Black Swan |05| Feeling

1.9K 391 38
                                    

Lalice menatap jijik kearah makanan yang tersedia di atas meja. Lalice tidak mengerti, mengapa mereka menyebut ini sebagai makanan.

Lalice menatap Jeka, yang memakan sayur-sayuran dan tangan kanan nya yang memegang sebuah wortel.

Beralih pada Agust yang memakan daging yang sudah bersih dari darah, tapi tetap saja itu daging mentah.

Leo? Lalice meringis pelan menatap anak kecil yang berumur seratus tahun itu. Anak itu, memakan daging hewan yang bahkan hewan itu masih bernyawa. Ia melihat bagaimana anak itu meminum darah hewan itu.

Vee? Pria itu tidak makan. Bahkan sedari tadi pria itu sibuk menatapnya.

"Kenapa dia menatapku seperti itu? Apa aku yang akan dia santap?" Ucap Lalice dalam hati.

Vee tersenyum tipis. Ia tahu betul apa yang ada didalam pikiran gadis itu. Ia bangkit dari duduknya dan menghampiri Lalice.

Ia menumpukan tangan nya di atas meja, dan satu lagi di bahu Lalice.

"Kenapa tidak makan?" Tanya Vee dengan suara serak nya.

Lalice bergidik ngeri. Apalagi saat mengingat tatapan tajam Vee saat mereka berada di dekat air terjun.

"A—aku tidak lapar."

"Benarkah?"

Lalice mengangguk pelan. Entah mengapa, ia merasa aura Vee berubah. Sebelum ini ia merasa kehangatan, namun saat ini ia merasa tidak nyaman.

Vee meletakkan sebelah tangan nya dibelakang tengkuk Lalice dan menariknya mendekat padanya. Ia menyingkirkan helai rambut Lalice yang menutupi leher jenjang nya.

"Kau—ingin memakan ku?" Pertanyaan bodoh lolos dari bibir Lalice.

Vee menyeringai kecil. "Tidak."

Ia mendekatkan wajahnya kearah leher Lalice dan—

"Ashh..." Ringis Lalice merasa sakit yang luar biasa dileher nya. Agust, Leo, dan Jeka  tidak menggubris apa yang Vee lakukan. Karena mereka tau, kalau ini bukan saat yang tepat untuk mengganggu.

Vee semakin menancapkan gigi yang yang berbentuk taring di leher Lalice. Meneguk darah Lalice.

Lalice merasa pandangan nya memudar. Ia tidak dapat melihat apapun lagi.

Di tegukan terakhir, Vee melepaskan gigitan nya dileher Lalice dan mengusap sudut bibirnya yang terdapat darah Lalice.

"Manis." Komentarnya.

"Pangeran, maaf jika aku mengatakan hal yang salah, tapi bukankah ini terlalu cepat? Pangeran juga belum memastikan apa dia orangnya atau tidak," ucap Agust.

Vee tersenyum miring. Ia menatap ke arah leher Lalice yang baru saja ia beri tanda. Bahkan simbol kerajaan nya sudah muncul di leher Lalice. Itu menandakan Lalice adalah miliknya.

"Aku yakin dia adalah orang nya."

"Bagaimana Pangeran bisa tau?"

Vee menoleh menatap Agust. "Hanya karena dia yang bisa merasakan kehangatan dalam tubuhku."

🦢🦢🦢

Vee tersenyum menatap Lalice yang masih tertidur di atas kasurnya. Ini terakhir kalinya ia bisa menatap Lalice.

Besok adalah malam bulan purnama, dimana dirinya menjadi angsa hitam seharian penuh. Besok dirinya akan pergi meninggalkan istana untuk satu hari.

Namun ia tidak akan membiarkan Lalice sendiri. Dia sudah mengatakan pada Jeka dan Agust untuk memantau dan menemani Lalice. Leo? Anak itu akan pergi menemaninya.

Perhatian Vee beralih menatap bibir ranum Lalice. Ia mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir itu lama. Tanpa ada pegerakan, hanya sebuah kecupan.

Ia menjauhkan wajahnya dan tersenyum sambil menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik Lalice.

"Lalice, tidak ada jalan pulang untukmu, karena aku sudah menutup semua jalan itu," gumamnya.

"Setelah bulan purnama selesai, kau akan menjadi milikku yang sesungguhnya. Ya, milikku. Kau tidak bisa kembali, karena istana ini adalah rumahmu."

Vee kembali menyatukan bibirnya di atas bibir Lalice. Memberikan sedikit pergerakan.

"Bahkan aku bisa merasakan sesuatu yang aneh didalam tubuhku. Sesuatu yang belum pernah aku rasakan," ucap Vee.

Vee kembali merebahkan tubuhnya, membawa Lalice kedalam pelukan nya yang hangat.

Ia memegang dada Lalice dengan telapak tangan nya, dan sebuah cahaya muncul.

"Kau tidak akan mengingat kejadian di meja makan tadi, karena aku tidak mau kau jadi takut padaku."

Ia mengecup kening Lalice penuh kelembutan dan ikut tertidur. Sebenarnya bukan tidur, ia hanya memejamkan matanya saja. Menikmati sensasi saat memeluk Lalice.

🦢🦢🦢

Lalice mengeluh pelan saat sinar matahari masuk melewati cela jendela. Disamping nya terdapat angsa hitam yang sedang menatapnya.

Ia berjengit kaget. Lalice menghela nafasnya pelan. Ia menatap angsa hitam itu lekat.

"Apa kau Pangeran Vee?" Tanya Lalice.

"Bukan." Itu bukan sautan dari si angsa, melainkan dari Vee. Ia membawa sebuah mangkuk terbuat dari sebuah daun.

Vee mendudukkan dirinya di atas kasur. Lalice yang penasaran mengintip isi dari lipatan daun itu.

"Ini obat. Kaki angsa itu terluka, jadi aku ingin mengobatinya," ucap Vee menjelaskan. Ia membawa angsa itu kedalam pangkuan nya dan mengoleskan obat itu pada kaki angsa yang terluka.

Setelah selesai, Vee beranjak pergi begitu saja. Lalice mengedikkan bahunya acuh. Ia tersenyum dan mengelus kepala angsa itu.

"Sebelum datang kesini, aku belum pernah melihat angsa hitam secara nyata. Aku pikir mereka hanya sebuah legenda, tapi ternyata angsa hitam benar-benar ada. Saat aku kembali ke rumah, aku akan menculik, mu."

"Pasti kau sangat mahal jika aku jual." Lanjut Lalice.

Ia terkekeh pelan. Ia berniat akan membawa barang-barang berharga dari istana ini untuk ia jual. Termasuk Jeka dan Agust.

Kalau Leo, ia akan membawanya pulang ke rumah dan merawatnya dengan baik. Dan Vee, Lalice akan menikah dengan nya.

Lalice menggelengkan kepala nya. "Kenapa kau bisa memikirkan itu? Lalice, ingat dia juga siluman. Kau berniat menikah dengan manusia abnormal? Tidak, abnormal itu terlalu bagus."

🦢🦢🦢

1 chap menuju ending.

DON'T PLAGIARISME!!

2021 Juli 01

Black Swan[END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang