Pukul empat pagi, Heeseung sudah terbangun. Setelah melipat kasur lantainya―karena yang tidur di tempat tidur hanya Sunoo―dia langsung bergegas mengumpulkan pakaian kotor untuk
dicuci. Karena mesin cucinya sedang rusak dan belum diperbaiki, jadi Heeseung mencucinya menggunakan tangan. Tak apa, dia sudah terbiasa. Niatnya, hari ini dia akan mencari jasa perbaikan untuk memperbaiki mesin cuci satu-satunya itu.
Kurang lebih setengah jam mengurusi cucian, Heeseung beralih menyapu dan mencuci wadah-wadah kotor. Sunoo masih setia tertidur di atas tempat tidur. Heeseung tersenyum kala melihatnya.Entahlah, rasanya dia senang melihat wajah Sunoo yang tenang. Heeseung ingin melihat Sunoo seperti itu terus. Tidak mau jika Sunoo ikut memikul beban. Hidup mereka mungkin tidak sesenang dulu, namun Heeseung berharap hanya dia yang memikul beban berat hidup mereka. Sunoo, jangan. Biarkan adiknya itu menjalani hari-hari tanpa memikirkan apapun. Tak mau membuat Sunoo terbangun di jam sekarang, membuat Heeseung berhati-hati ketika mencuci piring dan menyapu. Begitu jam menunjukkan pukul lima lebih, Heeseung bergegas mengambil jaket untuk pergi membeli sarapan untuk Sunoo karena dia tahu adiknya itu tak akan memakan masakannya.
Heeseung menuruni beberapa anak tangga. Setelah menginjakkan kakinya di jalan, Heeseung mengembuskan napas. Udaranya lumayan dingin pagi ini. Setelah mengembuskan napas lagi, dia segera berlari untuk pergi ke sebuah toko yang menjual makanan cepat saji. Sengaja dia
berlari, hitung-hitung berolahraga pagi.***
Sunoo terbangun. Hal pertama yang dia lakukan adalah diam diposisinya yang masih berbaring. Kepalanya menoleh ke penjuru ruangan. Di detik berikutnya, Sunoo mendudukkan diri di atas tempat tidur. Satu persatu kakinya diturunkan, lalu setelah itu dia beranjak meninggalkan tempat tidur.
Sunoo membuka pintu. Terlihat baju-baju sudah terjemur rapi seperti biasanya. Sunoo masuk kembali tanpa menutup pintu. Kakinya berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka agar merasa lebih segar. Setelah dari kamar mandi, Sunoo duduk di depan meja kecil. Dilihatnya dosirak berisi nasi dan lauk pauknya. Sunoo tahu, ini disiapkan oleh kakaknya agar dia tak melewatkan sarapan.
Tangan Sunoo bergerak mengambil sticky note yang tertempel di meja.
Jangan lupa sarapan sebelum pergi ke rumah Jungwon.
“Iya.” Sunoo membalas pesan yang tertulis itu. Kemudian, Sunoo segera membuka tutup dosirak untuk segera sarapan.
Hari ini adalah hari minggu, biasanya Sunoo akan datang ke rumah Jungwon. Selain untuk menghabiskan minggu bersama teman-temannya, Sunoo juga datang untuk mengikuti kelas khusus
ayah Jungwon yang seorang guru.Sunoo bersyukur karena diajak bergabung ke kelas itu. Setidaknya dia tak perlu mengikuti les berbayar yang nantinya akan merepotkan kakaknya.
***
Seperti biasa, setiap hari minggu, Heeseung akan menghabiskan waktu seharian di toko bunga milik nyonya Kim Jihye. Selain menjaga toko, dia juga bertugas untuk mengantar pesanan ke tempat terdekat. Seperti sekarang ini, Heeseung sedang bersepeda untuk mengantar bunga. Setelah merasa yakin bahwa dia berhenti di alamat yang tepat, Heeseung menyetandarkan sepedanya sebelum masuk ke dalam gedung apartemen yang cukup bagus. Heeseung tebak, penghuninya pasti dari kalangan atas semua. Setelah menitipkan bunga pesanan ke resepsionis, Heeseung bergegas keluar dari gedung untuk kembali ke toko.
Ketika hendak pergi meninggalkan area gedung apartemen itu, Heeseung melihat seorang anak kecil yang menangis tak jauh dari tempatnya. Melihat tak ada yang peduli pada anak itu, membuat Heeseung berjalan menghampiri sembari menuntun sepeda.
![](https://img.wattpad.com/cover/269392053-288-k127921.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] PRECIOUS HYUNG
Fanfic‹ 𝐏𝐑𝐄𝐂𝐈𝐎𝐔𝐒 𝐇𝐘𝐔𝐍𝐆 › ft Enhypen ❝Maaf karena menjadi kakak terburuk di dunia.❞