"Ngapain di sini?"
"Sarapan lah."
"Cih, kayak gak punya rumah aja numpang sarapan di sini."
_________
"Siapa yang buat kakak nangis? Nanti biar gue hajar orangnya."
"Kamu gak akan berani."
_________
"Gue gak akan biarin orang gangguin kak Levi, gue...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Eren mengelap keringatnya dengan tangan gemetar, berusaha menghindari tatapan tajam yang Levi layangkan padanya. Mereka sedang berada di bengkel, sepeda Levi rusak karena Eren.
"Kak l-liatinnya jangan gitu. Serem."
"Jangan bicara."
"Oke. Gue diem."
Handphone Levi berdering. Eren nengok ke samping kanannya, tempat Levi duduk dan dihadiahi death glare lagi.
'Kak Levi serem banget kalau marah.' -batin Eren.
"Hallo. Kenapa sa?"
"Kak, asa mau minta izin."
"Izin buat?"
"Liburan bareng Jean. Cuma 2 hari aja kok kak, gak jauh juga tempatnya. Bunda nyuruh asa izinnya ke kak Levi."
"Cuma berdua?"
"Iya."
"Gak boleh. Kalau kamu di apa-apain gimana?"
"Kita tidur beda kamar kok kak."
"Asa. Kamu baru pacaran sama Jean juga belum seminggu udah berani liburan berdua, nginep lagi."
Eren yang tidak sengaja menguping pembicaraan Levi dengan adiknya membulatkan matanya. Dia tidak tahu kalau Mikasa dan Jean sudah pacaran.
"Kakak gak usah khawatir. Kalau kakak lupa, asa udah pegang sabuk hitam taekwondo, udah bisa boxing juga."
"Kuliah kamu gimana?"
"Bolos sekali-kali boleh dong kak. Refreshing bentar biar kepala gak meledak."
"Terserah kamu."
Tuutt
Levi kembali memasukkan handphonenya ke saku celananya, menoleh ke tempat Eren yang sedang menatapnya.
"Apa?"
"Nggak."
Keduanya diam, tidak ada yang berbicara lagi.
"Permisi. Mas sebaiknya lukanya diobatin dulu. Kebetulan juga di sini ada kotak P3K."
"Terima kasih pak." Eren mengambil kotak P3K yang disodorkan padanya.
"Ngadep sini kak. Lukanya gue obatin dulu." Ucap Eren. Mereka berdua luka-luka, tapi untungnya tidak terlalu parah. Si Berry juga gak ada lecet sedikitpun.