01 - lembar pertama

3.3K 377 32
                                    

Heeseung turun dari dalam bus dengan tergesa. Matanya melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan. Sudah hampir pukul tujuh malam, itu berarti dia terlambat bekerja di kafe selama belasan menit. Jika seandainya dia tak tertidur ketika mengajar, dia pasti tak akan terlambat seperti ini. Kalau sampai dipecat, dia akan kehilangan pekerjaannya lagi dan harus mencari pekerjaan lain.

Heeseung berlari cepat. Dia harus cepat sampai sebelum bosnya marah dan berakhir memecatnya. Meski bekerja sebagai tukang bersih-bersih di kafe, Heeseung tetap tak mau jika harus mengakhiri pekerjaannya malam ini. Dia butuh uang, untuk hidup.

Heeseung pergi ke pintu belakang kafe. Begitu membuka pintu, terlihat bosnya sedang memarahi seorang pelayan. Awalnya, pria itu terfokus pada si pelayan, tapi ketika mendengar pintu terbuka, membuatnya menoleh.

"Kau ... bagus sekali." Pria yang punya jabatan tinggi itu beralih menghadap pada Heeseung. Heeseung segera membungkuk meminta maaf.

"Maaf karena terlambat," kata Heeseung merasa sangat bersalah.

Bosnya tersenyum sinis. "Yang satu menumpahkan pesanan hingga membuat pengunjung marah, dan yang satu datang sangat terlambat. Sebenarnya kalian niat untuk bekerja tidak, eo?!"

Heeseung kembali membungkukkan badan. Meminta maaf lagi.

"Kau dipecat!" seru bosnya sambil menunjuk marah pada Heeseung.

"Tidak-tidak, jangan pecat saya. Saya butuh pekerjaan ini." Heeseung menatap bosnya dengan penuh permohonan.

"Aku tidak peduli. Kau dipecat! Silakan pergi dan cari pekerjaan lain!"

"Tapi gaji—"

"Berani sekali meminta gaji. Tidak ada gaji, pergi sana!"

"Tapi saya sudah bekerja hampir tiga minggu."

"Aku tidak peduli. Pergi sekarang atau aku akan menyeretmu keluar?"

Heeseung menatap tak percaya pada bosnya. Tega sekali pria itu karena tak memberikan uang gaji. Ingin kembali memprotes, tapi dia bukan tipe orang yang suka memperbesar masalah. Jadinya, dia memilih untuk mengalah.

Heeseung membungkukkan badan lagi untuk berpamitan. Kemudian, dia berbalik badan, lalu melangkah keluar. Setelah menutup kembali pintu belakang kafe, dia pergi menjauhi tempat tersebut.

"Aish, bodoh! Kenapa harus tertidur? Selain kehilangan pekerjaan, aku juga kehilangan uang." Heeseung memukul kepalanya sendiri karena frustrasi. Sekarang, dia telah kehilangan satu pekerjaannya.

Setelah kehilangan kedua orangtuanya, Heeseung jadi paham satu hal: mendapatkan uang itu sangatlah sulit.

***

Pukul sepuluh malam, setelah shift kerjanya di minimarket berakhir, Heeseung mampir ke tempat penjual tteokbokki. Dia membelinya untuk Sunoo yang memang sangat menyukai makanan tersebut.

"Terima kasih." Heeseung menerima apa yang dia beli dari ibu penjual. Setelah itu, dia segera melanjutkan perjalanan menuju tempat tinggalnya.

"Sunoo pasti akan senang karena aku membawakannya tteokbokki," ujar Heeseung dengan wajah senang.

Ketika sedang melangkah, Heeseung melihat dua orang laki-laki keluar dari dalam toko sepatu. Salah satu dari mereka mengenakan pakaian formal yang terlihat sekali bahwa dia punya jabatan cukup tinggi.

"Terima kasih, Hyung."

"Iya. Beritahu hyung jika ingin sesuatu lagi. Hyung akan membelinya untukmu."

[✓] PRECIOUS HYUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang