menggantung kalimatnya. Nyonya Jihye yang tak mendengar kelanjutan kalimat Heeseung pun menekuk alis.

“Ada apa?” tanya nyonya Jihye.

“Nyonya, boleh aku …” Heeseung ragu untuk mengatakan keinginannya.

“Kenapa? Kau ingin mendapat gajimu sekarang?” Nyonya Jihye mencoba menerkanya.

Heeseung mengangguk ragu. Rasanya tidak enak karena kembali meminta gajinya diberikan lebih awal. Nyonya Jihye yang melihat itu terkekeh pelan.

“Baiklah-baiklah, aku akan memberikan gajimu sekarang. Karena adikmu akan berulang tahu, aku akan memberikan bonus!”

Heeseung melihat nyonya Jihye dengan terkejut. “Sungguh?” tanyanya tak percaya.

“Tentu saja. Jangan menolak.”

***

JEDUARRRRR

Heeseung dan beberapa orang yang berada di kelas terlonjak kaget karena cahaya kilat yang disusul oleh suara petir. Sekarang ini, tepat pada saat istirahat, hujan turun dengan cukup deras. Sejak tadi pagi langit memang sudah memberikan tanda-tanda.

Heeseung meminum minumannya sembari menoleh ke jendela. Di luar sana terlihat angin besar meniup pepohonan. Ketika sedang termenung, tiba-tiba saja dia teringat pada Sunoo. Heeseung berharap, adiknya itu baik-baik saja.

***

“Guru sedikit tidak menyangka, tapi karena kau jujur, itu benar-benar mengecewakan.”

Sunoo menundukkan kepalanya. Sekarang ini dia berada di ruang guru untuk menemui guru yang waktu itu membagikan lembar jawaban yang telah dinilai.

“Terpaksa, guru akan memberikan nilai lima puluh untukmu.”

“Ya? Lima puluh?” Sunoo terkejut. Dia kira, dia akan mendapat nilai nol karena mengaku mencontek.

“Kenapa? Kau sudah berani mengaku bahwa kau mencontek. Itu sebuah hal yang sangat sulit dilakukan oleh orang lain. Meski guru kecewa, guru bangga padamu, jadi guru memberimu nilai lima puluh. Tapi, jangan pernah mengulanginya lagi. Kau anak pintar, jangan mencontek. Guru yakin kau bisa mengerjakannya dengan bantuan otakmu. Ingat, kau adalah anak beasiswa, jika kembali mendapat nilai buruk, beasiswamu akan dicabut,” jelas guru.

[✓] PRECIOUS HYUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang