CHAPTER 2:)

14 11 16
                                    

Addison yang sedang santai menikmati angin segar pagi sambil membaca Koran dan menikmati teh pun terkejut mendengar teriakan Talia, dan langsung belari masuk untuk melihat apa yang terjadi di dalam rumahnya.

rahang Addison mengeras meliat putrinya tidak sadarkan diri di pangkuan Vernon, dan juga melihat Patricia dan Rara menangis di dekat Talia

"what the hell, Lia kenapa? kenapa bisa begini!!!" amarah nya tak lagi terkendali, ia berlari cepat ke arah Talia dan merebut Talia dari pangkuan Vernon yang hendak menggendongnya.

"Vrnon cepat siapin mobil" pinta Addison, yang langsung di balas anggukan oleh Vernon.Vernon pun berlari dan langsung menghidupkan mesin mobil.ia mengemudikan mobil begitu cepat, untung saja jalanan sedang sepi, jadi mereka bisa sampai di rumah sakit dengan cepat.

***

Addison tak henti memutari pintu ruangan yang sedang tertutup itu, saat ini dokter sedang memeriksa Talia di dalam ruangan itu, tepatnya ruang UGD rumah sakit Atalanka. Patricia yang mulai jengah melihat tingkah Addison pun menghampiri sang suami dan mengajaknya untuk duduk.

"udah lah mas ... Lia bakalan baik-baik aja, kita juga khawatir sama Lia bukan kamu aja...." tutur Patricia menenangkan Addison.

"gimana aku bisa tenang, sebenarnya kenapa? apa yang terjadi? kenapa Lia bisa jatuh dari tangga?" tanya Addiso dengan nada yang sedikit meninggi, sambil melirik Patricia,Rara,Vernon secara bergantian. namun, mereka yang ditanya hanya diam dan menunduk, Addison saat marah memang sangat menyeramkan. suara yang begitu tegas,raut wajah yang ia pancarkan seperti ingin menelan orang hidup-hidup.

"KENAPA? KENAPA KALIAN SEMUA DIAM? DISINI SAYA SUDAH SEPERTI ORANG BEGO YANG NGGAK TAU APA-APA.APA-APAAN INI, HAH?" Addison tak bisa lagi menahan emosinya, sekarang ia sudah berteriak begitu keras di hadapan anak-anak dan istrinya.

"mas ..., tadi Lia itu lagi cuci sepatu di halaman belakang. aku Cuma nyuruh Lia buat bangunin Vernon itu aja, setelah itu aku nggak tau lagi, kenapa Lia bisa jatuh dari tangga." jelas Patricia yang di balas anggukan oleh Addison, dan melirik Vernon untuk meminta penjelasan lebih lanjut.

"Lia emang ngebangunin Vernon ayah ..., tapi dia nutup hidung Vernon, trus tiba-tiba Vernon sesak nafas.eh ... rupanya Lia yang jailin Vernon, buat ngebangunin Vernon pake tepung. habisitu dia lari keluar kamar. Vernon juga mau ngejar, tapi pas mau turun ke lantai bawah, tiba-tiba Lia udah pingsan aja di lantai dekat tangga.mungkin, lantainya lagi licin yah ... jadi Lia nggak sengaja kepleset." Jelas Vernon

dan sekarang tatapan Addison beralih ke Rara yang masih menunduk. "Ra, kamu abis ngepel ya?." kini suara Addison sudah melembut, dan bertanya kepada putri pertamanya. Rara yang ditanya pun, mendongak dan menatap sang ayah penuh takut.

"i-iya yah ... tadi waktu Lia ke kamar bang Vernon,Rara udah bilang hati-hati lantainya licin, Lia juga denger kok dia ngejawab iya." jelas Rara sepenuhnya.

setelah mendengar semua penjelasan Addison hanya mengangguk paham, dan meminta maaf karna telah berteriak tidak jelas.

"permisi pak Addison" saat namanya di panggil,Addison pun menoleh ke sumber suara yang ternyata dokter Lily, dokter yang memeriksa Talia dan juga dokter pribadi keluarga Sanjaya.

"iya Li... bagaimana dengan kedaan Talia Li?."tanya Addison.

"Talia baik-baik saja.cuman, pergelangan kaki Talia patah. tapi bapak tenang saja, Talia akan bisa berjalan kembali, namun harus butuh beberapa bulan untuk pemulihan kakinya." jelas dokter Lily.

"untuk saat ini Talia belum bisa di jenguk. bapak beserta keluarga mohon menunggu, kalian semua bisa menjenguk Talia saat Talia sudah di pindahkan ke ruang rawat. untuk itu bapak bisa mengurus berkas-berkas dan biaya administrasi rumah sakit terlebih dahulu." ucap dokter lily, dan berlalu pergi.

***

Talia sudah di pindahkan keruang rawatnya.namun, ia masi belum sadar.

"Lia maafin abang.Lia harus sembuh, pokoknya harus.kalo Lia sembuh abang janji bakalan bawa Lia ke tempat yang paling Lia suka. tapi Lia janji dulu, Lia harus sembuh." lirih Vernon yang sekarang sedang duduk di sebelah ranjang rawat Talia, sambil menggenggam tangan adiknya. ia berharap Talia segera sadar dan menampilkan senyuman lucu yang selalu ia rindukan, ia selalu ingin melihat sang adik tersenyum bukan menangis. jika ada seseorang yang membuat adiknya terluka, ia tidak akan tinggal diam.

selang beberapa menit Talia pun bangun.

"abang?." Talia memanggil sang abang sambil mengelus rambutnya. Talia sangat sulit bergerak, karena Vernon tertidur sambil memeluk dirinya. Vernon yang merasakan elusan pun bangun, dan langsung memeluk Talia erat.

"Lia, akhirnya kamu bangun.abang khawatir banget, abang takut kalo kamu bakalan ninggalin abang." ucap Vernon yang menangis di pangkuan sang adik.

mereka hanya berdua di dalam ruangan itu, sedangkan Addison,Patricia, dan Rara sedang ke kantin rumah sakit untuk sarapan plus makan siang, karena mereka lupa sarapan karena kejadian ini.

"ABANG, KAKI LIA NGGAK BISA DI GERAKIN!. ABANG KAKI LIA!, ABANG KENAPA KAKI SEBELAH KANAN LIA NGGAK BISA DI GERAKIN!. ABANG LEPASIN!, KAKI LIA, BANG!" Talia tiba-tiba berteriak setelah sadar bahwa kaki sebelah kanannya tidak bisa di gerakkan. Vernon yang mengetahui sang adik memberontak ia pun semakin mengeratkan pelukannya sambil mengusap punggung Talia berusaha menenangkan.

"DOKTER LILY!" teriak Vernon yang masih bertahan memeluk Talia, walaupun ia sudah di pukuli bertubi-tubi di bagian punggungnya. ia juga memencet tombol darurat, agar dokter segara datang.

tak lama setelah Vernon menekan tobol darurat, dokter Lily pun datang dan langsung menyuntikkan obat penenang yang membuat Talia kembali tidak sadarkan diri.

"Talia kenapa dok?" tanya Vernon kepada dokter Lily.

"Talia mengalami trauma, ia terkejut dengan keadaannya sekarang dan tidak bisa menerimanya.tapi jangan khawatir, saya sudah menyuntikkan obat penenang Talia akan sadar sekitar empat sampai lima jam lagi. jika Talia sudah sadar, tenangkan dan limpahilah ia dengan kasih sayang dan semangat, dan jangan menyalahkannya dengan kejadian yang membuat dirinya seperti ini, jika itu terjadi traumanya akan semakin parah. kalau begitu saya pergi dulu, jika membutuhkan sesuatu kamu bisa panggil saya."jelas dokter Lily dan berlalu pergi meninggalkan ruangan.

setelah mendengar perkataan dokter Lily tadi, Vernon hanya terdiam dan menyalahkan dirinya sendiri. sungguh aneh, dokter Lily melarang Talia untuk menyalahkan diri sendiri yang nyatanya ia memang bersalah, namun Vernon yang tak bersalah malah menyalahkan dirinya sendiri. Sebegitulah kasih sayang seorang abang.

***

tak terasa haripun sudah sore, yang tadinya berawal dari pagi hari Talia bergelut dengan tangga, lalu siang harinya ia teriak-teriak yang di akibatkan trauma yang akhirnya dokter Lily memberinya suntik penenang, dan sekarang hari telah beranjak menjadi sore di mana Talia tak kunjung menyadarkan diri setelah di beri obat penenang tadi siang.

sekarang semuanya sudah berkumpul di ruang rawat Talia, Vernon tetap bertahan duduk di sebelah ranjang Talia entah sudah berapa kali yang lain menyuruhnya untuk beristirahat namun ia selalu menolak dan berkata sama sekali tidak merasa lelah, ia juga berkata akan beristirahat kalau Talia sudah bangun. Vernon juga sudah memberi tahu apa yang di katakan dokter tadi kepada orang tuanya, dan Rara.

mereka mengangguk paham dan membuat perjanjian, bahwa tak ada seorang pun yang boleh mengungkit masalah ini.

***

annyeong readers ku tersayang!!!

terimakasih sudah mau membaca ceritaku. jangan lupa vote and komen.

please!!! jangan jadi readers silent.

maaf ya, kalo ada typo yang bertebaran. hehe:)

dan jangan lupa follow ig kami
@afifah.rhmh_25
@geetalia.story

Semoga hari kalian menyenangkan!!!💙💙

fifah💐

~30 juni 2021~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GEETALIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang